Temanggung, ANTARA JATENG - Tanaman tembakau di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, sebagian terserang layu batang karena tanah lembab akibat masih sering hujan di awal Juli 2017.


Petani tembakau di Dusun Lamuk, Desa Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung, Sutopo, di Temanggung, Rabu, mengatakan layu batang karena akar tanaman tembakau membusuk sehingga pertumbuhan menjadi terhambat dan lama kelamaan batang tanaman menjadi layu.


"Busuknya akar tanaman dampak dari tanah yang terlalu lembab akibat terlalu sering terguyur hujan," katanya.


Ia menuturkan tahun lalu juga terjadi hal yang sama, tetapi persentase serangan lebih tinggi tahun ini, yakni rata-rata untuk satu lahan bisa tiga persen, sedangkan tahun lalu hanya satu persen.


Ia mengatakan untuk mengatasi layu batang para petani kemudian melakukan penyulaman tanaman tembakau atau menggantinya dengan tanaman baru.


Selain itu, petani juga menggunakan polybag untuk tanaman-tanaman tembakau yang masih kecil. Apabila dianggap sudah cukup kuat maka baru ditanam di ladang.


Ia menjelaskan penyulaman dilakukan dengan cara mencabut tanaman tembakau yang sudah layu termasuk mengganti tanahnya. Setelah tanaman hingga akarnya dicabut dengan tanahnya, maka tanaman tembakau kembali diisi dengan tanaman baru dan tanah baru. Tanaman baru yang ditanam sebelumnya ditaruh di polybag.


Meskipun ada serangan layu batang, katanya petani masih cukup tenang karena dibandingkan dengan masa tanam tembakau tahun 2016, saat ini secara umum untuk hama penyakit relatif menurun.


Ulat grayak yang tahun lalu memakan habis daun-daun tembakau siap tanam saat ini hanya ada sedikit, begitu juga dengan hama wereng ada penurunan serangan.


Petani yang lain, warga Bonganti, Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, Azuhni mengatakan pada saat masa pertumbuhan tanaman tembakau ini, sebenarnya kalau terjadi hujan pada siang hari tidak begitu masalah.


"Namun, kalau hujan terjadi pada malam hari biasanya sering menimbulkan penyakit tanaman," katanya.

Pewarta : Heru Suyitno
Editor :
Copyright © ANTARA 2025