Semarang (Antaranews Jateng) - Peneliti dari 12 negara di Asia dan Australia berkumpul dalam forum kerja sama nuklir Asia dan Australia untuk membahas tentang pemanfaatan teknologi nuklir dalam memrediksi dampak perubahan iklim.

Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Djarot Sulistio Wisnubroto di Semarang, Senin, mengatakan pertemuan yang digelar di Univerwitas Diponegoro Semarang ini merupakan yang kedua setelah terbentuk setahun lalu di Australia.

Forum for Nuclear Cooperation in Asia sendiri beranggotakan Bangladesh, China, Indonesia, Japan, Kazakshtan, Korea, Malaysia, Mongolia, Philippines, Thailand, dan Vietnam, ditambah dengan Australia.

"Nuklir jangan dilihat sebagai sesuatu yang menakutkan," katanya.

Dalam forum ini, lanjut dia, tiap-tiap negara akan melakukan penelitian tentang dampak perubahan iklim dengan teknologi nuklir untuk dijadikan sebagai database.

"Hasil penelitian ini akan kami sampaikan ke pemangku kepentingan dalam merumuskan kebijakan dalam upaya mengatasi perubahan iklim," tambahnya.

Ia menjelaskan salah satu teknologi nuklir dalam menentukan kajian perubahan iklim masa lampai dengan menggunakan analisis isotop.

Menurut dia, sedimentasi dan terumbu karang menyimpan informasi tentang perubahan iklim sejak ribuan tahun lalu.

"Mempelajari masa lalu untuk memrediksi masa depan," katanya.

Penelitian ini, lanjut dia, akan menghitung seberapa cepat perubahan iklim yang terjadi.

"Dengan demikian, para pemangku kepetingan bisa mengambil kebijakan untuk mengatasi kondisi tersebut," katanya.

Pewarta : Immanuel Citra Senjaya
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024