Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) menyebutkan pernyataan terbaru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenai rencana kenaikan tarif impor kepada China pada Kamis (1/8) memicu gejolak di pasar keuangan dan turut menimbulkan pelemahan pada nilai tukar rupiah, Jumat.

Namun, menurut Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat, depresiasi nilai tukar rupiah ini hanya sementara.

"Depresiasi timbul di pasar tapi ini hanya sementara, karena risk-off setelah rencana Trump memberlakukan tarif baru dalam perdagangan dengan China," kata Nanang.

Pada Jumat ini, nilai tukar rupiah di pasar spot bergerak melemah hingga 91 poin atau 0,65 persen menjadi Rp14.209 per dolar AS.

Di kurs tengah Bank Indonesia, kurs rupiah juga tertekan hingga Rp14.203 per dolar AS atau level terlemah sejak 20 Juni 2019.

Nanang mengatakan bank sentral akan intervensi di pasar spot, pasar obligasi dan Domestik NDF pada Jumat ini untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.

Sebelumnya, Donald Trump, presiden negara adidaya yang juga berlatar belakang pengusaha properti, pada Kamis, melontarkan cuitan di media sosial Twitter bahwa pihaknya akan memberlakukan tarif baru pada impor barang-barang China, yang dia sebut sebagai upaya melindungi ekonomi AS dari risiko kebijakan perdagangan global.

Ancaman Trump tersebut cukup mengejutkan karena delegasi pemerintah AS baru saja kembali dari negosiasi dagang di Shanghai, China, yang dinilai pasar sebagai perundingan yang disebut cukup konstruktif. Namun pernyataan Trump membuat tensi konflik dagang kembali meningkat.

Dalam serangkaian cuitannya Trump mengatakan ia akan mengenakan tarif 10 persen pada 300 miliar dolar AS impor China mulai 1 September 2019. Dia merasa tidak puas dengan proses negosiasi perdagangan antara kedua negara adidaya yang selama ini dipandang pasar akan menghasilkan dampak positif.

Padahal sebelumnya, AS sudah mengenakan tarif 25 persen pada 250 miliar dolar AS impor China yang bertujuan untuk menekan ekonomi terbesar kedua dunia itu. Pengenaan tarif itu juga dinilai sebagai gertakan AS agar China menyepakati kesepakatan perdagangan yang sedang dirancang.

 

Pewarta : Indra Arief Pribadi
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024