Jakarta (ANTARA News) - Raut wajah Iwan Setiawan (30), warga Kampung Belimbing, Babakan Asem, Tangerang tampak datar.

Berulang kali dia melihat papan nama berisi daftar korban selamat dari ledakan pabrik petasan di Tangerang pada Kamis (26/10) pagi. Tak ada satupun nama Diana (15), keponakan perempuan kesayangannya. 

Sang keponakan memang masih belia. Diana yang belum sempat mencicipi belajar di bangku sekolah menengah pertama itu baru dua minggu bekerja di pabrik tersebut. 

Iwan mulai kehilangan kabar dari Diana tak lama setelah peristiwa ledakan terjadi. Menghubungi ponsel Diana berulang kali tak juga membuahkan hasil. 

"Pas kejadian sampai sore, enggak juga ditemukan. Dia pamit kerja pagi sama ibunya. Sampai sore enggak bisa dihubungi," tutur Iwan di depan posko Ante Mortem, RS Polri, Kramat Jati, Jakarta, Jumat. 

Menurut Iwan, pihak keluarga sudah mencari ke tiga rumah sakit, RSUD Tangerang, RS Bun dan RS Mitra Husada sejak semalam namun tak kunjung menemukan Diana.

Mereka akhirnya mendatangi RS Polri sembari membawa data-data yang mungkin dibutuhkan seperti foto diri Diana dan lainnya.

Kisah Macih

Setali tiga uang dengan keluarga Diana, Mansyur juga masih menanti kabar, kakak perempuannya, Macih (43).

Sang kakak yang bekerja di bagian pengepakan petasan sejak lama itu hilang sejak sore hari. 

Pascaledakan, Mansyur terus menghubungi ponsel Macih. Tersambung namun tak diangkat. Sembari dilanda panik, dia bergegas mencari Macih di mobil-mobil polisi di sekitar tempat kejadian hingga rumah sakit tempat korban selamat dirawat.
 
Hingga kini mereka masih menanti kabar keluarga mereka. 

Berdasarkan pengamatan di posko Ante Mortem, sebanyak 34 keluarga telah melaporkan anggota keluarga mereka yang hilang pasca kejadian di pabrik petasan, Tangerang.

Sejauh ini, korban yang meninggal dunia mencapai 47 orang dan korban luka sebanyak 46 orang.

Pewarta : Lia Wanadriani Santosa
Editor :
Copyright © ANTARA 2024