Purwokerto (Antaranews Jateng) - Seorang guru harus mempunyai suatu strategi pembelajaran, metode atau model, dan teknik agar materi yang disampaikan dapat diserap serta dipahami oleh siswanya, kata Bupati Banyumas Achmad Husein.

"Misalnya, dalam penggunaan model diskusi perlu digunakan teknik yang berbeda antara kelas yang siswanya tergolong aktif dan kelas yang siswanya tergolong pasif," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa.

Bupati mengatakan hal itu saat menjadi pembicara kunci dalam acara peluncuran dan bedah buku "Model Dise Pedoman Pembelajaran Menulis Cerita Pengalaman bagi Siswa Sekolah Dasar" karya Kepala Seksi Kurikulum Bidang Pembinaan Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kabupate Banyumas Ani Widosari.

Ia mengharapkan pembaruan strategi, metode atau model, dan teknik pembelajaran dapat meningkatkan kualitas peserta didik serta hasil belajar yang optimal.

Dalam kesempatan tersebut,dia mengaku memiliki pengalaman buruk karena pernah tidak naik kelas dan berpindah-pindah sekolah dasar hingga empat kali.

"Akan tetapi setelah mendapat guru yang tepat dan mendapat didikan yang berbeda dengan sebelumnya, saya bisa lulus terbaik kedua. Itu karena guru saya mempunyai metode khusus," katanya.

Lebih lanjut, Bupati mengatakan seorang guru dituntut untuk terus meningkatkan profesionalismenya dalam rangka menjadikan peserta didik memiliki empat pilar belajar, yakni keterampilan dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan dalam pengembangan jati diri, keterampilan dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu, dan keterampilan untuk dapat hidup berdampingan dengan sesama secara harmonis. 

Selain itu, kata dia, guru sebagai garda terdepat dalam dunia pendidikan juga harus bisa mengimplementasikan 14 prinsip pembelajaran yang menjadi fokus kurikulum 2013.

"Itu semua mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran, termasuk di dalamnya yang bermuara pada pengembangan siswa berpikir kreatif dan inovatif tetapi sesuai dengan kaidah keindonesiaan," katanya.

Terkait dengan hal itu, Bupati memberikan apresiasi kepada Ani Widosari yang telah menemukan model pembelajaran yang selanjutnya disusun menjadi sebuah buku.

Sementara itu, Ani Widosari mengatakan "Dise" merupakan akronim dari "dialog" (percakapan), "scientific" (ilmiah), dan "education plus entertainment/edutainment" (perpaduan antara edukasi dan hiburan) yang sedang digalakkan.

"Buku Dise merupakan salah satu temuan model pembelajaran menulis cerita pengalaman bagi siswa sekolah dasar," katanya.

Menurut dia, peluncuran buku tersebut merupakan promosi bagi guru karena saat ini guru sering kali mengalami kesulitan ketika mengajar pelajaran menulis.

Ia mengatakan hasilnya pun terlihat bahwa siswa mengalami kesulitan karena hasil tidak terarah.

"Dalam buku ini juga ada hal baru, di mana dibutuhkan kata kunci dan peta konsep yang dibutuhkan guru ketika melakukan pembelajaran, sehingga memudahkan guru dalam menerapkan pembelajaran menulis pengalaman lebih menarik dan menyenangkan," katanya. 

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024