Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan berupaya untuk menyelidiki dan meneliti kemungkinan adanya kasus baru pnemuonia berat di seluruh rumah sakit dan segera melakukan penanggulangan dan investigasi atas penyakit baru tersebut.
Berdasarkan siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Anung Sugihantono mengatakan pihaknya telah memberi tugas kepada seluruh jajaran fasilitas kesehatan di Indonesia untuk melakukan antisipasi.
Kemenkes memerintahkan rumah sakit untuk melakukan deteksi, pencegahan, dan respons cepat jika ditemukan pasien dengan gejala pneumonia berat seperti di Wuhan, China.
Baca juga: Batuk disertai sesak nafas menjadi gejala khas pneumonia
Jika ditemukan pasien kasus pneumonia berat seperti di Wuhan akan dilakukan perawatan, pengobatan, isolasi, serta melakukan investigasi dan penanggulangan untuk mencegah penyebaran penyakit meluas dan berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah.
Kemenkes juga memerintahkan seluruh jajaran kesehatan untuk melakukan deteksi, pencegahan, dan respons terhadap kemungkinan masuknya pasien pneumonia berat dari luar negeri, termasuk dari China, ke Indonesia melalui bandar udara, pelabuhan laut, dan pos lintas batas negara yang mencakup langkah aktivasi alat pemindai suhu tubuh.
Kemenkes terus memantau kemungkinan ditemukannya virus atau mikroorganisme baru dari hasil pemeriksaan laboratorium pasien pneumonia berat, dan memantau perkembangan penyakit tersebut yang belum diketahui penyebabnya di dunia agar dapat segera dilakukan langkah yang diperlukan di Indonesia.
Baca juga: Sering berada di ruangan ber-AC bisa kena pneumonia?
Sejak akhir Desember 2019 hingga saat ini dikabarkan telah ditemukan pasien-pasien pneumonia atau radang paru-paru berat yang belum diketahui penyebabnya di Kota Wuhan, China. Jumlah pasien yang awalnya hanya 27 orang kini telah meningkat menjadi 44 orang.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa penyakit ini bukan disebabkan virus influenza dan bukan penyakit pernafasan biasa. Penelitian lebih lanjut juga tengah dilakukan apakah mengenai kemungkinan kesamaan penyakit tersebut dengan penyakit Severe Acute Respiratory Infection (SARS) yang disebabkan Coronavirus dan pernah mewabah di dunia pada tahun 2003.
Semua pasien di Wuhan telah mendapatkan pelayanan kesehatan, diisolasi, dan dilakukan penelusuran atau investigasi untuk mengetahui penyebab terjadinya penyakit. Hasil investigasi sementara menyebutkan sebagian dari pasien-pasien tersebut bekerja di pasar ikan yang juga menjual berbagai jenis hewan lainnya termasuk burung.
Hingga saat ini belum ada bukti yang menunjukkan bahwa penyakit ini dapat menular dari manusia ke manusia. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) masih melakukan pengamatan dengan cermat terkait kejadian di Wuhan tersebut.
Baca juga: Ronaldo dilaporkan dirawat di RS karena pneumonia
Berdasarkan siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Anung Sugihantono mengatakan pihaknya telah memberi tugas kepada seluruh jajaran fasilitas kesehatan di Indonesia untuk melakukan antisipasi.
Kemenkes memerintahkan rumah sakit untuk melakukan deteksi, pencegahan, dan respons cepat jika ditemukan pasien dengan gejala pneumonia berat seperti di Wuhan, China.
Baca juga: Batuk disertai sesak nafas menjadi gejala khas pneumonia
Jika ditemukan pasien kasus pneumonia berat seperti di Wuhan akan dilakukan perawatan, pengobatan, isolasi, serta melakukan investigasi dan penanggulangan untuk mencegah penyebaran penyakit meluas dan berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah.
Kemenkes juga memerintahkan seluruh jajaran kesehatan untuk melakukan deteksi, pencegahan, dan respons terhadap kemungkinan masuknya pasien pneumonia berat dari luar negeri, termasuk dari China, ke Indonesia melalui bandar udara, pelabuhan laut, dan pos lintas batas negara yang mencakup langkah aktivasi alat pemindai suhu tubuh.
Kemenkes terus memantau kemungkinan ditemukannya virus atau mikroorganisme baru dari hasil pemeriksaan laboratorium pasien pneumonia berat, dan memantau perkembangan penyakit tersebut yang belum diketahui penyebabnya di dunia agar dapat segera dilakukan langkah yang diperlukan di Indonesia.
Baca juga: Sering berada di ruangan ber-AC bisa kena pneumonia?
Sejak akhir Desember 2019 hingga saat ini dikabarkan telah ditemukan pasien-pasien pneumonia atau radang paru-paru berat yang belum diketahui penyebabnya di Kota Wuhan, China. Jumlah pasien yang awalnya hanya 27 orang kini telah meningkat menjadi 44 orang.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa penyakit ini bukan disebabkan virus influenza dan bukan penyakit pernafasan biasa. Penelitian lebih lanjut juga tengah dilakukan apakah mengenai kemungkinan kesamaan penyakit tersebut dengan penyakit Severe Acute Respiratory Infection (SARS) yang disebabkan Coronavirus dan pernah mewabah di dunia pada tahun 2003.
Semua pasien di Wuhan telah mendapatkan pelayanan kesehatan, diisolasi, dan dilakukan penelusuran atau investigasi untuk mengetahui penyebab terjadinya penyakit. Hasil investigasi sementara menyebutkan sebagian dari pasien-pasien tersebut bekerja di pasar ikan yang juga menjual berbagai jenis hewan lainnya termasuk burung.
Hingga saat ini belum ada bukti yang menunjukkan bahwa penyakit ini dapat menular dari manusia ke manusia. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) masih melakukan pengamatan dengan cermat terkait kejadian di Wuhan tersebut.
Baca juga: Ronaldo dilaporkan dirawat di RS karena pneumonia