Wonosobo (ANTARA) - Masyarakat lereng Gunung Sindoro di Dusun Anggrunggondok, Desa Reco, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Jumat melaksanakan upacara "wiwit metik sata", yaitu ritual untuk mengawali panen tembakau.
Ritual ini diadakan para petani di ladang masing-masing dengan upacara utama berupa rangkaian upacara yang melibatkan persiapan sesaji berupa makanan, pengucapan doa untuk meminta izin kepada Tuhan YME dan kelancaran memanen.
Upacara diadakan di ladang di hari yang telah ditentukan sesuai hitungan adat Jawa seperti hari Kamis Pahing dan sebagainya.
Ritual diawali dari rumah pemilik ladang, sejumlah warga mengenakan pakaian adat Jawa membawa bermacam sesaji menuju ladang tempat ritual dipimpin sesepuh adat Titodimejo.
Titidimejo (Mbah Tito) mengatakan pemimpin ritual tidak harus seorang pemuka agama atau kepercayaan, namun mereka yang memahami tata caranya.
Ritual di ladang diawali dengan memasang bundel di empat sudut ladang tembakau, kemudian sesepuh adat mencari manten tembakau untuk dipetik daunnya, yakni dua batang yang mencolok dan beda dengan lainnya. Dua dahan tembakau itu kadang terlihat lebih gelap dari daun lainnya.
Baca juga: Kualitas tembakau lebih baik, APTI berharap harga juga bagus
Usai dipetik dua manten itu dibawa pulang ke rumah dan disimpan di atas pintu rumah dan sampai tiba waktunya merajang tembakau disiapkan dan daun yang ditaruh di atas pintu, diambil untuk dicampur di rajangan secara merata.
Tito mengatakan sesaji yang harus disiapkan dalam upacara tersebut, antara lain tujuh jenis ingkung ayam, tujuh jenis tumpeng (bucu). Sebanyak tujuh ingkung dari ayam dengan bulu yang berbeda warnanya, contohnya ayam berbulu hitam, putih, kuning, merah, blirik, dan sebagainya.
Sedangkan tujuh jenis bucu juga berasal dari bermacam-macam warna dan bahan seperti bucu dari nasi biasa, beras merah, beras hitam, nasi kuning, megana, tulak, dan kendit. Di samping bucu atau tumpeng ialah golong dan giling disamping bubur abang putih.
Perlengkapan sesaji lainnya ialah jajan pasar mulai yang rasanya manis, asin, gurih, hingga asam. seperti jadah, pasung, apem, aneka jenang, cucur. Selain itu ada juga jajan pasar atau buah-buahan seperti pisang raja, jeruk, salak, jambu, mentimun.
Kepala Seksi Seni Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, Fanonah Ismangil mengatakan ritual "wiwit metik sata" ini merupakan rangkaian Festival Sindoro Sumbing di Kabupaten Wonosobo.
"Kegiatan ini bertujuan mengingatkan kembali generasi muda, warga petani, masyarakat umum, bahwa di era kuno berbagai ritual dijalankan untuk melakukan kegiatan termasuk panen tembakau," katanya.
Ia menuturkan kegiatan ini sekaligus sebagai atraksi budaya yang akan dilakukan sesuai adat dengan kelengkapannya, sebagai contoh dan pengingat. Hal itu mengingat ritual masih dilakukan namun karena berbagai keterbatasan, hanya dilakukan secara sederhana termasuk jumlah ingkung dan bucu dan rangkaian kegiatan yang disederhanakan.
"Kegiatan ini merupakan salah satu budaya yang perlu dilestarikan, dikhawatirkan ritual itu bisa terlupakan jika tidak diangkat," katanya.
Baca juga: Dibutuhkan pabrikan, petani Temanggung diimbau tanam tembakau kemloko
Ritual ini diadakan para petani di ladang masing-masing dengan upacara utama berupa rangkaian upacara yang melibatkan persiapan sesaji berupa makanan, pengucapan doa untuk meminta izin kepada Tuhan YME dan kelancaran memanen.
Upacara diadakan di ladang di hari yang telah ditentukan sesuai hitungan adat Jawa seperti hari Kamis Pahing dan sebagainya.
Ritual diawali dari rumah pemilik ladang, sejumlah warga mengenakan pakaian adat Jawa membawa bermacam sesaji menuju ladang tempat ritual dipimpin sesepuh adat Titodimejo.
Titidimejo (Mbah Tito) mengatakan pemimpin ritual tidak harus seorang pemuka agama atau kepercayaan, namun mereka yang memahami tata caranya.
Ritual di ladang diawali dengan memasang bundel di empat sudut ladang tembakau, kemudian sesepuh adat mencari manten tembakau untuk dipetik daunnya, yakni dua batang yang mencolok dan beda dengan lainnya. Dua dahan tembakau itu kadang terlihat lebih gelap dari daun lainnya.
Baca juga: Kualitas tembakau lebih baik, APTI berharap harga juga bagus
Usai dipetik dua manten itu dibawa pulang ke rumah dan disimpan di atas pintu rumah dan sampai tiba waktunya merajang tembakau disiapkan dan daun yang ditaruh di atas pintu, diambil untuk dicampur di rajangan secara merata.
Tito mengatakan sesaji yang harus disiapkan dalam upacara tersebut, antara lain tujuh jenis ingkung ayam, tujuh jenis tumpeng (bucu). Sebanyak tujuh ingkung dari ayam dengan bulu yang berbeda warnanya, contohnya ayam berbulu hitam, putih, kuning, merah, blirik, dan sebagainya.
Sedangkan tujuh jenis bucu juga berasal dari bermacam-macam warna dan bahan seperti bucu dari nasi biasa, beras merah, beras hitam, nasi kuning, megana, tulak, dan kendit. Di samping bucu atau tumpeng ialah golong dan giling disamping bubur abang putih.
Perlengkapan sesaji lainnya ialah jajan pasar mulai yang rasanya manis, asin, gurih, hingga asam. seperti jadah, pasung, apem, aneka jenang, cucur. Selain itu ada juga jajan pasar atau buah-buahan seperti pisang raja, jeruk, salak, jambu, mentimun.
Kepala Seksi Seni Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, Fanonah Ismangil mengatakan ritual "wiwit metik sata" ini merupakan rangkaian Festival Sindoro Sumbing di Kabupaten Wonosobo.
"Kegiatan ini bertujuan mengingatkan kembali generasi muda, warga petani, masyarakat umum, bahwa di era kuno berbagai ritual dijalankan untuk melakukan kegiatan termasuk panen tembakau," katanya.
Ia menuturkan kegiatan ini sekaligus sebagai atraksi budaya yang akan dilakukan sesuai adat dengan kelengkapannya, sebagai contoh dan pengingat. Hal itu mengingat ritual masih dilakukan namun karena berbagai keterbatasan, hanya dilakukan secara sederhana termasuk jumlah ingkung dan bucu dan rangkaian kegiatan yang disederhanakan.
"Kegiatan ini merupakan salah satu budaya yang perlu dilestarikan, dikhawatirkan ritual itu bisa terlupakan jika tidak diangkat," katanya.
Baca juga: Dibutuhkan pabrikan, petani Temanggung diimbau tanam tembakau kemloko