Semarang (Antaranews Jateng) - Pakar komunikasi Gunawan Witjaksana menyarankan kalangan elit politik untuk tidak malu meniru iklan sepeda motor dalam berkompetisi satu sama lain di percaturan politik.

Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Semarang itu di Semarang Selasa mengatakan, tidak pernah ada slogan dari produsen sepeda motor yang saling menjatuhkan satu sama lain, misalnya produk A lebih baik dari produk B.

Hal tersebut diungkapkannya saat Dialog Interaktif bertema "Mencegah Eksploitasi Isu SARA Dalam Pilkada 2018 dan Pilpres 2019" di Stasiun Semarang TV yang dimoderatori Poernomo Anwari.

Gunawan mengatakan kecenderungan sekarang ini para elit justru mencoba saling menjatuhkan lawan politiknya dengan cara-cara yang tidak sehat, termasuk menggunakan isu SARA yang bisa memecah belah.

"Maraknya `hoax` sekarang ini juga memprihatinkan, terutama melalui media sosial yang digunakan sebagai sarana untuk menebar ujaran kebencian. Tanpa pikir panjang kemudian di-`share`," katanya.

Mantan Direktur Sabhara Mabes Polri Brigjen Pol (Purn) Soehardi SA membenarkan para elit sekarang ini begitu mudahnya berbicara di media tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat.

"Ada orang yang berpengaruh, kemudian berbicara menjelekkan orang lain. Kalau para tokoh berbicara seperti itu akan menjadi sangat gaduh bangsa ini. Mereka tidak menampilkan kecerdasan," katanya.

Kalau mereka negarawan dan tokoh bangsa, kata dia, mestinya menjaga apa yang diucapkan dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat dilandasi dengan kecerdasan kebangsaan dan berdemokrasi.

"Jika sifatnya mencari kekuasaan dengan cara memecah bangsa, berarti mereka tidak cerdas kebangsaan. Kemudian, cerdas berdemokrasi. Bijak dalam berbicara, berpolitik, dan berdemokrasi," katanya.

Soehardi mengingatkan mereka yang duduk sebagai elite untuk tidak mempermainkan emosi rakyatnya, sebab apa yang diucapkannya sangat berdampak besar terhadap masyarakat terutama di akar bawah.

Sementara itu, pengajar Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang Hendro yang juga menjadi pembicara mengatakan elite yang suka memecah belah membuktikan belum dewasa dalam berdemokrasi.

"Kedewasaan seorang tokoh, atau bahkan negarawan tidak cukup hanya dari pemikirannya, tetapi juga omongannya. Di atas, mereka ngomong seperti itu tidak apa-apa, tetapi di bawah bisa bahaya," tegasnya.
 

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Sumarwoto
Copyright © ANTARA 2024