Washington, ANTARA JATENG - Direktur FBI James Comey, Senin waktu
AS, untuk pertama kalinya membenarkan bahwa mereka memang tengah
menyelidiki kemungkinan kaitan kampanye pemilihan presiden Donald Trump
tahun lalu dengan Rusia yang ditengarai berusaha mempengaruhi Pemilu AS
2016.
Comey dan Laksamana Mike Rogers, Direktur Badan Keamanan Nasional, menegaskan bahwa penyelidikan itu akan memakan waktu berbulan-bulan.
Tampil dalam dengar pendapat dengan Kongres, Comey juga membantah tuduhan Trump bahwa mantan Presiden Barack Obama telah menyadap markas besar kampanye kepresiden Trump pada 2016 di Trump Tower, Manhattan.
Kedua pejabat tinggi itu memberikan testimoni selama 5,5 jam di depan Komisi Intelijen DPR dalam testimoni panel bipartisan terdiri dari Republik dan Demokrat.
Comey menolak menguatkan klaim Trump bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin tidak menginginkan calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton kalah pada Pemilu, sebaliknya menginginkan Donald Trump menang.
"Dengan menaruh hormat kepada cuitan presiden mengenai tuduhan penyadapan yang langsung diarahkan kepada beliau oleh pemerintahan sebelumnya, saya tak punya informasi yang mendukung cuitan itu," kata Comey.
Sebaliknya Comey membenarkan bahwa FBI tengah menyelidiki dugaan intervensi Rusia sejak Juli terhadap proses Pemilu AS, termasuk kemungkinan kerja sama antara tim kampanye Trump dengan Moskow.
Tapi dia menegaskan FBI tidak akan menilai apakah pemerintah Rusia ingin menjatuhkan Clinton atau sebaliknya menaikkan Trump.
Badan-badan intelijen AS sendiri sudah menyimpulkan bahwa Rusia telah berusaha membantu Trump meretas Demokrat sewaktu Pemilu tahun silam, demikian Reuters.
Comey dan Laksamana Mike Rogers, Direktur Badan Keamanan Nasional, menegaskan bahwa penyelidikan itu akan memakan waktu berbulan-bulan.
Tampil dalam dengar pendapat dengan Kongres, Comey juga membantah tuduhan Trump bahwa mantan Presiden Barack Obama telah menyadap markas besar kampanye kepresiden Trump pada 2016 di Trump Tower, Manhattan.
Kedua pejabat tinggi itu memberikan testimoni selama 5,5 jam di depan Komisi Intelijen DPR dalam testimoni panel bipartisan terdiri dari Republik dan Demokrat.
Comey menolak menguatkan klaim Trump bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin tidak menginginkan calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton kalah pada Pemilu, sebaliknya menginginkan Donald Trump menang.
"Dengan menaruh hormat kepada cuitan presiden mengenai tuduhan penyadapan yang langsung diarahkan kepada beliau oleh pemerintahan sebelumnya, saya tak punya informasi yang mendukung cuitan itu," kata Comey.
Sebaliknya Comey membenarkan bahwa FBI tengah menyelidiki dugaan intervensi Rusia sejak Juli terhadap proses Pemilu AS, termasuk kemungkinan kerja sama antara tim kampanye Trump dengan Moskow.
Tapi dia menegaskan FBI tidak akan menilai apakah pemerintah Rusia ingin menjatuhkan Clinton atau sebaliknya menaikkan Trump.
Badan-badan intelijen AS sendiri sudah menyimpulkan bahwa Rusia telah berusaha membantu Trump meretas Demokrat sewaktu Pemilu tahun silam, demikian Reuters.