Semarang (ANTARA) - Provinsi Jawa Tengah memborong 22 penghargaan pada Awarding Top 99 Inovasi Pelayanan Publik yang diselenggarakan Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Menpan-RB Syafruddin di Hotel Gumaya, Semarang, Kamis (18/7) malam.
Syafruddin menyebutkan awalnya tercatat ada 3.156 proposal yang terdaftar, kemudian 1.627 lolos seleksi administrasi dan akhirnya tim evaluasi menetapkan 99, kemudian tim panelis menetapkan 45 nomine dari hasil penilaian wawancara dan presentasi.
Dari 99 peraih penghargaan itu, 22 program atau 13 persennya merupakan inovasi dari Provinsi Jawa Tengah, baik dari pemerintah kabupaten/kota maupun pemerintah provinsi.
Menurut dia, hal ini merupakan catatan sejarah untuk pertama kalinya sejak digelar pada 2014, di mana satu provinsi berhasil meraih penghargaan mencapai 22 nominasi.
"Biasanya itu paling banyak 10 penghargaan dalam satu provinsi. Di Jawa Tengah ini memang atmosfernya adalah inovasi. Secara keseluruhan pendaftarnya banyak sekali, saya lihat proposalnya saja capai," katanya.
Tercatat ada 11 kabupaten/kota di Jawa Tengah yang melengkapi capaian tiga inovasi dari Pemprov Jateng yang memperoleh penghargaan.
Tiga inovasi itu adalah Tele Apik, Payjem Pas Ngamuk, dan Apem Asi yang digagas oleh RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto, RSJD Surakarta dan Dinas Pekerjaan Umum, Sumberdaya Alam dan Tata Ruang (DPUSDA Taru).
Menanggapi hal tersebut, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan masyarakat mempunyai ekspektasi yang tinggi, maka seluruh pimpinan sektor selalu berpikir inovasi apa yang mesti dilakukan.
"Karena kalau tidak kita dihajar masyarakat," ujarnya.
Menurut Ganjar, terjadi satu kompetisi di kabupaten/kota dan instansi di pemprov berkat adanya ajang pemberian penghargaan dari Kemenpan-RB.
Apalagi, dirinya mendorong proposal yang buat dinas terkait harus bisa diterapkan dalam enam bulan.
"Satu tujuan pelayanan, puas! Masyarakat puas," katanya.
Terkait dengan uniknya penamaan-penamaan program itu, Ganjar mengaku itu salah satu cara agar mudah diingat masyarakat.
Payjem Pas Ngamuk, misalnya itu merupakan nama program yang memiliki kepanjangan Pelayanan Jemput Pasien Ngamuk. Hal itu merupakan aplikasi yang lahir didasari atas keresahan lembaganya yang melihat penjemputan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang tidak sesuai prosedur.
"Kalau namanya unik kan masyarakat mudah ingat, otomatis mudah menjangkau," ujarnya.
Penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Menpan-RB Syafruddin di Hotel Gumaya, Semarang, Kamis (18/7) malam.
Pada acara Awarding Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2019 tersebut, Provinsi Jawa Tengah dinyatakan sebagai provinsi paling banyak mengeluarkan inovasi.
Syafruddin menyebutkan awalnya tercatat ada 3.156 proposal yang terdaftar, kemudian 1.627 lolos seleksi administrasi dan akhirnya tim evaluasi menetapkan 99, kemudian tim panelis menetapkan 45 nomine dari hasil penilaian wawancara dan presentasi.
Dari 99 peraih penghargaan itu, 22 program atau 13 persennya merupakan inovasi dari Provinsi Jawa Tengah, baik dari pemerintah kabupaten/kota maupun pemerintah provinsi.
Menurut dia, hal ini merupakan catatan sejarah untuk pertama kalinya sejak digelar pada 2014, di mana satu provinsi berhasil meraih penghargaan mencapai 22 nominasi.
"Biasanya itu paling banyak 10 penghargaan dalam satu provinsi. Di Jawa Tengah ini memang atmosfernya adalah inovasi. Secara keseluruhan pendaftarnya banyak sekali, saya lihat proposalnya saja capai," katanya.
Tercatat ada 11 kabupaten/kota di Jawa Tengah yang melengkapi capaian tiga inovasi dari Pemprov Jateng yang memperoleh penghargaan.
Tiga inovasi itu adalah Tele Apik, Payjem Pas Ngamuk, dan Apem Asi yang digagas oleh RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto, RSJD Surakarta dan Dinas Pekerjaan Umum, Sumberdaya Alam dan Tata Ruang (DPUSDA Taru).
Menanggapi hal tersebut, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan masyarakat mempunyai ekspektasi yang tinggi, maka seluruh pimpinan sektor selalu berpikir inovasi apa yang mesti dilakukan.
"Karena kalau tidak kita dihajar masyarakat," ujarnya.
Menurut Ganjar, terjadi satu kompetisi di kabupaten/kota dan instansi di pemprov berkat adanya ajang pemberian penghargaan dari Kemenpan-RB.
Apalagi, dirinya mendorong proposal yang buat dinas terkait harus bisa diterapkan dalam enam bulan.
"Satu tujuan pelayanan, puas! Masyarakat puas," katanya.
Terkait dengan uniknya penamaan-penamaan program itu, Ganjar mengaku itu salah satu cara agar mudah diingat masyarakat.
Payjem Pas Ngamuk, misalnya itu merupakan nama program yang memiliki kepanjangan Pelayanan Jemput Pasien Ngamuk. Hal itu merupakan aplikasi yang lahir didasari atas keresahan lembaganya yang melihat penjemputan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang tidak sesuai prosedur.
"Kalau namanya unik kan masyarakat mudah ingat, otomatis mudah menjangkau," ujarnya.