New York (ANTARA) - Indeks utama Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB) untuk sesi keenam beruntun, dengan S&P 500 mengonfirmasikan koreksi tercepat dalam sejarah ketika penyebaran global yang cepat dari Virus Corona meningkatkan kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi.
S&P 500 berakhir 12 persen di bawah rekor penutupan 19 Februari, menandai koreksi tercepatnya hanya dalam enam hari perdagangan. Rekor sebelumnya adalah sembilan hari pada awal 2018, menurut analis Indeks S&P Dow Jones Howard Silverblatt.
Dow mencatat rekor penurunan poin satu hari, yang juga merupakan penurunan 1.000 poin keempat dalam sejarah dan yang kedua minggu ini.
Baca juga: Wall Street jatuh karena perang perdagangan AS-China kian panas
Ketiga indeks utama AS juga berada di jalur untuk penurunan mingguan tertajam sejak krisis keuangan global, karena infeksi baru yang dilaporkan di seluruh dunia melampaui yang terjadi di daratan China.
Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 1.190,95 poin atau 4,42 persen, menjadi ditutup di 25.766,64 poin. Indeks S&P 500 merosot 137,63 poin atau 4,42 persen, menjadi berakhir di 2.978,76 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup jatuh 414,30 poin atau 4,61 persen, menjadi 8.566,48 poin.
Dow berakhir 12,8 persen di bawah rekor penutupan 12 Februari dan Nasdaq ditutup 12,7 persen di bawah penutupan tertinggi 19 Februari.
Baca juga: Indeks Wall Street Rabu Berakhir Beragam
Semua dari 11 sektor S&P ditutup lebih rendah dengan sektor real estat, teknologi dan energi semuanya kehilangan lebih dari lima persen. Kinerja terbaik adalah sektor kesehatan dan industri, yang semuanya ditutup lebih dari tiga persen.
Indeks Arca Airline NYSE berakhir turun 5,7 persen di tengah kekhawatiran tentang gangguan perjalanan di seluruh dunia, sedangkan indeks Philadelphia SE Semiconductor, yang meliputi saham yang terpapar China, jatuh 4,7 persen.
Pemerintah yang memerangi epidemi dari Iran hingga Australia menutup sekolah, membatalkan acara besar dan menambah persediaan medis. Di Amerika Serikat, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada Rabu malam (26/2/2020) mengonfirmasi infeksi yang tidak diketahui asalnya di California.
Baca juga: Wall Street Catat Rekor Tertinggi di Tengah Kesepakatan Broadcom
Sementara penjualan mereda untuk sementara waktu selama sesi, kerugian S&P semakin cepat dalam satu jam terakhir perdagangan menjadi berakhir pada level terendah sesi, mencatat persentase kerugian satu hari terbesar sejak 18 Agustus 2011.
"Jalur bencana ini tidak diketahui, karena itu Anda tidak bisa mengetahui dampak ekonomi. Anda dapat melempar dadu tetapi itu dugaan,” kata Direktur Perdagangan Performance Trust Capital Partners, Brian Battle di Chicago.
Tetapi Peter Jankovskis, co-chief investment officer di OakBrook Investments LLC di Lisle, Illinois, mendesak agar berhati-hati.
“Orang-orang beranjak dari mengatakan ini bukan peristiwa untuk mengatakan ini adalah akhir dunia. Ada ruang untuk jalan tengah," kata Jankovskis, yang menyarankan memilih taruhan defensif.
"Virus ini akan menyebar tetapi itu tidak berarti bahwa itu akan membuat seluruh dunia terhenti," katanya.
Indeks volatilitas CBOE, juga dikenal sebagai indeks rasa takut, berakhir dekat tertinggi sesi, naik 11,60 poin pada 39,16, level tertinggi sejak Februari 2018.
Analis dan ekonom industri terus membunyikan tanda bahaya ketika mereka menilai dampak wabah, dengan Goldman Sachs mengatakan perusahaan-perusahaan AS tidak akan menghasilkan pertumbuhan laba pada 2020.
Microsoft Corp, penekan terbesar di S&P, turun hampir tujuh persen setelah memperingatkan kelemahan dalam bisnis PC karena gangguan rantai pasokannya akibat Virus Corona, menggemakan pernyataan serupa dari Apple Inc dan HP.
Dalam sesi perdagangan tersibuk setidaknya sejak Juli 2014, menurut data dari Refinitiv, 15,63 miliar saham berpindah tangan di bursa AS pada Kamis (27/2/2020) dibandingkan dengan rata-rata 8,67 miliar untuk 20 sesi terakhir.
