Semarang, Antara Jateng - United States Agency for International Development (USAID) Prioritas menilai praktik pengalaman lapangan (PPL) adalah tahapan penting untuk membentuk guru berkualitas.

"Selama ini tidak ada pola pembimbingan terhadap calon guru yang menjalani PPL," kata Spesialis Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) USAID Prioritas Afifudin di Semarang, Kamis.

Hal tersebut diungkapkannya di sela Pelatihan Dosen Pembimbing Lapangan dan Guru Pamong yang diprakarsai USAID Prioritas, Universitas Negeri Semarang (Unnes), dan UIN Walisongo Semarang.

Afifudin menyebutkan ada tiga orang yang berperan dalam tahapan PPL bagi calon guru, yakni dosen pembimbing lapangan, guru pamong dari sekolah bersangkutan, dan mahasiswa peserta PPL atau calon guru.

"Kesannya, selama ini peserta PPL dilepas begitu saja. Datang-datang langsung disuruh mengajar atau membantu sekolah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) selama setahun," katanya.

Padahal, kata dia, PPL merupakan tahapan penting yang harus dilalui calon guru agar kelak bisa menjadi guru yang profesional dan kompeten dalam menjalankan tugasnya mendidik murid-muridnya.

Maka dari itu, Afifudin mengatakan USAID Prioritas mencoba memperkenalkan model pembimbingan mahasiswa PPL di sekolah yang diterapkan di sekolah-sekolah yang menjadi binaan Unnes dan UIN Walisongo.

"Dari model ini, semuanya terlibat, mulai dosen pembimbing lapangan, guru pamong, dan mahasiswa peserta PPL. Secara bertahap, ada langkah pembimbingan yang terskema dan terstruktur," katanya.

Ia menyebutkan tahap awal dimulai dari guru pamong mengajar, sementara mahasiswa dan dosen pembimbing melakukan pengamatan sehingga bisa dikatakan peran mahasiswa untuk mengajar masih kecil.

"Tahap berikutnya, guru pamong dan mahasiswa mengajar bersama-sama, sementara dosen pembimbing lapangan mengamati. Peran guru pamong dan mahasiswa masih bersifat 'fifty-fifty'," katanya.

Selanjutnya, kata dia, mahasiswa diberikan peran lebih besar untuk mengajar, yakni sekitar 75 persen, sementara guru pamong hanya 25 persen, hingga akhirnya mahasiswa diharuskan mengajar secara mandiri.

"Artinya, ada tahapan-tahapannya. Kebetulan, pelatihan ini untuk jenjang sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI). Jumlah pesertanya, ada 20 dosen dan 20 guru pamong," katanya.

Pelatihan selanjutnya, kata Afif, USAID Prioritas akan mengundang sebanyak 20 mahasiswa dari kedua LPTK tersebut, yakni Unnes dan UIN Walisongo agar penerapannya bisa berjalan optimal. *

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Wisnu Adhi Nugroho
Copyright © ANTARA 2025