Solo (ANTARA) - Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) menyatakan Jawa Tengah membutuhkan keberadaan pemandu wisata untuk wisatawan Tiongkok seiring dengan dibukanya penerbangan rute Kunming-Solo.
"Untuk mendukung kondisi ini dibutuhkan struktur lain, salah satunya SDM (sumber daya manusia)," kata Wakil Ketua Asita Jateng Daryono di Solo, Kamis.
Khususnya pemandu wisata, dikatakannya, saat ini beberapa objek wisata dalam negeri krisis pemandu wisata Mandarin.
Baca juga: Asita harapkan wisatawan China akses wisata budaya
"Seperti di Bali, di Kepulauan Riau memang ada tetapi di tempat lain krisis. Sebagai solusinya dalam jangka pendek mungkin 'guide' (pemandu wisata, red) bisa mendatangkan dari Bali, tetapi ke depan 'guide' Jawa Tengah termasuk Solo harus siap," katanya.
Ia berharap seluruh pihak bisa berupaya bagaimana mengambil peran tersebut demi sektor pariwisata Jawa Tengah yang lebih baik.
Sebelumnya, ratusan wisatawan asing dari Tiongkok mulai membanjiri sejumlah destinasi wisata di Solo dan Yogyakarta pada penerbangan perdana Kunming-Solo yang dimulai pada 1 Agustus 2019.
Sebagaimana diketahui, penerbangan perdana yang menggunakan pesawat charter Citilink tersebut membawa sebanyak 174 penumpang.
Direktur Utama PT Cahaya Matahari Rembulan Pupun Pantiana Gunmantono yang mendatangkan wisatawan asal Tiongkok tersebut mengaku ada sejumlah tantangan yang dihadapi dalam menyiapkan paket wisata "inbound" ini.
"Salah satunya kesulitan menyiapkan 'guide' yang mahir bahasa Mandarin," katanya.
Ia mengatakan untuk sementara ini pihak agen harus mendatangkan dari Bali. 174 penumpang ini akan dibagi dalam delapan grup, dengan masing-masing grup didampingi oleh satu pemandu wisata.
"Jadi kalau sesuai dengan grup ini maka ada delapan pemandu wisata, tetapi kan harus ada cadangan. Jadi kami mendatangkan sekitar 12 pemandu wisata dari Bali untuk mendampingi para wisatawan Tiongkok ini," katanya.
Baca juga: Pelaku jasa pariwisata maksimalkan pasar Tiongkok
"Untuk mendukung kondisi ini dibutuhkan struktur lain, salah satunya SDM (sumber daya manusia)," kata Wakil Ketua Asita Jateng Daryono di Solo, Kamis.
Khususnya pemandu wisata, dikatakannya, saat ini beberapa objek wisata dalam negeri krisis pemandu wisata Mandarin.
Baca juga: Asita harapkan wisatawan China akses wisata budaya
"Seperti di Bali, di Kepulauan Riau memang ada tetapi di tempat lain krisis. Sebagai solusinya dalam jangka pendek mungkin 'guide' (pemandu wisata, red) bisa mendatangkan dari Bali, tetapi ke depan 'guide' Jawa Tengah termasuk Solo harus siap," katanya.
Ia berharap seluruh pihak bisa berupaya bagaimana mengambil peran tersebut demi sektor pariwisata Jawa Tengah yang lebih baik.
Sebelumnya, ratusan wisatawan asing dari Tiongkok mulai membanjiri sejumlah destinasi wisata di Solo dan Yogyakarta pada penerbangan perdana Kunming-Solo yang dimulai pada 1 Agustus 2019.
Sebagaimana diketahui, penerbangan perdana yang menggunakan pesawat charter Citilink tersebut membawa sebanyak 174 penumpang.
Direktur Utama PT Cahaya Matahari Rembulan Pupun Pantiana Gunmantono yang mendatangkan wisatawan asal Tiongkok tersebut mengaku ada sejumlah tantangan yang dihadapi dalam menyiapkan paket wisata "inbound" ini.
"Salah satunya kesulitan menyiapkan 'guide' yang mahir bahasa Mandarin," katanya.
Ia mengatakan untuk sementara ini pihak agen harus mendatangkan dari Bali. 174 penumpang ini akan dibagi dalam delapan grup, dengan masing-masing grup didampingi oleh satu pemandu wisata.
"Jadi kalau sesuai dengan grup ini maka ada delapan pemandu wisata, tetapi kan harus ada cadangan. Jadi kami mendatangkan sekitar 12 pemandu wisata dari Bali untuk mendampingi para wisatawan Tiongkok ini," katanya.
Baca juga: Pelaku jasa pariwisata maksimalkan pasar Tiongkok