Jepara (ANTARA) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional menggelar sosialisasi Rumah Peradaban Kalinyamat untuk terus menggelorakan perjuangan Ratu Kalinyamat di kalangan generasi muda di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Selasa.
"Kabupaten Jepara mempunyai 40 situs peninggalan zaman Ratu Kalinyamat. Tetapi, tidak banyak diketahui oleh masyarakat, terutama generasi muda saat ini," kata Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara Agus Nur Slamet.
Ia mengatakan pihaknya terus berupaya mengenalkan peninggalan-peninggalan, khususnya peradaban di zaman Ratu Kalinyamat, kepada masyarakat.
Lebih lanjut, kata Agus, Jepara telah memiliki ikon nasional, yakni tiga pendekar, di antaranya Ratu Shima, Ratu Kalinyamat dan R.A. Kartini.
"Ratu Kalinyamat tengah diusulkan sebagai pahlawan nasional. Beliau adalah pemimpin yang membawa Jepara menjadi kerajaan maritim," ujar Agus.
Senada dengan Agus, pembina Yayasan Dharma Bakti Lestari Lestari Moerdijat pun terus berupaya membantu pemerintah setempat dalam mewujudkan keinginan rakyat Jepara untuk menjadikan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional.
Melalui Yayasan Dharma Bakti Lestari, pusat kajian Ratu Kalinyamat didirikan bekerja sama dengan Unisnu.
Penelitian secara ilmiah dan mendalam juga dilakukan, selain itu forum diskusi digelar untuk memperkuat bukti-bukti ketokohan Ratu Kalinyamat.
Bahwa Ratu Kalinyamat adalah tokoh nyata dan perjuangannya sebagai perempuan telah melampaui zamannya.
Bambang Budi Utomo selaku pembicara menjelaskan mengenai alasan Ratu Kalinyamat gagal diusulkan sebagai pahlawan nasional.
"Ini adalah ketiga kalinya Ratu Kalinyamat diusulkan sebagai pahlawan nasional. Sebelumnya gagal, disebabkan karena persoalan 'tapa wuda' Ratu Kalinyamat yang dimaknai secara harfiah,” ujar Bambang.
Tapa wuda Ratu Kalinyamat, katanya, harus diartikan secara simbolis, yang mana berarti proses penyucian diri dengan meninggalkan hal-hal yang bersifat keduniawian.
Selain itu, menurut Prof. Dr. Bambang Soelistyanto, Ratu Kalinyamat merupakan putri dari Sultan Trenggana, penguasa ketiga Kerajaan Demak.
"Dari sini dapat diketahui, Ratu Kalinyamat tidak mungkin melanggar nilai-nilai moralitas tradisi Jawa. Ratu Kalinyamat sosok yang religius karena murid dari Sunan Kalijaga," ujarnya.
Sejarah Ratu Kalinyamat telah tercatat di beberapa catatan, baik dari dalam maupun luar negeri.
Perjuangan Ratu Kalinyamat dalam melawan Portugis juga tidak bisa dianggap enteng, meskipun dua ekpedisinya mengalami kekalahan.
Namun, semangat, dedikasi dan gagasan Ratu Kalinyamat itulah yang luar biasa.
Sebanyak 50 siswa dan siswi dari beberapa sekolah di Kabupaten Jepara hadir dalam kegiatan sosialisasi tersebut.
Setelah menggelar sosialisasi mengenai pemaparan Ratu Kalinyamat, seluruh peserta diajak tapak tilas sekaligus ziarah kubur ke Makam Ratu Kalinyamat di Kompleks Masjid Mantingan.
"Kabupaten Jepara mempunyai 40 situs peninggalan zaman Ratu Kalinyamat. Tetapi, tidak banyak diketahui oleh masyarakat, terutama generasi muda saat ini," kata Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara Agus Nur Slamet.
Ia mengatakan pihaknya terus berupaya mengenalkan peninggalan-peninggalan, khususnya peradaban di zaman Ratu Kalinyamat, kepada masyarakat.
Lebih lanjut, kata Agus, Jepara telah memiliki ikon nasional, yakni tiga pendekar, di antaranya Ratu Shima, Ratu Kalinyamat dan R.A. Kartini.
"Ratu Kalinyamat tengah diusulkan sebagai pahlawan nasional. Beliau adalah pemimpin yang membawa Jepara menjadi kerajaan maritim," ujar Agus.
Senada dengan Agus, pembina Yayasan Dharma Bakti Lestari Lestari Moerdijat pun terus berupaya membantu pemerintah setempat dalam mewujudkan keinginan rakyat Jepara untuk menjadikan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional.
Melalui Yayasan Dharma Bakti Lestari, pusat kajian Ratu Kalinyamat didirikan bekerja sama dengan Unisnu.
Penelitian secara ilmiah dan mendalam juga dilakukan, selain itu forum diskusi digelar untuk memperkuat bukti-bukti ketokohan Ratu Kalinyamat.
Bahwa Ratu Kalinyamat adalah tokoh nyata dan perjuangannya sebagai perempuan telah melampaui zamannya.
Bambang Budi Utomo selaku pembicara menjelaskan mengenai alasan Ratu Kalinyamat gagal diusulkan sebagai pahlawan nasional.
"Ini adalah ketiga kalinya Ratu Kalinyamat diusulkan sebagai pahlawan nasional. Sebelumnya gagal, disebabkan karena persoalan 'tapa wuda' Ratu Kalinyamat yang dimaknai secara harfiah,” ujar Bambang.
Tapa wuda Ratu Kalinyamat, katanya, harus diartikan secara simbolis, yang mana berarti proses penyucian diri dengan meninggalkan hal-hal yang bersifat keduniawian.
Selain itu, menurut Prof. Dr. Bambang Soelistyanto, Ratu Kalinyamat merupakan putri dari Sultan Trenggana, penguasa ketiga Kerajaan Demak.
"Dari sini dapat diketahui, Ratu Kalinyamat tidak mungkin melanggar nilai-nilai moralitas tradisi Jawa. Ratu Kalinyamat sosok yang religius karena murid dari Sunan Kalijaga," ujarnya.
Sejarah Ratu Kalinyamat telah tercatat di beberapa catatan, baik dari dalam maupun luar negeri.
Perjuangan Ratu Kalinyamat dalam melawan Portugis juga tidak bisa dianggap enteng, meskipun dua ekpedisinya mengalami kekalahan.
Namun, semangat, dedikasi dan gagasan Ratu Kalinyamat itulah yang luar biasa.
Sebanyak 50 siswa dan siswi dari beberapa sekolah di Kabupaten Jepara hadir dalam kegiatan sosialisasi tersebut.
Setelah menggelar sosialisasi mengenai pemaparan Ratu Kalinyamat, seluruh peserta diajak tapak tilas sekaligus ziarah kubur ke Makam Ratu Kalinyamat di Kompleks Masjid Mantingan.