Jakarta (Antaranews Jateng) - Ratusan karyawan Microsoft telah menandatangani surat yang memrotes kontrak senilai 480 juta dolar antara raksasa teknologi itu dengan Angkatan Darat AS.
Microsoft telah menerima kontrak dari Angkatan Darat AS untuk memasok headset augmented-realty yang akan digunakan di medan perang, kata NBC dalam laporannya, dikutip Minggu.
Menurut ketentuan kesepakatan itu, headset yang menempatkan gambar holografik ke dalam bidang visi pemakainya, akan diadaptasi untuk kepentingan militer guna mendeteksi musuh.
"Kami adalah koalisi global pekerja Microsoft, dan kami menolak untuk menciptakan teknologi untuk perang dan penindasan," demikian di antaranya isi surat protes tersebut. Microsoft mendapatkan kontrak itu pada November tahun lalu.
Surat protes itu juga dipublikasikan di papan pesan internal perusahaan dan diedarkan melalui email ke seluruh karyawan perusahaan pada Jumat lalu (22/2).
Lebih dari 100 karyawan Microsoft membubuhkan nama dan tanda tangan di surat itu. Microsoft mempekerjakan hampir 135.000 orang di seluruh dunia.
“Kami khawatir bahwa Microsoft berupaya menyediakan teknologi senjata kepada militer AS, membantu pemerintah satu negara 'meningkatkan kematian’ menggunakan alat yang kami buat,” kata surat itu.
Surat itu, yang ditujukan kepada CEO Microsoft Satya Nadella, dan presiden dan chief legal officer Brad Smith, mencatat bahwa perusahaan tersebut sebelumnya telah melisensikan teknologi kepada militer—termasuk HoloLens untuk digunakan dalam pelatihan—tetapi belum pernah sebelumnya "melewati batas” dalam pengembangan senjata.
Baca juga: Microsoft perluas layanan keamanan siber ke 12 negara Eropa
Baca juga: Microsoft hentikan dukungan Windows 10 Mobile tahun ini
Microsoft telah menerima kontrak dari Angkatan Darat AS untuk memasok headset augmented-realty yang akan digunakan di medan perang, kata NBC dalam laporannya, dikutip Minggu.
Menurut ketentuan kesepakatan itu, headset yang menempatkan gambar holografik ke dalam bidang visi pemakainya, akan diadaptasi untuk kepentingan militer guna mendeteksi musuh.
"Kami adalah koalisi global pekerja Microsoft, dan kami menolak untuk menciptakan teknologi untuk perang dan penindasan," demikian di antaranya isi surat protes tersebut. Microsoft mendapatkan kontrak itu pada November tahun lalu.
Surat protes itu juga dipublikasikan di papan pesan internal perusahaan dan diedarkan melalui email ke seluruh karyawan perusahaan pada Jumat lalu (22/2).
Lebih dari 100 karyawan Microsoft membubuhkan nama dan tanda tangan di surat itu. Microsoft mempekerjakan hampir 135.000 orang di seluruh dunia.
“Kami khawatir bahwa Microsoft berupaya menyediakan teknologi senjata kepada militer AS, membantu pemerintah satu negara 'meningkatkan kematian’ menggunakan alat yang kami buat,” kata surat itu.
Surat itu, yang ditujukan kepada CEO Microsoft Satya Nadella, dan presiden dan chief legal officer Brad Smith, mencatat bahwa perusahaan tersebut sebelumnya telah melisensikan teknologi kepada militer—termasuk HoloLens untuk digunakan dalam pelatihan—tetapi belum pernah sebelumnya "melewati batas” dalam pengembangan senjata.
Baca juga: Microsoft perluas layanan keamanan siber ke 12 negara Eropa
Baca juga: Microsoft hentikan dukungan Windows 10 Mobile tahun ini