Semarang, ANTARA JATENG - Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Jawa Tengah tidak mengkhawatirkan dampak kenaikan harga cabai terhadap inflasi Januari karena komoditas tersebut bukan satu-satunya pemberi sumbangan inflasi.
"Kalau secara prediksi, inflasi di awal tahun, saya kira cabai tidak berpengaruh terlalu besar. Inflasi kan tidak hanya dari satu komoditas tetapi ada beberapa barang lain yang mempengaruhi," kata Deputi BI Kanwil Jawa Tengah Rahmat Dwisaputra di Semarang, Kamis.
Meski demikian, Rahmat belum bisa memprediksi berapa besar inflasi pada bulan Januari mengingat sumbangan cabai untuk tahun ini belum dapat dipastikan.
Sebagai gambaran, dia mengatakan pada tahun lalu komoditas cabai yaitu cabai merah dan cabai rawit masing-masing memberikan kontribusi terhadap inflasi sebesar 0,2 persen dan 0,3 persen. Secara total, sumbangan dari komoditas cabai terhadap inflasi sebesar 0,5 persen.
"Kalau secara agregasi tidak berpengaruh karena komoditas lain justru harganya turun, seperti misalnya tomat saat ini harganya hanya Rp2.000 per kilogram," katanya.
Secara keseluruhan, pada tahun lalu kelompok "volatile foods" atau komoditas yang memberikan dampak besar terhadap inflasi memberikan kontribusi terhadap inflasi hingga 60 persen.
Selain cabai, beberapa komoditas yang masuk dalam "volatile foods" di antaranya bawang merah, tomat, dan bawang putih.
Justru, pihaknya mengkhawatirkan kontribusi kelompok "administered price" atau tarif harga yang ditentukan oleh pemerintah terhadap inflasi pada tahun ini.
Rahmat mengatakan untuk beberapa bulan ini tarif listrik akan ada penyesuaian.
Selain itu, untuk bahan bakar minyak (BBM) akan ada kebijakan satu harga. Melihat kondisi tersebut, dia mengatakan BI bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan mengawal kebijakan yang berpengaruh terhadap "administered price" ini.
"Dengan TPID kami akan diskusikan bagaimana atau kebijakan apa yang akan kami lakukan untuk menjaga stabilitas harga," katanya.
Untuk diketahui, pada tahun lalu kelompok "administered price" ini memberikan sumbangan terhadap inflasi sebesar 20 persen.
"Kalau secara prediksi, inflasi di awal tahun, saya kira cabai tidak berpengaruh terlalu besar. Inflasi kan tidak hanya dari satu komoditas tetapi ada beberapa barang lain yang mempengaruhi," kata Deputi BI Kanwil Jawa Tengah Rahmat Dwisaputra di Semarang, Kamis.
Meski demikian, Rahmat belum bisa memprediksi berapa besar inflasi pada bulan Januari mengingat sumbangan cabai untuk tahun ini belum dapat dipastikan.
Sebagai gambaran, dia mengatakan pada tahun lalu komoditas cabai yaitu cabai merah dan cabai rawit masing-masing memberikan kontribusi terhadap inflasi sebesar 0,2 persen dan 0,3 persen. Secara total, sumbangan dari komoditas cabai terhadap inflasi sebesar 0,5 persen.
"Kalau secara agregasi tidak berpengaruh karena komoditas lain justru harganya turun, seperti misalnya tomat saat ini harganya hanya Rp2.000 per kilogram," katanya.
Secara keseluruhan, pada tahun lalu kelompok "volatile foods" atau komoditas yang memberikan dampak besar terhadap inflasi memberikan kontribusi terhadap inflasi hingga 60 persen.
Selain cabai, beberapa komoditas yang masuk dalam "volatile foods" di antaranya bawang merah, tomat, dan bawang putih.
Justru, pihaknya mengkhawatirkan kontribusi kelompok "administered price" atau tarif harga yang ditentukan oleh pemerintah terhadap inflasi pada tahun ini.
Rahmat mengatakan untuk beberapa bulan ini tarif listrik akan ada penyesuaian.
Selain itu, untuk bahan bakar minyak (BBM) akan ada kebijakan satu harga. Melihat kondisi tersebut, dia mengatakan BI bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan mengawal kebijakan yang berpengaruh terhadap "administered price" ini.
"Dengan TPID kami akan diskusikan bagaimana atau kebijakan apa yang akan kami lakukan untuk menjaga stabilitas harga," katanya.
Untuk diketahui, pada tahun lalu kelompok "administered price" ini memberikan sumbangan terhadap inflasi sebesar 20 persen.