Semarang (ANTARA) - Kehadiran PT Semen Gresik di Kabupaten Rembang membawa berbagai dampak positif bagi daerah, masyarakat, dan lingkungan. Setoran pajak dari Semen Gresik yang masuk ke PAD Kabupaten Rembang mencapai puluhan miliar rupiah per tahun.

Lebih dari itu, korporasi ini peduli dengan peningkatan mutu lingkungan hidup. Perusahaan persemenan terkemuka ini juga menggulirkan berbagai progam multimanfaat. Seperti apa? 


Raut wajah Romli terlihat berbinar saat rombongan Forum Diskusi Pajak Paku Djembara (Pati, Kudus, Demak, Jepara, Rembang, Grobogan, dan Blora) saat berkunjung ke Semen Gresik Pabrik Rembang, Jawa Tengah. 

Di hadapan manajemen Semen Gresik dan rombongan Badan Pengelolaan, Pendapatan, Keuangan, dan Aset Daerah (BPPKAD) tujuh kabupaten itu, ia menyatakan apresiasi seiring dengan kehadiran perusahaan semen terkemuka ini di Rembang.

Dalam setahun, menurut Romli, Kabupaten Rembang menerima pendapatan asli daerah (PAD) sebesar Rp25 miliar dari pajak mineral hingga pajak penerangan seiring aktivitas dan operasional Semen Gresik. 

“Padahal Semen Gresik baru beroperasi sekitar dua tahun, kalau operasionalnya sudah maksimal pasti jumlahnya lebih besar lagi,” kata Romli yang juga Kepala Bidang Pendapatan BPPKAD Kabupaten Rembang, akhir April 2019.

Hari berikutnya, rombongan ASN bidang pendapatan yang berasal dari tujuh kabupaten ini juga berkunjung ke Semen Gresik Pabrik Tuban, Jawa Timur. Di sana, Romli dan rekan-rekannya melihat langsung aktivitas tambang maupun pascatambang. 

Termasuk eks lahan tambang yang sudah direklamasi. Lokasinya di Arboretum Bukit Daun Hutan Koleksi dan Konservasi, hingga lahan pertanian, embung, dan lain sebagainya yang sudah digarap Semen Gresik.

Rombongan terpukau dengan pemandangan di lahan eks tambang tersebut. Gambaran gersang, tandus, dan panas langsung sirna. Sebab yang mereka lihat justru kawasan yang hijau, asri, teduh, dan produktif. 

Taman Arboretum Bukit Daun, misalnya, isinya beragam tanaman warna warni, sedangkan hutan produktif berisi 43 ribu pohon dari berbagai jenis. Mulai dari jati, mahoni, trembesi, johar, kayu putih, kelengkeng, mangga, hingga sukun. 

Di sela-sela pepohonan ditanami palawija, lombok, kacang, jagung, dan lain sebagainya yang dikelola oleh warga sekitar pabrik. 

Warga memanfaatkan lahan itu secara gratis. Dan, keuntungan dari pengelolaan lahan milik Semen Gresik itu untuk para petani tersebut.

“Saya pernah berkunjung ke kawasan pengelolaan lingkungan milik perusahaan besar yang bagus, tapi yang dikelola Semen Gresik ini lebih bagus lagi,” ucap Lusi dari BPPKAD Kabupaten Grobogan.

Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Tatik (BPPKAD Blora) dan Fitri (BPPKAD Demak). Dari hasil kunjungan ini, Fitri menilai Semen Gresik tak hanya sekadar mengejar keuntungan, tapi juga menunjukkan perhatian besar terhadap masyarakat dan lingkungan. 

“Kehadiran Semen Gresik membawa berkah. Industri semen seperti ini layak didukung,” ujar Fitri.

Gersang menjadi hijau
Manajer Reklamasi Tambang PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, Eko Purnomo, mengatakan prinsip pengelolaan area bekas tambang perusahaannya mengedepankan konsep ramah lingkungan untuk kepentingan masa depan. 

Dan hasilnya, lahan yang semula gersang menjadi hijau. Dulu berdasar rona awal, kawasan tersebut tidak ada hutan tapi sekarang justru menjadi hutan produktif yang hijau. 

Aktivitas yang dilakukan perusahaan juga tidak merusak air bawah tanah (ABT). Indikasinya dari hasil sumur pantau yang dicek tiap 3 bulan. 

“Bahkan aktivitas kita malah menambah cadangan air bawah tanah. Indeks kekayaan hayati di sekitar lokasi pabrik juga kian meningkat," jelas Eko Purnomo.

Pembangunan embung di kawasan Semen Gresik Pabrik Tuban yang daya tampungnya hingga 6 juta kubik juga berdampak positif. Selain untuk kebutuhan cooling water Pabrik Tuban sebanyak 1,2 juta kubik, air embung itu juga dimaksimalkan untuk beragam kepentingan. 

Mulai dari keramba untuk budidaya perikanan ikan tawar yang dikelola warga hingga mengaliri areal pertanian petani setempat. 

Kini, lahan pertanian yang dikelola petani sekitar Pabrik Tuban bahkan bisa panen hingga tiga kali dalam setahun. Padahal sebelumnya hanya mampu panen sekali dalam setahun karena sifatnya tadah hujan. 

"Hasil pertanian juga melonjak drastis. Dulu per hektare 6 ton sekarang bisa sampai 12 ton tiap hektarenya," ungkap Eko Purnomo.

Kawasan Arboretum Bukit Daun dan hutan produktif kini juga menjadi destinasi wisata dan wahana edukasi baru di Tuban dan sekitarnya. Berbagai kalangan mulai dari anak-anak, pelajar, mahasiswa, anak muda, DPRD hingga kepala daerah pernah berkunjung ke kawasan ini. 
  Taman hasil reklamasi (Foto: PT SG)
Kepala Departemen Komunikasi dan Hukum PT Semen Gresik Gatot Mardiana mengatakan konsep pra hingga pascatambang di Tuban juga diterapkan di Rembang. 

Gatot memastikan aktivitas Semen Gresik Pabrik Rembang juga ramah lingkungan dan bermanfaat untuk masyarakat. 

Beberapa program yang digarap mulai dari penghijauan, pemberdayaan masyarakat desa, progam air bersih, optimalisasi BUMDes, pembangunan infrastruktur pendidikan hingga tempat ibadah, pembangunan RTLH, sektor kesehatan, dan lain sebagainya. 

"Hingga kini dana CSR yang sudah dikucurkan Semen Gresik sebesar Rp56 miliar," papar Gatot. 

Semen Gresik Pabrik Rembang juga memiliki program perkebunan terpadu pra tambang. Lahan seluas 13 hektar disediakan untuk progam ini. 

Perusahaan menggandeng Yayasan Obor Tani, yang “hasil karyanya” sudah terbukti di berbagai provinsi. Warga dan petani sekitar perusahaan juga dilibatkan agar mereka bisa menyerap wawasan baru dalam pengelolaan lahan yang produktif dan tetap ramah lingkungan. 

Wawasan baru itu nantinya bisa dibagikan kepada warga dan petani lainnya.

Saat ini sudah ada sekitar 5 hektare lahan Semen Gresik yang digunakan untuk program perkebunan terpadu pra tambang. Untuk ketersediaan air, juga dibangun embung dengan kapasitas 16.000 m3 di kawasan tersebut.

“Komitmen kita memang ingin hidup berdampingan serta tumbuh bersama warga dan berkontribusi positif untuk lingkungan,” tandas Gatot. (KSM)


 

Pewarta : KSM
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024