Semarang, ANTARA JATENG - Badan Layanan Umum Transsemarang menerima setidaknya 459 keluhan dari masyarakat selaku pengguna moda transportasi massal bus rapid transit (BRT) Transsemarang.

"Hasil evaluasi kami hingga triwulan ketiga ada 459 keluhan yang masuk dari masyarakat pengguna Transsemarang," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Layanan Umum (BLU) Transsemarang Ade Bhakti di Semarang, Senin.

Dalam evaluasi mulai Januari-September 2017, dia menyebutkan, keluhan terbanyak pada periode Juli 2017 dengan total 114 keluhan dari seluruh keluhan atas pelayanan Transsemarang yang disampaikan konsumen.

Kalau dari koridor yang beroperasi, kata dia, Koridor I yang dioperasikan PT Transsemarang terbanyak mendapatkan keluhan masyarakat, yakni 129 keluhan, disusul Koridor II sebanyak 104 keluhan.

"Koridor II dioperasikan oleh PT Surya Setia Kusuma. Di urutan ketiga, keempat dan kelima adalah Koridor IV, V, dan VI. Koridor V dan VI dioperasikan PT Minas Makmur Jaya yang satu grup dengan pengelola Koridor I dan II," katanya.

Yang paling sedikit mendapatkan komplain adalah Koridor III yang dioperasikan PT Mekar Flamboyan dengan 25 keluhan.

Dari hasil evaluasi, menurut dia, keluhan dari masyarakat yang paling banyak adalah terhadap sopir, mulai laporan ugal-ugalan, menerobos lampu merah, merokok di dalam bus, berkata kasar dan sebagainya.

"Dari 15 item keluhan yang disampaikan, memang terbanyak atau mendominasi keluhan terhadap sopir. Di bawahnya adalah keluhan armada yang tidak merapat ke `shelter` alias meninggalkan penumpang," katanya.

Selain itu, Ade mengatakan, komplain terkait pelayanan petugas tiket dan fasilitas armada berada di urutan ketiga dengan 64 keluhan dan urutan keempat dengan 69 keluhan.

Berkaitan dengan evaluasi terhadap keluhan masyarakat, ia mengatakan hingga September 2017 sudah melakukan "blacklist" terhadap 22 nama sopir dan mengeluarkan 28 petugas tiket yang melanggar standar operasional prosedur (SOP) berat hingga mereka yang mencoba curang.

"Kami lakukan tindakan tegas ini supaya rekan-rekan, baik sopir maupun petugas tiket bisa menjalankan pekerjaannya sesuai SOP sehingga yang dulu dikatakan manajemen Transsemarang `tidak beres` sekarang tidak lagi," katanya.

Ternyata, kata dia, efek dari tindakan tegas itu lumayan signifikan terhadap pendapatan sehingga mengartikan jumlah konsumen meningkat karena pelayanan yang diberikan semakin baik.

"Awal April lalu, setelah launching Koridor V dan VI, pendapatan di angka rata-rata Rp58-64 juta per hari, sementara sekarang Rp72-84 juta. Bahkan, pernah menyentuh Rp92 juta per hari," katanya.

Ade mengingatkan seluruh jajaran manajemen Transsemarang untuk menaati SOP dan aturan, sebab gaji yang diberikan berasal dari pendapatan yang diterima dari masyarakat sebagai pengguna jasa.

"Yang jelas, kami terus lakukan evaluasi untuk semakin meningkatkan pelayanan terhadap penumpang. Dalam waktu dekat, kami juga akan menambah 72 alat ticketing," katanya.

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor :
Copyright © ANTARA 2025