London (Antaranews Jateng) - Seniman Bali, I Wayan Balawan yang lebih dikenal dengan nama Balawan "the magic finger guitarist" dan grupnya "the Batuan Ethnic Fusion" berhasil memukau lebih dari 120 orang penonton Ekuador dalam penampilannya di Teatro Prometeo, Casa de la Cultura, di Quito, Ekuador pekan lalu.
Pensosbud KBRI Quito dalam keterangan kepada Antara London, Kamis menyebutkan penampilan "Balawan and the Batuan Ethnic Fusion" merupakan penampilan perdana musisi Indonesia di Casa de la Cultura Benjamin Carrion yang merupakan salah satu pusat budaya terbesar di Ekuador, yang berada di bawah Kementerian Kebudayaan Ekuador.
"Balawan and the Batuan Ethnic Fusion" yang khusus datang dari Bali tersebut tampil ciamik dengan gitar doubleneck yang menjadi ciri khasnya, dipadu dengan alat-alat musik tradisional Bali yakni gamelan, kenong dan ceng ceng dan gendang yang menghasilkan irama dinamis yang sangat memukau.
Tidak saja menyuguhkan keahliannya memainkan doubleneck gitarnya dengan kecepatan luar biasa yakni mampu memainkan 18 not musik dalam tempo 1 detik, "Balawan and the Batuan Ethnic Fusion" juga menampilkan kemampuan memainkan 18 not dalam tempo 1 detik dengan alat musik Gamelan Bali yang dimainkan oleh I Nyoman Suarsana bersama I Wayan Yogi Eko Martika. Penampilan ini mendapat sambutan meriah dari penonton.
Tampil membawakan beberapa musik dan lagu Indonesia seperti Keroncong Kemayoran, Don Dap Dape yang dibawakan Ayu Kamaratih atau dikenal dengan Mustikara, "Balawan and the Batuan Ethnic Fusion" seolah membawa penonton Ekuador jauh melanglang buana ke alam Indonesia. Ayu Kamaratih juga tampil bersama bintang tamu khusus yaitu Duta Besar RI Quito, Diennaryati Tjokrosuprihatono, membawakan lagu Jali-Jali yang mendapat tepuk tangan meriah.
Tidak saja lagu-lagu dari Indonesia, "Balawan and the Batuan Ethnic Fusion" juga menampilkan kebolehannya membawakan lagu khas dari Ekuador bergenre khusus yaitu Reggaeton.
Selain itu juga ditampilkan tari Bali berjudul Jauk yang merupakan tarian solo klasik dari Bali yang menggambarkan tentang seorang raksasa. Tarian ini merupakan salah satu episode dari cerita Ramayana dan Mahabarata yang diturunkan dari generasi ke generasi di Bali.
"Balawan and the Batuan Ethnic Fusion" yang tampil sangat interaktif juga membuat workshop tari Kecak yang diikuti antuasias oleh belasan penonton yang hadir. Workshop Kecak ini semakin membuat hangat suasana di Teatro Prometeo malam itu.
Penampilan "Balawan and the Batuan Ethnic Fusion" ditutup dengan tepuk tangan meriah dan standing ovation dari seluruh penonton yang memberikan apresiasi sangat tinggi atas kehadiran mereka di Quito, Ekuador.
Sebelum tampil di Teatro Prometeo, Balawan and the Batuan Ethnic Fusion juga tampil pada Malam Budaya dalam rangkaian Forum Bisnis Indonesia-Ekuador yang berlangsung di Hotel Marriot, yang juga mendapatkan sambutan meriah dari tamu-tamu yang terdiri dari para pengusaha yang hadir di Malam Budaya tersebut. (Editor : Fitri Supratiwi).
Pensosbud KBRI Quito dalam keterangan kepada Antara London, Kamis menyebutkan penampilan "Balawan and the Batuan Ethnic Fusion" merupakan penampilan perdana musisi Indonesia di Casa de la Cultura Benjamin Carrion yang merupakan salah satu pusat budaya terbesar di Ekuador, yang berada di bawah Kementerian Kebudayaan Ekuador.
"Balawan and the Batuan Ethnic Fusion" yang khusus datang dari Bali tersebut tampil ciamik dengan gitar doubleneck yang menjadi ciri khasnya, dipadu dengan alat-alat musik tradisional Bali yakni gamelan, kenong dan ceng ceng dan gendang yang menghasilkan irama dinamis yang sangat memukau.
Tidak saja menyuguhkan keahliannya memainkan doubleneck gitarnya dengan kecepatan luar biasa yakni mampu memainkan 18 not musik dalam tempo 1 detik, "Balawan and the Batuan Ethnic Fusion" juga menampilkan kemampuan memainkan 18 not dalam tempo 1 detik dengan alat musik Gamelan Bali yang dimainkan oleh I Nyoman Suarsana bersama I Wayan Yogi Eko Martika. Penampilan ini mendapat sambutan meriah dari penonton.
Tampil membawakan beberapa musik dan lagu Indonesia seperti Keroncong Kemayoran, Don Dap Dape yang dibawakan Ayu Kamaratih atau dikenal dengan Mustikara, "Balawan and the Batuan Ethnic Fusion" seolah membawa penonton Ekuador jauh melanglang buana ke alam Indonesia. Ayu Kamaratih juga tampil bersama bintang tamu khusus yaitu Duta Besar RI Quito, Diennaryati Tjokrosuprihatono, membawakan lagu Jali-Jali yang mendapat tepuk tangan meriah.
Tidak saja lagu-lagu dari Indonesia, "Balawan and the Batuan Ethnic Fusion" juga menampilkan kebolehannya membawakan lagu khas dari Ekuador bergenre khusus yaitu Reggaeton.
Selain itu juga ditampilkan tari Bali berjudul Jauk yang merupakan tarian solo klasik dari Bali yang menggambarkan tentang seorang raksasa. Tarian ini merupakan salah satu episode dari cerita Ramayana dan Mahabarata yang diturunkan dari generasi ke generasi di Bali.
"Balawan and the Batuan Ethnic Fusion" yang tampil sangat interaktif juga membuat workshop tari Kecak yang diikuti antuasias oleh belasan penonton yang hadir. Workshop Kecak ini semakin membuat hangat suasana di Teatro Prometeo malam itu.
Penampilan "Balawan and the Batuan Ethnic Fusion" ditutup dengan tepuk tangan meriah dan standing ovation dari seluruh penonton yang memberikan apresiasi sangat tinggi atas kehadiran mereka di Quito, Ekuador.
Sebelum tampil di Teatro Prometeo, Balawan and the Batuan Ethnic Fusion juga tampil pada Malam Budaya dalam rangkaian Forum Bisnis Indonesia-Ekuador yang berlangsung di Hotel Marriot, yang juga mendapatkan sambutan meriah dari tamu-tamu yang terdiri dari para pengusaha yang hadir di Malam Budaya tersebut. (Editor : Fitri Supratiwi).