Semarang (ANTARA) - Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tahun, lahir ketika bangsa ini tengah memperjuangkan kemerdekaannya. Para pemuda yang meneguhkan ikrar ketika itu dalam pengakuan atas satu Tanah Air, Bangsa, dan Bahasa Indonesia ingin menjadikan Indonesia sebagai negara merdeka.
Tidak hanya tonggak sejarah perjuangan historis mengindonesia, Sumpah Pemuda juga peristiwa yang terus menawarkan aktualisasi.
Untuk itu, para pemuda milenial sebagai aset negara saat ini tentunya harus terus berkiprah dalam mengisi kemerdekaan dengan pembangunan untuk menjadikan bangsa ini sebagai bangsa besar. Tak terkecuali baik pemuda Jawa, Batak, Papua, Bugis maupun lainnya harus punya satu tujuan untuk mengisi kemerdekaan ini dengan pembangunan.
Pun mereka yang berbeda agama dan kelompok, jika masih mengaku sebagai bangsa Indonesia, harus tetap bahu-membahu membangun bangsa ini.
Sumpah Pemuda mengajari kita bahwa keragaman atau perbedaan adalah kekuatan, bukan kelemahan atau bahkan senjata untuk saling menyerang. Namun, kenyataannya, bangsa ini justru mencederai cita-cita Sumpah Pemuda.
Beberapa tahun terakhir, bangsa Indonesia gagap mendefinisikan dinamika politik dalam konteks pilpres karena banyak pihak mengartikan pilpres tersebut sebagai perjuangan hidup-mati mempertahankan eksistensi kelompok.
Akibatnya kekacauan makna pun terjadi, jargon-jargon "perang" justru muncul dalam konteks kondisi yang damai; konteks perjanjian dagang dan investasi antarnegara diartikan sebagai aneksasi, dan konteks pemilu diartikan sebagai revolusi.
Nilai persatuan bangsa Indonesia terguncang hebat, konteks bergerak liar dan nilai suatu pendapat ataupun tindakan digantungkan pada keberpihakan politik, bahkan yang paling mencemaskan dari semuanya adalah kaidah keilmuan pun dikebiri.
Pendapat-pendapat dan analisis ilmiah yang berupa kritik ataupun apresiasi dicurigai memiliki tendensi, dimasukkan dalam konteks politik dan pilpres yang bergerak demikian dinamis.
Perbedaan dan keragaman adalah semangat yang telah terbukti untuk menjadikan bangsa ini lebih baik. Sumpah Pemuda telah membuktikan bahwa perbedaan dan keragaman adalah kekuatan yang mahadahsyat bagi bangsa ini untuk menjadi bangsa yang besar. Siapa yang paling bisa untuk terus melanjutkan cita-cita Sumpah Pemuda adalah pemuda Indonesia itu sendiri.
Nilai-nilai yang ada dalam Sumpah Pemuda seperti persatuan dan kesatuan hendaknya terus menjadi benteng bagi bangsa Indonesia untuk menghadapi ancaman global yang menjadi tantangan besar yang tidak mungkin dihadapi pemerintah sendiri, namun dengan menggabungkan seluruh komponen kekuatan politik di Tanah Air.
Pemuda harus menempatkan posisi sebagai agen perubahan. Ketika bangsa ini terus dikoyak dengan persoalan korupsi, integrasi (mental), pemerataan pembangunan, dan persoalan lain, pemuda harus menjadi garda terdepan untuk mengatasinya.
Pemuda Indonesia bisa melakukan ini karena pendahulu juga bisa melakukannya asal tetap berpegang pada cita-cita Sumpah Pemuda, yaitu menjadikan perbedaan dan keragaman sebagai kekuatan, bukan kelemahan.
Pemuda Indonesia harus bergandengan tangan, menggerakkan Indonesia, sekarang dan akan datang untuk terus memajukan bangsa dan negara.
