Solo (ANTARA) - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jawa Tengah menginisiasi program Rice Market Center (RMC) untuk pengendalian inflasi daerah.
"RMC ini sebagai program sinergi dari instansi di Jawa Tengah dan pelaku usaha dalam rangka mempertemukan suplai dan demand sehingga nanti produsen maupun konsumen tetap memperoleh manfaat dari keberadaan RMC ini," kata Analis Senior Divisi Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Purwanto pada Rapat Koordinasi TPID di Kantor BI Surakarta, Rabu.
Ia mengatakan program RMC merupakan bagian dari upaya TPID untuk menyelaraskan ketersediaan pasokan dan juga keterjangkauan harga, baik di tingkat konsumen maupun produsen.
Pada program tersebut, dikatakannya, TPID menggandeng PT Bumi Laras Hijau (BLH). Peran dari perusahaan ini yaitu memberikan pendampingan kepada kelompok tani yang sudah melakukan kerja sama.
Untuk wilayahnya masih terbatas, di antaranya di Karanganyar, Grobogan, dan Sragen mengingat program tersebut bersifat "pilot project".
Baca juga: Lebih rendah, inflasi Jawa Tengah pada Mei 0,33 persen
"Mereka (kelompok tani, red) akan dibantu dari sisi pendampingan, banyak hal yang didampingi mulai dari pengolahan tanah, pembibitan, cara bertani yang benar, pascapanen, hingga penyediaan sarana produksi pertanian," katanya.
Ia mengatakan dengan adanya pendampingan ini bisa meningkatkan produktivitas pertanian, yaitu dari 4-5 ton/hektar menjadi 8-10 ton/hektar.
"Ini nanti bertahap. Tentu akan berdampak positif bagi petani, kualitas produksi dan volume produksi meningkat, serta daya serap bagus," katanya.
Ia mengatakan untuk penyerapan hasil panen yang berupa beras kualitas premium tersebut, PT BLH bekerja sama dengan BUMD Jateng untuk kemudian menyalurkannya ke aparatur sipil negara (ASN) sampai ke pasar-pasar.
"Harapan kami ke depan makin banyak kelompok tani yang terlibat sehingga volume produksi juga makin besar. Nantinya Bulog juga akan kami libatkan pada proses penyerapannya," katanya.
Baca juga: Kendalikan inflasi, TPID Surakarta gelar Pasar Mirunggan
"RMC ini sebagai program sinergi dari instansi di Jawa Tengah dan pelaku usaha dalam rangka mempertemukan suplai dan demand sehingga nanti produsen maupun konsumen tetap memperoleh manfaat dari keberadaan RMC ini," kata Analis Senior Divisi Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Purwanto pada Rapat Koordinasi TPID di Kantor BI Surakarta, Rabu.
Ia mengatakan program RMC merupakan bagian dari upaya TPID untuk menyelaraskan ketersediaan pasokan dan juga keterjangkauan harga, baik di tingkat konsumen maupun produsen.
Pada program tersebut, dikatakannya, TPID menggandeng PT Bumi Laras Hijau (BLH). Peran dari perusahaan ini yaitu memberikan pendampingan kepada kelompok tani yang sudah melakukan kerja sama.
Untuk wilayahnya masih terbatas, di antaranya di Karanganyar, Grobogan, dan Sragen mengingat program tersebut bersifat "pilot project".
Baca juga: Lebih rendah, inflasi Jawa Tengah pada Mei 0,33 persen
"Mereka (kelompok tani, red) akan dibantu dari sisi pendampingan, banyak hal yang didampingi mulai dari pengolahan tanah, pembibitan, cara bertani yang benar, pascapanen, hingga penyediaan sarana produksi pertanian," katanya.
Ia mengatakan dengan adanya pendampingan ini bisa meningkatkan produktivitas pertanian, yaitu dari 4-5 ton/hektar menjadi 8-10 ton/hektar.
"Ini nanti bertahap. Tentu akan berdampak positif bagi petani, kualitas produksi dan volume produksi meningkat, serta daya serap bagus," katanya.
Ia mengatakan untuk penyerapan hasil panen yang berupa beras kualitas premium tersebut, PT BLH bekerja sama dengan BUMD Jateng untuk kemudian menyalurkannya ke aparatur sipil negara (ASN) sampai ke pasar-pasar.
"Harapan kami ke depan makin banyak kelompok tani yang terlibat sehingga volume produksi juga makin besar. Nantinya Bulog juga akan kami libatkan pada proses penyerapannya," katanya.
Baca juga: Kendalikan inflasi, TPID Surakarta gelar Pasar Mirunggan