Borobudur, Antara Jateng - Ketika mendapatkan ucapan selamat dari sahabatnya karena lukisannya diminati wisatawan berasal dari Inggris, Ismedi, pelukis yang tinggal di kawasan Candi Borobudur tak mampu menyembunyikan siratan raut wajah gembira.
Malam itu, dia hadir menyaksikan pentas pembacaan puisi-puisi karya penyair Kota Solo, Sosiawan Leak, yang diselenggarakan Forum Kilometer Nol di Pendopo Rumah Buku Dunia Tera, sekitar 500 meter timur Candi Borobudur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Lukisan Ismedi berjudul "Gerhana Bersinar" yang laku itu, dibuat saat bersama-sama sejumlah pelukis lain, bertepatan dengan gerhana matahari yang bisa disaksikan dalam wujud parsial dari stupa Borobudur, 9 Maret lalu.
Sejumlah pelukis kawasan candi setempat, waktu itu membuat karya monumental masing-masing untuk merespons peristiwa alam gerhana matahari tersebut, di panggung terbuka Aksobya, dekat candi yang juga warisan budaya dunia itu.
Ismedi yang pelukis spesialis kepala Sang Buddha dengan inspirasi dari candi Buddha terbesar di dunia tersebut, terkesan enggan menyebut angka penjualan karyanya. Di setiap karyanya, ia menorehkan namanya sebagai "Easting Medi" yang maksudnya Ismedi bertempat tinggal di Dusun Tingal Wetan, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur.
Namun, Umar Chusaeni, pemilik Limanjawi Art House Borobudur yang menjadi salah satu tempat Ismedi memajang karyanya, sambil menjelaskan panjang lebar tentang peminatan wisatawan atas lukisan tentang Borobudur dan kawasannya, menyebut angka penjualan karya Ismedi yang mencapai belasan juta rupiah sebagai kategori harga menengah ke atas.
"Umumnya turis yang membeli lukisan di Borobudur ini, kategori harga menengah ke atas, tapi jarang yang sampai di atas ratusan juta rupiah," kata Umar yang juga Koordinator Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) 15.
Candi Borobudur dengan kawasannya yang terus saja melahirkan berbagai galeri seni rupa, sejak beberapa tahun terakhir dikenal sebagai tempat pameran. Bukan hanya para pelukis yang tinggal di sekitar Candi Borobudur dan Magelang yang berproses karya dan berpameran, akan tetapi juga para perupa dari berbagai kota besar, terutama Yogyakarta.
Oleh karenanya, kawasan Candi Borobudur bagaikan tak mengenal musim kemarau atau sepi untuk menjadi tempat pameran lukisan. Seakan musim hujan pameran lukisan tak berkesudahan bagi berbagai galeri di sekitar salah objek wisata unggulan Indonesia itu.
Para seniman yang tergabung dalam Forum Kilometer Nol Borobudur sendiri yang bermarkas di Rumah Buku Dunia Tera, dalam agenda pementasan beragam seni dan diskusi budaya secara rutin setiap bulan, sering menyelipkan agenda pameran lukisan, karya para seniman setempat dan luar kota, yang dimotori pegiat forum itu dan juga seorang perupa, Arif Sulaiman.
"Mereka umumnya yang berpameran di Borobudur dan sekitarnya, tak melulu menimpakan harapan karyanya harus laku, tetapi lebih mengedepankan tujuan pameran untuk mendapatkan apresiasi publik," kata Arif.
Sembari menikmati pembacaan puisi karya Sosiawan Leak pada Minggu (24/4) malam itu, Umar berbisik kepada Antara tentang menipisnya koleksi lukisan di galerinya karena telah diminati dan laku di tangan para wisman.
Namun, tak sampai dua minggu kemudian, ia mengabari tentang rencana pameran karya berjudul "Destination Lotus" di galerinya oleh tiga perempuan pelukis, yakni Kartika Affandi, Dyan Anggraini, dan Yasumi Ishii.
"Ada sekitar 27 karya yang dipamerkan selama sebulan nanti (15 Mei-15 Juni 2016)," ucapnya.
Sejumlah galeri seni rupa lainnya di kawasan Candi Borobudur yang seakan tak pernah surut menjadi tempat pameran lukisan para perupa setempat dan dari berbagai kota, seperti Galeri Pondok Tingal, Pawon Art Space, Galeri Tuk Songo, dan Banyu Bening The House of Painting.
Para pengelola berbagai tempat penginapan dan hotel yang bertebaran di sekitar candi yang dibangun sekitar abad ke-8 pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra itupun, menyemarakkan suasana kepariwisataan setempat dengan memperkuat jalinan relasi dengan para perupa, untuk sesekali menggelar pameran lukisan.
Mereka yang menjadi pelukis di kawasan setempat, bukan hanya berlatar belakang akademis jurusan seni rupa atau lukis, akan tetapi juga yang mengembangkan naluri melukis secara autodidak.
