Jakarta (ANTARA) - Ganda campuran unggulan pertama asal China Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong meneruskan capaian Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir sebagai yang terbaik di turnamen Indonesia Open usai meraih gelar juara pada turnamen level Super 1.000 itu.
Bertanding di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu Zheng/Huang menyingkirkan unggulan kedua Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping di partai all China final Blibli Indonesia Open 2019 dalam dua gim langsung 21-13, 21-18 dalam waktu 30 menit.
Ini menjadi kemenangan kesembilan bagi unggulan pertama itu dalam 10 kali pertemuan dengan kompatriot senegaranya.
Gelar ganda campuran turnamen kelas tertinggi, Super 1.000 itu juga merupakan gelar pertama bagi Zheng/Huang di Indonesia Open.
China terakhir kali meraih gelar di ganda campuran Indonesia Open lewat Xu Chen/Ma Jin yang berjaya di 2015 dan 2016.
Zheng mengaku peluang mereka untuk menjadi juara di Indonesia Open tahun ini cukup besar usai pensiunnya Liliyana Natsir yang menjadi juara bertahan dua tahun terakhir ketika berpasangan dengan Tontowi Ahmad.
Baca juga: Pesan Liliyana Natsir untuk Tontowi Ahmad
Baca juga: Liliyana Natsir: jadi penonton lebih capek daripada pemain
"Boleh dikatakan mereka (Owi/Butet) memiliki performa bagus ketika main sebagai tuan rumah. Mereka sangat hebat jika bermain di Istora, tentu peluang kami lebih besar tanpa mereka," kata Zheng.
Zheng/Huang pada awal tahun ini menjuarai turnamen Indonesia Masters dengan mengalahkan Owi/Butet di final.
Ini merupakan kemenangan kedua kali bagi pasangan China itu di Istora tahun ini.
Sedangkan, Tontowi yang kini berpasangan dengan Winny Oktavina Kandow terhenti di babak perempat-final setelah kalah dari pasangan Malaysia Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, lewat pertarungan tiga gim dengan skor 21-11, 14-21, 21-14.
Di final Indonesia Open 2019, Zheng/Huang cukup mudah menyingkirkan lawan senegaranya itu.
"Kami bermain sangat bagus dan persiapan sangat oke. Selain itu suasana di Istora juga sangat membantu," kata Zheng.
Kemenangan itu sangat berarti bagi Zheng/Huang yang ingin meraih semua titel super series yang digelar BWF.
"Kami belum pernah ambil titel ini, jadi kami sangat senang," kata Zheng.
Pun demikian rekannya, Huang merasakan kejayaan kedua kalinya ketika bertandang di Istora GBK.
"Tentu sangat senang karena tahun ini dua kali datang ke Indonesia dan juara dua kali. Kalau masuk ke Istora penonton sangat antusias, terkadang aku kurang dengan suara pukulan ketika penonton bersorak. Mungkin perlu latihan lagi ke depannya agar bisa mendengar suara-suara pukulan di sini," kata Huang.
Sementara sang lawan, mengakui permainan mereka kurang bagus di depan peringkat satu dunia itu setelah persiapan yang kurang.
"Tidak ada kesulitan apa-apa. Ini adalah hal yang wajar dalam pertandingan walau pun kami kalah dua gim," kata Wang.
Baca juga: Yuki Fukushima/Sayaka Hirota pertahankan gelar
Baca juga: Akane Yamaguchi juara tunggal putri
Baca juga: Gelar di Istora jadi motivasi Fukushima/Hirota menuju Olimpiade
Bertanding di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu Zheng/Huang menyingkirkan unggulan kedua Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping di partai all China final Blibli Indonesia Open 2019 dalam dua gim langsung 21-13, 21-18 dalam waktu 30 menit.
Ini menjadi kemenangan kesembilan bagi unggulan pertama itu dalam 10 kali pertemuan dengan kompatriot senegaranya.
Gelar ganda campuran turnamen kelas tertinggi, Super 1.000 itu juga merupakan gelar pertama bagi Zheng/Huang di Indonesia Open.
China terakhir kali meraih gelar di ganda campuran Indonesia Open lewat Xu Chen/Ma Jin yang berjaya di 2015 dan 2016.
Zheng mengaku peluang mereka untuk menjadi juara di Indonesia Open tahun ini cukup besar usai pensiunnya Liliyana Natsir yang menjadi juara bertahan dua tahun terakhir ketika berpasangan dengan Tontowi Ahmad.
Baca juga: Pesan Liliyana Natsir untuk Tontowi Ahmad
Baca juga: Liliyana Natsir: jadi penonton lebih capek daripada pemain
"Boleh dikatakan mereka (Owi/Butet) memiliki performa bagus ketika main sebagai tuan rumah. Mereka sangat hebat jika bermain di Istora, tentu peluang kami lebih besar tanpa mereka," kata Zheng.
Zheng/Huang pada awal tahun ini menjuarai turnamen Indonesia Masters dengan mengalahkan Owi/Butet di final.
Ini merupakan kemenangan kedua kali bagi pasangan China itu di Istora tahun ini.
Sedangkan, Tontowi yang kini berpasangan dengan Winny Oktavina Kandow terhenti di babak perempat-final setelah kalah dari pasangan Malaysia Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, lewat pertarungan tiga gim dengan skor 21-11, 14-21, 21-14.
Di final Indonesia Open 2019, Zheng/Huang cukup mudah menyingkirkan lawan senegaranya itu.
"Kami bermain sangat bagus dan persiapan sangat oke. Selain itu suasana di Istora juga sangat membantu," kata Zheng.
Kemenangan itu sangat berarti bagi Zheng/Huang yang ingin meraih semua titel super series yang digelar BWF.
"Kami belum pernah ambil titel ini, jadi kami sangat senang," kata Zheng.
Pun demikian rekannya, Huang merasakan kejayaan kedua kalinya ketika bertandang di Istora GBK.
"Tentu sangat senang karena tahun ini dua kali datang ke Indonesia dan juara dua kali. Kalau masuk ke Istora penonton sangat antusias, terkadang aku kurang dengan suara pukulan ketika penonton bersorak. Mungkin perlu latihan lagi ke depannya agar bisa mendengar suara-suara pukulan di sini," kata Huang.
Sementara sang lawan, mengakui permainan mereka kurang bagus di depan peringkat satu dunia itu setelah persiapan yang kurang.
"Tidak ada kesulitan apa-apa. Ini adalah hal yang wajar dalam pertandingan walau pun kami kalah dua gim," kata Wang.
Baca juga: Yuki Fukushima/Sayaka Hirota pertahankan gelar
Baca juga: Akane Yamaguchi juara tunggal putri
Baca juga: Gelar di Istora jadi motivasi Fukushima/Hirota menuju Olimpiade