Semarang (Antaranews Jateng) - Peneliti senior Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang Prof. Sultana MH Faradz menegaskan seluruh penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari fakultas itu harus lolos "Etical Clereance" atau persetujuan etik yang diterbitkan Komite Etik.

"Penelitian yang dilakukan peneliti dari FK Undip harus lolos `Etical Clereance`," kata Direktur Center for Biomedical Research (Cebior) Undip ini di Semarang, Kamis.

Menurut dia, terdapat sejumlah tahapan sebelum seorang peneliti di bidang kesehatan bisa melaksanakan penelitiannya.

Peneliti yang akan melaksanakan penelitian harus menyusun proposal yang nantikan akan disampaikan ke Komite Etik FK Undip.

Proposal itu nantinya akan dinilai oleh para peneliti senior FK Undip dan Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang yang merupakan anggota Komite Etik.

Proposal penelitian itu sendiri, lanjut dia, berisi tentang latar belakang penelitian, metodologi, sumber yang diteliti, hingga berapa lama waktu yang diteliti.

Menurut dia, peneliti juga harus menjelaskan mekanisme penelitian jika menggunakan manusia sebagai subjek penelitian.

"Peneliti tidak memberatkan orang yang menjadi subjek penelitian," kata pakar genetika yang mendedikasikan hidupnya untuk meneliti dan mengobati kerancuan kelamin ini.

Termasuk, lanjut dia, para peneliti lain yang dilibatkan dalam penelitian itu harus disebutkan dan mengetahui jika diikutsertakan di dalamnya.

"Jadi ada peneliti utama dan peneliti pembantu, semua harus diterangkan dalam pengajuan proposal itu," katanya.

Selanjutnya, kata dia, jika proposal penelitian dianggap layak, maka Komite Etik akan menerbitkan sertifikat "Etical Clereance".

"Kalau semua prosedurnya dijalankan tidak akan ada masalah dengan penelitian yang dilaksanakan," kata mantan Pembantu Rektor Undip ini.

Sebelumnya diberitakan, penelitian dosen Undip Semarang yang memenangi juara 3 lomba yang digelar Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi diduga bermasalah.

Dari penelusuran informasi yang dilakukan Antara, penelitian berjudul "Manfaat Krim Isoflavon Kedelai 1 Persen sebagai Anti-Akne Vulgaris" tersebut diduga mencantumkan nama sejumlah peneliti lain tanpa sepengetahuan yang bersangkutan.

Penelitian karya dosen Undip bernama Puguh Riyanto yang mengambil sampel kedelai asal Grobogan, Jawa Tengah, itu memperoleh penghargaan dalam Ristekdikti dan Martha Tilaar Innovation Center (MTIC) Award 2017 yang dilaksanakan Agustus 2017.

Dari data yang diperoleh, penelitian itu diketahui dilakukan Puguh Riyanto bersama dengan sejumlah pakar dari Undip.

 Beberapa nama yang tercantum dalam penelitian itu, antara lain, Guru Besar Undip Prasetyowati, dosen Undip Dr. Bambang Cahyono, dan Drs. Suharjono.



Pewarta : Immanuel Citra Senjaya
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2025