Magelang (Antaranews Jatenh) - Pengelola Pasar Seni Magelang di pusat Kota Magelang, Jawa Tengah, Jumat, memberikan pelatihan membatik kepada para siswa Sekolah Dasar sebagai bagian dari upaya mereka memperkenalkan produk usaha produktif dan budaya bangsa.
Koordinator Seni dan Budaya PSM Kota Magelang Sri Mastuti di sela pelatihan membatik dengan peserta para siswa SD Marsudirini Muntilan di Magelang, Jumat, mengatakan tentang pentingnya sejak dini, anak-anak mengetahui produk batik sebagai budaya bangsa.
"Anak-anak diperkenalkan sejak dini tentang batik agar mereka bisa mencintai produk dan budaya asli Indonesia. Apalagi batik selama ini sudah diakui dunia internasional dan sudah dipatenkan sebagai khasanah Indonesia," katanya.
Pelatihan dengan menghadirkan narasumber yang juga perajin batik "Soemirah" Magelang, Kelik Soebarjo itu, diikuti 27 siswa Kelas III SD Marsudirini Muntilan, Kabupaten Magelang. Para siswa tersebut sedang menjalani program tahunan sekolah, di mana mereka belajar di luar kelas.
Mastuti mengatakan bahwa pihaknya menjalin kerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan terkait dengan dukungan atas program edukasi bagi masyarakat, terkait dengan usaha mikro, kecil, dan menengah.
Pasar Seni Magelang dengan 17 gerai itu tidak hanya wadah pelaku UMKM mempromosikan dan menjual produk kerajinan dan kesenian mereka. Berbagai stan itu, antara lain berisi produk kerajinan berbahan akrilik, batik, desain grafis, makanan kering, kue, kesenian tari-tarian, fesyen, dan aksesoris.
Akan tetapi, ujarnya, PSM bisa menjadi tempat pelatihan dan edukasi tentang UMKM dan karya seni bagi masyarakat. Rencananya, PSM diresmikan pada 5 Maret mendatang. Belum lama ini, PSM juga telah menjadi tujuan kunjungan para siswa SMA Insan Cendekia Madani (ICM) Kota Tangerang Selatan.
Berbagai kalangan masyarakat, ujarnya dalam keterangan tertulis Humas Pemerintah Kota Magelang itu, bisa mengikuti macam-macam pelatihan UMKM di PSM.
Pihaknya akan menjadikan kegiatan pelatihan UMKM sebagai program rutin, selain mengembangkan tempat tersebut sebagai salah satu tujuan wisata di "Kota Sejuta Bunga", julukan Kota Magelang.
"Kita sudah kerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, agar jika ada pelatihan bisa dipusatkan di sini," ucapnya.
Seorang guru SD Marsudirini Muntilan saat mendampingi para siswa dalam kegiatan itu, menyebut pelatihan membatik sejalan dengan materi pendidikan di sekolahnya, yakni terkait dengan proses pengolahan produksi sandang.
"Kebetulan di sekolah kami ada program tahunan anak belajar di luar kelas. Pelatihan membatik ini cocok dengan materi sekolah, yakni tentang proses pengolahan produksi sandang," katanya.
Melalui pelatihan tersebut, anak-anak diberitahu tentang cara menggunakan kain batik, proses awal membuat batik mulai dari kain polos, pemberian motif, pewarnaan, hingga proses selanjutnya menjadi pakaian.
"Setelah mengikuti pelatihan ini, diharapkan anak-anak mengetahui bagaimana proses membatik, karena berkaitan dengan muatan seni budaya," katanya.
Koordinator Seni dan Budaya PSM Kota Magelang Sri Mastuti di sela pelatihan membatik dengan peserta para siswa SD Marsudirini Muntilan di Magelang, Jumat, mengatakan tentang pentingnya sejak dini, anak-anak mengetahui produk batik sebagai budaya bangsa.
"Anak-anak diperkenalkan sejak dini tentang batik agar mereka bisa mencintai produk dan budaya asli Indonesia. Apalagi batik selama ini sudah diakui dunia internasional dan sudah dipatenkan sebagai khasanah Indonesia," katanya.
Pelatihan dengan menghadirkan narasumber yang juga perajin batik "Soemirah" Magelang, Kelik Soebarjo itu, diikuti 27 siswa Kelas III SD Marsudirini Muntilan, Kabupaten Magelang. Para siswa tersebut sedang menjalani program tahunan sekolah, di mana mereka belajar di luar kelas.
Mastuti mengatakan bahwa pihaknya menjalin kerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan terkait dengan dukungan atas program edukasi bagi masyarakat, terkait dengan usaha mikro, kecil, dan menengah.
Pasar Seni Magelang dengan 17 gerai itu tidak hanya wadah pelaku UMKM mempromosikan dan menjual produk kerajinan dan kesenian mereka. Berbagai stan itu, antara lain berisi produk kerajinan berbahan akrilik, batik, desain grafis, makanan kering, kue, kesenian tari-tarian, fesyen, dan aksesoris.
Akan tetapi, ujarnya, PSM bisa menjadi tempat pelatihan dan edukasi tentang UMKM dan karya seni bagi masyarakat. Rencananya, PSM diresmikan pada 5 Maret mendatang. Belum lama ini, PSM juga telah menjadi tujuan kunjungan para siswa SMA Insan Cendekia Madani (ICM) Kota Tangerang Selatan.
Berbagai kalangan masyarakat, ujarnya dalam keterangan tertulis Humas Pemerintah Kota Magelang itu, bisa mengikuti macam-macam pelatihan UMKM di PSM.
Pihaknya akan menjadikan kegiatan pelatihan UMKM sebagai program rutin, selain mengembangkan tempat tersebut sebagai salah satu tujuan wisata di "Kota Sejuta Bunga", julukan Kota Magelang.
"Kita sudah kerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, agar jika ada pelatihan bisa dipusatkan di sini," ucapnya.
Seorang guru SD Marsudirini Muntilan saat mendampingi para siswa dalam kegiatan itu, menyebut pelatihan membatik sejalan dengan materi pendidikan di sekolahnya, yakni terkait dengan proses pengolahan produksi sandang.
"Kebetulan di sekolah kami ada program tahunan anak belajar di luar kelas. Pelatihan membatik ini cocok dengan materi sekolah, yakni tentang proses pengolahan produksi sandang," katanya.
Melalui pelatihan tersebut, anak-anak diberitahu tentang cara menggunakan kain batik, proses awal membuat batik mulai dari kain polos, pemberian motif, pewarnaan, hingga proses selanjutnya menjadi pakaian.
"Setelah mengikuti pelatihan ini, diharapkan anak-anak mengetahui bagaimana proses membatik, karena berkaitan dengan muatan seni budaya," katanya.