Palu (ANTARA) - Wali Kota Palu Hidayat menyebut bantuan sosial jaminan hidup (jadup) pengungsi bencana gempa, tsunami, dan likuefaksi yang dijanjikan Kementerian Sosial (Kemensos) sampai saat ini belum jelas.

"Saat ini mereka butuh makanan. Saya berharap dari Kemensos segera menyalurkan jadup untuk mereka tapi saat ini belum jelas," keluhnya saat berdialog dengan perwakilan Organisasi Dana Anak-anak Dunia (UNICEF) Indonesia di ruang kerja Wali Kota Palu Kantor Wali Kota Palu, Kamis.

Dia mengaku tidak tahu penyebab bantuan jadup dari Kemensos untuk pengungsi bencana di ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah itu hingga hari ini belum bisa dinikmati para pengungsi.

Agar para pengungsi tidak kelaparan, Pemerintah Kota Palu lanjutnya, akan mengadakan 100 ton beras yang diupayakan akan disalurkan kepada seluruh pengungsi baik yang tinggal di hunian sementara (huntara) maupun yang masih berada di tenda dan selter pengungsian.

"Kita punya jatah beras yang disimpan di gudang beras Kantor Bulog Sulawesi Tengah. Ada 100 ton. Itu yang akan kita bagikan secepatnya kepada pengungsi. Itu beras pengadaan Pemerintah Provinsi Sulteng untuk Pemkot Palu jadi tidak dibayar,"ujarnya.

Dia berharap jadup bagi para penyintas yang dijanjikan Kemensos tersebut dapat secepatnya disalurkan agar seluruh pengungsi tidak perlu mengkhawatirkan isi perut selama bulan suci Ramadan.

Sudah cair

Sebelumnya Menteri Sosial Agus Gumiwang menyebut bantuan sosial jadup dan santunan ahli waris bagi korban bencana di Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Barat (NTB) siap dicairkan kepada penerima manfaat.

"Untuk anggaran santunan ahli waris korban bencana tsunami, gempa bumi dan likuifaksi di Sulteng dananya sudah cair dari Kementerian Keuangan. Demikian pula untuk anggaran Jadup korban gempa NTB sudah dalam proses transfer ke rekening penerima manfaat. Mudah-mudahan pekan ini bisa segera diterima di rekening masing-masing," kata Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa (16/4).

Ia mengatakan pencairan bansos tersebut merupakan tahapan pertama dan diberikan berdasarkan data dari pemda yang telah diverifikasi dan validasi oleh Kementerian Sosial. Untuk tahap pertama pencairan dilakukan melalui tiga bank pemerintah yakni Bank Mandiri, BNI dan BRI.

Untuk Sulteng, total santunan ahli waris adalah Rp28,4 miliar untuk 1.906 korban meninggal. Masing-masing korban meninggal mendapat Rp15 juta diberikan kepada ahli waris.

Sementara dana Jadup untuk Sulteng untuk tahap pertama yang berasal dari dana hibah luar negeri dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ke Kemensos telah cair sebesar Rp43,2 miliar.

Pemberian Jadup, lanjutnya, akan diutamakan bagi warga yang telah menempati Hunian Sementara atau Huntara. Hal ini sesuai amanat Peraturan Menteri Sosial Nomor 4 Tahun 2015 tentang Bantuan Langsung Berupa Uang Tunai Korban Bencana.

Di dalamnya diatur bahwa bantuan jaminan hidup adalah bantuan yang diberikan kepada masyarakat/keluarga korban bencana berupa uang tunai untuk tambahan lauk pauk yang diberikan pada saat berakhirnya tanggap darurat dan berada di hunian sementara atau hunian tetap.

"Besarnya jadup untuk Sulteng pada tahap pertama adalah untuk 72 ribu jiwa diberikan untuk 2 bulan. Setiap jiwa selama dua bulan mendapatkan RP600 ribu," jelas Menteri.

Pewarta : Muhammad Arshandi
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024