Baca juga: Tarian Papua meriahkan peringatan Sumpah Pemuda di Pekalongan
Baca juga: Konser Merajut Seni Menyatukan Indonesia digelar RRI Purwokerto
Baca juga: Penari Soreng di Kabupaten Magelang bakal pecahkan rekor Muri
Tidak hanya tonggak sejarah perjuangan historis mengindonesia, Sumpah Pemuda juga peristiwa yang terus menawarkan aktualisasi.
Untuk itu, para pemuda milenial sebagai aset negara saat ini tentunya harus terus berkiprah dalam mengisi kemerdekaan dengan pembangunan untuk menjadikan bangsa ini sebagai bangsa besar. Tak terkecuali baik pemuda Jawa, Batak, Papua, Bugis maupun lainnya harus punya satu tujuan untuk mengisi kemerdekaan ini dengan pembangunan.
Pun mereka yang berbeda agama dan kelompok, jika masih mengaku sebagai bangsa Indonesia, harus tetap bahu-membahu membangun bangsa ini.
Sumpah Pemuda mengajari kita bahwa keragaman atau perbedaan adalah kekuatan, bukan kelemahan atau bahkan senjata untuk saling menyerang. Namun, kenyataannya, bangsa ini justru mencederai cita-cita Sumpah Pemuda.
Beberapa tahun terakhir, bangsa Indonesia gagap mendefinisikan dinamika politik dalam konteks pilpres karena banyak pihak mengartikan pilpres tersebut sebagai perjuangan hidup-mati mempertahankan eksistensi kelompok.
Akibatnya kekacauan makna pun terjadi, jargon-jargon "perang" justru muncul dalam konteks kondisi yang damai; konteks perjanjian dagang dan investasi antarnegara diartikan sebagai aneksasi, dan konteks pemilu diartikan sebagai revolusi.
Nilai persatuan bangsa Indonesia terguncang hebat, konteks bergerak liar dan nilai suatu pendapat ataupun tindakan digantungkan pada keberpihakan politik, bahkan yang paling mencemaskan dari semuanya adalah kaidah keilmuan pun dikebiri.
Pendapat-pendapat dan analisis ilmiah yang berupa kritik ataupun apresiasi dicurigai memiliki tendensi, dimasukkan dalam konteks politik dan pilpres yang bergerak demikian dinamis.
Perbedaan dan keragaman adalah semangat yang telah terbukti untuk menjadikan bangsa ini lebih baik. Sumpah Pemuda telah membuktikan bahwa perbedaan dan keragaman adalah kekuatan yang mahadahsyat bagi bangsa ini untuk menjadi bangsa yang besar. Siapa yang paling bisa untuk terus melanjutkan cita-cita Sumpah Pemuda adalah pemuda Indonesia itu sendiri.
Nilai-nilai yang ada dalam Sumpah Pemuda seperti persatuan dan kesatuan hendaknya terus menjadi benteng bagi bangsa Indonesia untuk menghadapi ancaman global yang menjadi tantangan besar yang tidak mungkin dihadapi pemerintah sendiri, namun dengan menggabungkan seluruh komponen kekuatan politik di Tanah Air.
Pemuda harus menempatkan posisi sebagai agen perubahan. Ketika bangsa ini terus dikoyak dengan persoalan korupsi, integrasi (mental), pemerataan pembangunan, dan persoalan lain, pemuda harus menjadi garda terdepan untuk mengatasinya.
Pemuda Indonesia bisa melakukan ini karena pendahulu juga bisa melakukannya asal tetap berpegang pada cita-cita Sumpah Pemuda, yaitu menjadikan perbedaan dan keragaman sebagai kekuatan, bukan kelemahan.
Pemuda Indonesia harus bergandengan tangan, menggerakkan Indonesia, sekarang dan akan datang untuk terus memajukan bangsa dan negara.
Baca juga: Tarian Papua meriahkan peringatan Sumpah Pemuda di Pekalongan
Baca juga: Konser Merajut Seni Menyatukan Indonesia digelar RRI Purwokerto
Baca juga: Penari Soreng di Kabupaten Magelang bakal pecahkan rekor Muri