Banyumas (Antaranews Jateng) - Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, akan mengoptimalkan pergelaran "Grebeg Sura Baturraden" demi mengungkit minat wisatawan berkunjung ke Kawasan Wisata Baturraden.

"Ini harus lebih ditingkatkan lagi. Di sini sudah ada `jagabaya`, kita bisa tiru seperti `pecalang` di Bali," kata Wakil Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono usai menghadiri pergelaran "Grebeg Sura Baturraden" di Lokawisata Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Minggu.

Oleh karena itu, kata dia, pergelaran "Grebeg Sura Baturraden" tahun berikutnya akan ditingkatkan agar lebih monumental lagi.

Dengan demikian, lanjut dia, "Grebeg Sura Baturraden" dapat menjadi tradisi tahunan yang akan menarik minat wisatawan lokal, regional, nasional maupun internasional.

"Tradisi budaya harus dipisahkan dengan agama, tidak boleh dicampur aduk. Budaya, ya tetap budaya," kata dia menambahkan.

Terkait dengan hal itu, pihaknya akan mendiskusikan kelanjutan penyelenggaraan "Grebeg Sura Baturraden" agar bisa dijadikan sebagai salah satu atraksi wisata yang mempunyai ciri tersendiri.

Menurut dia, atraksi dalam "Grebeg Sura Baturraden" kali ini dan tahun-tahun sebelumnya masih terlalu lebar.

"Jadi harus ada ciri khas yang menonjolkan Banyumas. Saya yakin akan menjadi satu festival yang menjadi tujuan wisata," katanya.

Sementara saat memberi sambutan berbahasa Jawa pada pembukaan pergelaran "Grebeg Suran Baturraden", Bupati Banyumas Achmad Husein mengharapkan tradisi budaya tersebut tetap lestari dan kegiatan serupa yang akan digelar tahun depan dapat lebih ramai, lebih kreatif, serta ada perubahan yang lebih baik.

"Selain itu, bagaimana caranya agar `Grebeg Sura Baturraden` ada manfaatnya dan diambil hikmahnya terutama dalam menjalin persaudaraan, mewujudkan rasa syukur kepada Allah, serta dapat menarik kunjungan wisata di Banyumas," katanya.
  Wakil Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono (jongkok sebelah kiri) saat pelarungan tumpeng "robyong" dan tumpeng triwarna di Sungai Gumiwang, Lokawisata Baturraden, Kabupaten Banyumas, Minggu (30-9-2018) dalam rangkaian pergelaran "Grebeg Sura Baturraden". (Foto: Sumarwoto) 
Pergelaran "Grebeg Sura Baturraden" yang digelar pada hari Minggu (30/9) diawali dengan kirab dari Wanawisata Baturraden menuju Lokawisata Baturraden.

Kirab tersebut terdiri atas barisan pembawa tombak Ki Bau Reksa dan Ki Singkir Kala yang diikuti barisan "rontek", pembawa dua gunungan, serta pembawa "jolen" berisi tumpeng kuat, tumpeng "robyong", dan tumpeng triwarna.

Selain itu, ada pembawa "wedhus kendhit" (kambing berbulu hitam namun di bagian perutnya berwarna putih melingkar seperti menggunakan ikat pinggang), pembawa "belisan", dan barisan pembawa tenong beserta lauknya.

Sesampainya di lapangan Lokawisata Baturraden, seluruh bawaan yang terdiri atas berbagai makanan didoakan sesepuh masyarakat dengan harapan masyarakat sekitar Gunung Slamet selalu diberi keselamatan, keberkahan, dan kemakmuran oleh Tuhan.

Setelah didoakan, dua gunungan yang diarak diperebutkan oleh masyarakat yang hadir, sedangkan tumpeng "robyong", dan tumpeng triwarna akan dilarung di Sungai Gumiwang yang berada di tengah Lokawisata Baturraden usai penyembelihan "wedhus kendhit" di kompleks pemakaman petilasan atau situs Baturraden.

Sementara nasi beserta lauknya yang dibawa dengan tenong dimakan bersama oleh masyarakat dan wisatawan usai rangkaian kegiatan. 

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Sumarwoto
Copyright © ANTARA 2024