S&P 500 berakhir 12 persen di bawah rekor penutupan 19 Februari, menandai koreksi tercepatnya hanya dalam enam hari perdagangan. Rekor sebelumnya adalah sembilan hari pada awal 2018, menurut analis Indeks S&P Dow Jones Howard Silverblatt.
Dow mencatat rekor penurunan poin satu hari, yang juga merupakan penurunan 1.000 poin keempat dalam sejarah dan yang kedua minggu ini.
Baca juga: Wall Street jatuh karena perang perdagangan AS-China kian panas
Ketiga indeks utama AS juga berada di jalur untuk penurunan mingguan tertajam sejak krisis keuangan global, karena infeksi baru yang dilaporkan di seluruh dunia melampaui yang terjadi di daratan China.
Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 1.190,95 poin atau 4,42 persen, menjadi ditutup di 25.766,64 poin. Indeks S&P 500 merosot 137,63 poin atau 4,42 persen, menjadi berakhir di 2.978,76 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup jatuh 414,30 poin atau 4,61 persen, menjadi 8.566,48 poin.
Dow berakhir 12,8 persen di bawah rekor penutupan 12 Februari dan Nasdaq ditutup 12,7 persen di bawah penutupan tertinggi 19 Februari.
Baca juga: Indeks Wall Street Rabu Berakhir Beragam
Semua dari 11 sektor S&P ditutup lebih rendah dengan sektor real estat, teknologi dan energi semuanya kehilangan lebih dari lima persen. Kinerja terbaik adalah sektor kesehatan dan industri, yang semuanya ditutup lebih dari tiga persen.
Indeks Arca Airline NYSE berakhir turun 5,7 persen di tengah kekhawatiran tentang gangguan perjalanan di seluruh dunia, sedangkan indeks Philadelphia SE Semiconductor, yang meliputi saham yang terpapar China, jatuh 4,7 persen.
Pemerintah yang memerangi epidemi dari Iran hingga Australia menutup sekolah, membatalkan acara besar dan menambah persediaan medis. Di Amerika Serikat, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada Rabu malam (26/2/2020) mengonfirmasi infeksi yang tidak diketahui asalnya di California.
Baca juga: Wall Street Catat Rekor Tertinggi di Tengah Kesepakatan Broadcom
Sementara penjualan mereda untuk sementara waktu selama sesi, kerugian S&P semakin cepat dalam satu jam terakhir perdagangan menjadi berakhir pada level terendah sesi, mencatat persentase kerugian satu hari terbesar sejak 18 Agustus 2011.
"Jalur bencana ini tidak diketahui, karena itu Anda tidak bisa mengetahui dampak ekonomi. Anda dapat melempar dadu tetapi itu dugaan,” kata Direktur Perdagangan Performance Trust Capital Partners, Brian Battle di Chicago.
Tetapi Peter Jankovskis, co-chief investment officer di OakBrook Investments LLC di Lisle, Illinois, mendesak agar berhati-hati.
“Orang-orang beranjak dari mengatakan ini bukan peristiwa untuk mengatakan ini adalah akhir dunia. Ada ruang untuk jalan tengah," kata Jankovskis, yang menyarankan memilih taruhan defensif.
"Virus ini akan menyebar tetapi itu tidak berarti bahwa itu akan membuat seluruh dunia terhenti," katanya.
Indeks volatilitas CBOE, juga dikenal sebagai indeks rasa takut, berakhir dekat tertinggi sesi, naik 11,60 poin pada 39,16, level tertinggi sejak Februari 2018.
Analis dan ekonom industri terus membunyikan tanda bahaya ketika mereka menilai dampak wabah, dengan Goldman Sachs mengatakan perusahaan-perusahaan AS tidak akan menghasilkan pertumbuhan laba pada 2020.
Microsoft Corp, penekan terbesar di S&P, turun hampir tujuh persen setelah memperingatkan kelemahan dalam bisnis PC karena gangguan rantai pasokannya akibat Virus Corona, menggemakan pernyataan serupa dari Apple Inc dan HP.
Dalam sesi perdagangan tersibuk setidaknya sejak Juli 2014, menurut data dari Refinitiv, 15,63 miliar saham berpindah tangan di bursa AS pada Kamis (27/2/2020) dibandingkan dengan rata-rata 8,67 miliar untuk 20 sesi terakhir.