Semarang, ANTARA JATENG - Komandan Detasemen Khusus 99 Banser-Ansor, Nurruzaman menegaskan tidak takut terhadap ancaman yang mengatas namakan ISIS kepada pihaknya, menyusul pemasangan bendera ISIS di Mapolsek Kebayoran Lama, Jakarta.
"Ansor dan Banser tidak takut terhadap ancaman tersebut. Tidak ada satu pun yang perlu ditakutkan karena kita berada di jalan yang benar," katanya, berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Antara di Semarang, Selasa.
Sebagaimana diwartakan, terjadi pemasangan bendera menyerupai lambang ISIS di depan Polsek Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa, sekitar pukul 05.30 WIB yang pemasangnya kini masih diburu kepolisian.
Selain memasang bendera, pelaku juga menuliskan pesan bernada ancaman lewat kertas yang ditujukan kepada polisi, TNI, dan instansi lainnya, termasuk Ansor-Banser.
Menurut Nurruzaman, Ansor dan Banser tetap konsisten menolak paham khilafah islamiyah karena Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pancasila sudah final, serta tidak perlu diperdebatkan lagi.
"Sekali lagi kami sampaikan, Ansor dan Banser tidak takut dengan ancaman tersebut. Bagi kami, ini adalah risiko perjuangan mempertahankan NKRI," kata sosok yang dikenal sebagai pengamat terorisme itu.
Apabila mati dalam mempertahankan NKRI, lanjut dia, maka Ansor dan Banser mati dalam keadaan syahid.
"Namun demikian, kami tetap waspada. Ansor akan berkoordinasi dengan aparat kepolisian dan kami mendukung langkah kepolisian dalam menindak pelaku teror," tegasnya.
Ia mengatakan Ansor dan Banser dijadikan target ancaman selain TNI, polisi, dan Densus 88 karena selama ini konsistem menjaga NKRI dan Pancasila.
Sebab, kata dia, bagi ISIS, siapapun yang menolak khilafah islamiyah adalah murtad dan wajib diperangi, sementara Ansor dan Banser tegas menolah khilafah sehingga dianggap murtad atau istilah mereka "sohwat".
Seiring dengan itu, Nurruzaman juga mengatakan yang menolak khilafah islamiyah adalah mayoritas masyarakat Indonesia sehingga apakah kemudian semuanya dianggap murtad dan kafir.
Mengenai kejadian pemasangan bendera menyerupai lambang ISIS di Polsek Kebayoran Lama, pihaknya menduga bukan tindakan yang dilakukan ISIS, melainkan kelompok lain yang sengaja mencari momentum menyerang kepolisian.
"Apa yang terjadi ini bukan cara-cara ISIS. Kalau ISIS, saya menduga polseknya sudah diserang. Namun, mungkin saja simpatisan ISIS atau bisa juga kelompok lain untuk memperkeruh suasana," pungkasnya.
"Ansor dan Banser tidak takut terhadap ancaman tersebut. Tidak ada satu pun yang perlu ditakutkan karena kita berada di jalan yang benar," katanya, berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Antara di Semarang, Selasa.
Sebagaimana diwartakan, terjadi pemasangan bendera menyerupai lambang ISIS di depan Polsek Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa, sekitar pukul 05.30 WIB yang pemasangnya kini masih diburu kepolisian.
Selain memasang bendera, pelaku juga menuliskan pesan bernada ancaman lewat kertas yang ditujukan kepada polisi, TNI, dan instansi lainnya, termasuk Ansor-Banser.
Menurut Nurruzaman, Ansor dan Banser tetap konsisten menolak paham khilafah islamiyah karena Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pancasila sudah final, serta tidak perlu diperdebatkan lagi.
"Sekali lagi kami sampaikan, Ansor dan Banser tidak takut dengan ancaman tersebut. Bagi kami, ini adalah risiko perjuangan mempertahankan NKRI," kata sosok yang dikenal sebagai pengamat terorisme itu.
Apabila mati dalam mempertahankan NKRI, lanjut dia, maka Ansor dan Banser mati dalam keadaan syahid.
"Namun demikian, kami tetap waspada. Ansor akan berkoordinasi dengan aparat kepolisian dan kami mendukung langkah kepolisian dalam menindak pelaku teror," tegasnya.
Ia mengatakan Ansor dan Banser dijadikan target ancaman selain TNI, polisi, dan Densus 88 karena selama ini konsistem menjaga NKRI dan Pancasila.
Sebab, kata dia, bagi ISIS, siapapun yang menolak khilafah islamiyah adalah murtad dan wajib diperangi, sementara Ansor dan Banser tegas menolah khilafah sehingga dianggap murtad atau istilah mereka "sohwat".
Seiring dengan itu, Nurruzaman juga mengatakan yang menolak khilafah islamiyah adalah mayoritas masyarakat Indonesia sehingga apakah kemudian semuanya dianggap murtad dan kafir.
Mengenai kejadian pemasangan bendera menyerupai lambang ISIS di Polsek Kebayoran Lama, pihaknya menduga bukan tindakan yang dilakukan ISIS, melainkan kelompok lain yang sengaja mencari momentum menyerang kepolisian.
"Apa yang terjadi ini bukan cara-cara ISIS. Kalau ISIS, saya menduga polseknya sudah diserang. Namun, mungkin saja simpatisan ISIS atau bisa juga kelompok lain untuk memperkeruh suasana," pungkasnya.