Pekalongan (ANTARA) - Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, menetapkan status tanggap darurat selama sepekan terkait kembali terjadinya banjir yang merendam ratusan rumah penduduk di wilayah empat kecamatan pada Kamis (20/2).
Wakil Wali kota Pekalongan, Afzan Arslan Djunaid di Pekalongan, Kamis mengatakan bahwa penetapan status tanggap bencana ini diberlakukan mulai 20 Februari 2020 hingga 27 Februari 2020.
"Kita baru saja selesai rapat koordinasi penanganan banjir bersama OPD, TNI, dan Polri dengan hasil penetapan status tanggap darurat selama sepekan. Oleh karena, mulai hari ini, kami sudah menyiapkan dapur umum," katanya.
Baca juga: Banjir di Pekalongan, satu orang meninggal dan 818 orang mengungsi
Pada kesempatan itu, Afzan juga menyampaikan pada para lurah agar selalu mengaktifkan telepon seluler dan melaporkan data penanganan banjir, pengungsi dan wilayah terdampak banjir.
"Kami sudah menginstruksikan kepada camat dan lurah yang wilayahnya rawan banjir selalu siaga agar pada saat terjadi bencana bisa secepatnya dilakukan koordinasi dan penanganan cepat," katanya.
Berdasarkan data yang dihimpun, saat ini ada sekitar 1.100 warga yang mengungsi di beberapa titik lokasi pengungsian akibat banjir.
Ia mengatakan adapun wilayah kelurahan yang terdampak banjir parah yaitu Tirto, Pasirkratonkramat, Banyurip, Jenggot, Poncol, Klego, dan Bandengan.
"Pemkot juga membuka posko tanggap darurat yang berada di Stadion Hoegeng Kraton. Oleh karena, bagi masyarakat yang akan menyalurkan bantuan logistik bisa langsung ke posko itu," katanya.
Kepala Pelaksana Harian (Kalakar) Badan Penaggulangan Bencana Daerah Kota Pekalongan, Saminta mengatakan pihaknya sudah melakukan monitoring sejak Rabu (19/2) malam seiring dengan adanya banjir yang melanda di daerah setempat.
"Kami sudah siapkan titik pengungsian dan deteksi kebutuhan pengungsian, dan berkoordinasi dengan seluruh elemen kebencanaan untuk membagi tugas," katanya.
Baca juga: Terendam banjir, aktivitas belajar mengajar di Pekalongan diliburkan
Baca juga: Tanggul sungai di Kudus kembali jebol, permukiman warga tergenang
Wakil Wali kota Pekalongan, Afzan Arslan Djunaid di Pekalongan, Kamis mengatakan bahwa penetapan status tanggap bencana ini diberlakukan mulai 20 Februari 2020 hingga 27 Februari 2020.
"Kita baru saja selesai rapat koordinasi penanganan banjir bersama OPD, TNI, dan Polri dengan hasil penetapan status tanggap darurat selama sepekan. Oleh karena, mulai hari ini, kami sudah menyiapkan dapur umum," katanya.
Baca juga: Banjir di Pekalongan, satu orang meninggal dan 818 orang mengungsi
Pada kesempatan itu, Afzan juga menyampaikan pada para lurah agar selalu mengaktifkan telepon seluler dan melaporkan data penanganan banjir, pengungsi dan wilayah terdampak banjir.
"Kami sudah menginstruksikan kepada camat dan lurah yang wilayahnya rawan banjir selalu siaga agar pada saat terjadi bencana bisa secepatnya dilakukan koordinasi dan penanganan cepat," katanya.
Berdasarkan data yang dihimpun, saat ini ada sekitar 1.100 warga yang mengungsi di beberapa titik lokasi pengungsian akibat banjir.
Ia mengatakan adapun wilayah kelurahan yang terdampak banjir parah yaitu Tirto, Pasirkratonkramat, Banyurip, Jenggot, Poncol, Klego, dan Bandengan.
"Pemkot juga membuka posko tanggap darurat yang berada di Stadion Hoegeng Kraton. Oleh karena, bagi masyarakat yang akan menyalurkan bantuan logistik bisa langsung ke posko itu," katanya.
Kepala Pelaksana Harian (Kalakar) Badan Penaggulangan Bencana Daerah Kota Pekalongan, Saminta mengatakan pihaknya sudah melakukan monitoring sejak Rabu (19/2) malam seiring dengan adanya banjir yang melanda di daerah setempat.
"Kami sudah siapkan titik pengungsian dan deteksi kebutuhan pengungsian, dan berkoordinasi dengan seluruh elemen kebencanaan untuk membagi tugas," katanya.
Baca juga: Terendam banjir, aktivitas belajar mengajar di Pekalongan diliburkan
Baca juga: Tanggul sungai di Kudus kembali jebol, permukiman warga tergenang