Temanggung (ANTARA) - Warga lereng Gunung Sindoro, di Dusun Liyangan, Desa Purbosari, Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Minggu, menggelar Kirab Budaya Liyangan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan YME atas keberhasilan panen tembakau.
Kirab budaya yang berlangsung di kawasan Situs Liyangan peninggalan zaman Mataram Kuno tersebut diawali arak-arakan gunungan hasil bumi dan tumpeng nasi dari lapangan desa menuju kawasan Situs Liyangan.
Pada ritual kirab tersebut juga dilakukan pengambilan air oleh Kepala Desa Purbosari Saifudin Ansori di Tuk Tempurung dekat Situs Liyangan selanjutnya dibawa ke tempat ritual kirab.
Setelah dibacakan doa, gunungan palawija dan sejumlah nasi tumpeng dari setiap RT di Desa Purbosari tersebut diperebutkan oleh ratusan orang yang hadir di kompleks Situs Liyangan. Acara dilanjutkan dengan pentas kesenian yang ada di Desa Purbosari.
Baca juga: Awali panen, masyarakat lereng Sindoro ritual "wiwit metik sata"
Kepala Desa Purbosari Saifudin Ansori mengatakan kirab budaya di Liyangan ini merupakan simbol dari tasyakuran setelah panen raya tembakau.
Ia menuturkan panen tembakau tahun ini cukup bagus dengan harga rata-rata Rp100.000 per kilogram dan menguntungkan petani.
"Kita rayakan dengan bersyukur kepada Allah SWT, membuat beberapa tumpeng sekaligus ada ritual pengambilan air yang merupakan sumber kehidupan," katanya.
Ia menuturkan tradisi budaya itu sudah berlangsung sejak dulu. Pengambilan air sebagai simbol bahwa pada zaman dulu itu seorang rakai atau raja kepada rakyatnya memberikan air sebagai tanda kehidupan.
"Air diberikan kepada masyarakat atau rakyatnya pada era itu sehingga tradisi itu kita jaga sampai saat ini sekaligus sebagai daya tarik wisata ke depan sesuai program yang ada di desa wisata ini," katanya.
Ia menuturkan guna mendukung sebagai desa wisata, di dekat Situs Liyangan dibangun enam rumah zaman Mataram Kuno.
"Tahun ini baru bangunannya saja yang berdiri belum ada isinya, ke depan akan kita lengkapi sehingga pengunjung bisa menginap di sana. Kita akan buat suasana seolah-seolah kita hidup di zaman Mataram Kuno," katanya.
Baca juga: Pemkab Temanggung kawal panen tembakau
Kirab budaya yang berlangsung di kawasan Situs Liyangan peninggalan zaman Mataram Kuno tersebut diawali arak-arakan gunungan hasil bumi dan tumpeng nasi dari lapangan desa menuju kawasan Situs Liyangan.
Pada ritual kirab tersebut juga dilakukan pengambilan air oleh Kepala Desa Purbosari Saifudin Ansori di Tuk Tempurung dekat Situs Liyangan selanjutnya dibawa ke tempat ritual kirab.
Setelah dibacakan doa, gunungan palawija dan sejumlah nasi tumpeng dari setiap RT di Desa Purbosari tersebut diperebutkan oleh ratusan orang yang hadir di kompleks Situs Liyangan. Acara dilanjutkan dengan pentas kesenian yang ada di Desa Purbosari.
Baca juga: Awali panen, masyarakat lereng Sindoro ritual "wiwit metik sata"
Kepala Desa Purbosari Saifudin Ansori mengatakan kirab budaya di Liyangan ini merupakan simbol dari tasyakuran setelah panen raya tembakau.
Ia menuturkan panen tembakau tahun ini cukup bagus dengan harga rata-rata Rp100.000 per kilogram dan menguntungkan petani.
"Kita rayakan dengan bersyukur kepada Allah SWT, membuat beberapa tumpeng sekaligus ada ritual pengambilan air yang merupakan sumber kehidupan," katanya.
Ia menuturkan tradisi budaya itu sudah berlangsung sejak dulu. Pengambilan air sebagai simbol bahwa pada zaman dulu itu seorang rakai atau raja kepada rakyatnya memberikan air sebagai tanda kehidupan.
"Air diberikan kepada masyarakat atau rakyatnya pada era itu sehingga tradisi itu kita jaga sampai saat ini sekaligus sebagai daya tarik wisata ke depan sesuai program yang ada di desa wisata ini," katanya.
Ia menuturkan guna mendukung sebagai desa wisata, di dekat Situs Liyangan dibangun enam rumah zaman Mataram Kuno.
"Tahun ini baru bangunannya saja yang berdiri belum ada isinya, ke depan akan kita lengkapi sehingga pengunjung bisa menginap di sana. Kita akan buat suasana seolah-seolah kita hidup di zaman Mataram Kuno," katanya.
Baca juga: Pemkab Temanggung kawal panen tembakau