Kudus (ANTARA) - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Kudus menggelar sosialisasi pengawas pemilu partisipatif yang dikemas dengan parade rebana dan budaya yang melibatkan tiga Madrasah Aliyah di Kudus, Kamis.
Ketiga MA yang dilibatkan dalam kegiatan tersebut, yakni MA NU Miftahul Falah Cendono, MA NU TBS dan MA NU Raden Umar Said di Kantor Bawaslu Kudus, Kamis.
Menurut Ketua Bawaslu Kudus Moh. Wahibul Minan di Kudus, kegiatan ini merupakan rangkaian sosialisasi pengawas pemilu partisipatif kepada masyarakat tentang pentingnya kesadaran berdemokrasi yang sehat dan anti politik uang.
"Setelah sebelumnya memperkenalkan Desa Anti Politik Uang dan Desa Pengawasan, hari ini (28/11) kami menggelar sosialiasi yang dikemas dalam parade rebana dan budaya," ujarnya.
Baca juga: Tiga desa di Kudus sebagai desa pengawas pemilu
Tujuannya, lanjut dia, untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat agar berdemokrasi secara baik dan sehat, terutama para generasi muda yang kebetulan dilibatkan dalam kegiatan tersebut.
Bawaslu sebagai lembaga yang mempunyai mandat untuk mengawasi tahapan pemilu, membutuhkan dukungan banyak pihak dalam pengawasannya.
Pelibatan masyarakat dalam pengawasan pemilu, harus diawali dengan sosialiasi dan transfer pengetahuan serta keterampilan pengawasan pemilu.
Pada kesempatan tersebut, Bawaslu Kudus juga meluncurkan buku "Di Balik Pemilu 2019".
Isinya buku tersebut terkait kiprah dan potret pengawasan yang dilakukan Bawaslu Kudus dan jajarannya hingga PTPS, peran serta masyarakat dalam pengawasan partisipatif maupun mitra Bawaslu Kabupaten Kudus pada pemilu serentak, Juni 2019.
Baca juga: Bawaslu Kudus ajak blogger jadi pengawas Pemilu partisipatif
"Di buku tersebut memuat serba-serbi Pemilu Serentak 2019. Sebisa mungkin pengalaman pengawasan Pemilu 2019 kami rekam dan dokumentasikan dalam buku tersebut," ujarnya.
Peluncuran buku tersebut bersamaan dengan pagelaran Ngaji Budaya bersama Kiai Zamrori Amin Faqih dan Rebana Shofa Marwa Terbang Tikus Pitti dan Gamelan Jati Roso dari Pati.
Ketiga MA yang dilibatkan dalam kegiatan tersebut, yakni MA NU Miftahul Falah Cendono, MA NU TBS dan MA NU Raden Umar Said di Kantor Bawaslu Kudus, Kamis.
Menurut Ketua Bawaslu Kudus Moh. Wahibul Minan di Kudus, kegiatan ini merupakan rangkaian sosialisasi pengawas pemilu partisipatif kepada masyarakat tentang pentingnya kesadaran berdemokrasi yang sehat dan anti politik uang.
"Setelah sebelumnya memperkenalkan Desa Anti Politik Uang dan Desa Pengawasan, hari ini (28/11) kami menggelar sosialiasi yang dikemas dalam parade rebana dan budaya," ujarnya.
Baca juga: Tiga desa di Kudus sebagai desa pengawas pemilu
Tujuannya, lanjut dia, untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat agar berdemokrasi secara baik dan sehat, terutama para generasi muda yang kebetulan dilibatkan dalam kegiatan tersebut.
Bawaslu sebagai lembaga yang mempunyai mandat untuk mengawasi tahapan pemilu, membutuhkan dukungan banyak pihak dalam pengawasannya.
Pelibatan masyarakat dalam pengawasan pemilu, harus diawali dengan sosialiasi dan transfer pengetahuan serta keterampilan pengawasan pemilu.
Pada kesempatan tersebut, Bawaslu Kudus juga meluncurkan buku "Di Balik Pemilu 2019".
Isinya buku tersebut terkait kiprah dan potret pengawasan yang dilakukan Bawaslu Kudus dan jajarannya hingga PTPS, peran serta masyarakat dalam pengawasan partisipatif maupun mitra Bawaslu Kabupaten Kudus pada pemilu serentak, Juni 2019.
Baca juga: Bawaslu Kudus ajak blogger jadi pengawas Pemilu partisipatif
"Di buku tersebut memuat serba-serbi Pemilu Serentak 2019. Sebisa mungkin pengalaman pengawasan Pemilu 2019 kami rekam dan dokumentasikan dalam buku tersebut," ujarnya.
Peluncuran buku tersebut bersamaan dengan pagelaran Ngaji Budaya bersama Kiai Zamrori Amin Faqih dan Rebana Shofa Marwa Terbang Tikus Pitti dan Gamelan Jati Roso dari Pati.