Hal demikian bisa ditautkan kepada sosok Pangadi, seorang kepala dusun di Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang. Cukup banyak koleksi lukisan karyanya yang tersimpan di pusat olah kesenian tradisional "Sanggar Wonoseni" Dusun Wonolelo, Kecamatan Bandongan, yang letakknya tak jauh dari Kota Magelang.
Salah satu tokoh seniman petani Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang itu, juga rajin berkiprah bersama para pelukis lainnya di kawasan Candi Borobudur.
Begitu juga Puji Hartono, reporter salah satu grup stasiun televisi swasta nasional yang bertugas di Magelang. Puji yang akrab disapa Vije itu, sejak beberapa waktu terakhir mengolah naluri melukisnya secara autodidak dengan bergabung dalam KSBI 15.
Belum lagi, popularitas kolektor, Oei Hong Djien yang tinggal di Kota Magelang dengan kemegahan Museum OHD-nya, tempat menyimpan koleksi lukisan karya para maestro pelukis Indonesia dan nama besar maestro pelukis Widayat (almarhum) dengan Museum Haji Widayat di Kota Mungkid, Ibu Kota Kabupaten Magelang.
Kedua nama besar tokoh tersebut, seakan memberikan kekuatan tersendiri atas terpaan hujan lukisan di kawasan Candi Borobudur.
Para pengelola galeri seni rupa di daerah itu yang sebagian besar sekaligus sebagai pelukis, memiliki jalinan kuat pula dengan sesama pelukis di berbagai kota sehingga bisa saja sewaktu-waktu mereka menjadi pelopor penyelenggaraan pameran lukisan di kawasan Borobudur.
Mereka juga rajin ikut pameran bersama kawan-kawan masing-masing di berbagai tempat di luar daerah setempat. Kelihatannya pengaruh jalinan yang dijaga dengan baik oleh pelukis setempat, sebagai hal yang membuat pameran lukisan seolah-olah menjadi tak pernah surut di kawasan Candi Borobudur.
"Kami dikontak kawan-kawan terutama seangkatan waktu kuliah di ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarya dulu. Mereka ingin memamerkan karya-karya dengan mengajak kami di sini (Borobudur, red.). Kami berusaha menyiapkan dengan baik pula," kata Cipto Purnomo, pengelola Pawon Art Space, saat menjadi ketua panitia pameran lukisan bertajuk "Reborn" di Galeri Pondok Tingal, beberapa waktu lalu.
Pembukaan pameran bersama oleh 24 pelukis dari sejumlah kota pada Minggu (23/4) malam itu, oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magelang Edi Susanto.
Mereka lainnya yang mendapat daulat membuka pameran lukisan di berbagai galeri di kawasan Candi Borobudur selama ini, antara lain pejabat pemerintah, kurator, pengajar ISI Yogyakarta, pelukis kondang, kolektor, pengelola hotel, dan budayawan.
Kehadiran wisatawan mancanegara dan nusantara ke Candi Borobudur sepanjang tahun, terlebih saat musim ramai kunjungan, menjadi salah satu daya dukung penting atas intensitas aktivitas seni lukis di tempat itu.
Candi Borobudur dengan kawasannya bagaikan area subur untuk tumbuh dan berkembang galeri seni. Kawasan setempat bukan semata-mata tempat yang menarik untuk para pelukis menggelar pameran. Bisa saja sewaktu-waktu wisatawan mendapat suguhan tambahan atraksi melalui aktivitas melukis secara "on the spot" para seniman.
Umar Chusaeni bersama sejumlah anggota KSBI 15, saat Lebaran tahun lalu, membuat karya lukis dan melakukan performa seni di depan Galeri Seni dan Unik Borobudur Indonesia (Gusbi) di bawah Bukit Dagi, kompleks Taman Wisata Candi Borobudur.
Aktivitas mereka tentu saja membuat makin semarak kepariwisataan Candi Borobudur saat musim libur panjang Hari Raya Lebaran. Pengunjung Candi Borobudur mengerumuni mereka untuk menyaksikan para seniman membuat karya lukis secara "on the spot".
Hal demikian belum lama ini juga dilakukan Suitbertus Sarwoko, pelukis kawasan Borobudur yang juga pengelola Banyu Bening The House of Painting, persis di depan Pintu VII Taman Wisata Candi Borobudur.
Ia mengajak sahabatnya yang juga seorang pelukis, Widoyo, pada Minggu (24/4) pagi, melukis di bawah pohon kenari Candi Borobudur. Karya lukisan mereka berupa taman yang tampak dalam suasana cerah dengan latar belakang kemegahan candi agung tersebut.
"Kehendak spontan. Saya ajak Pak Widoyo untuk melukis 'on the spot' pagi ini di sini (Pelataran Candi Borobudur, red.)," katanya,
Woko yang salah satu di antara enam pelukis tergabung dalam kelompok Pelukis Muda Borobudur pada era 1990-an itu, tiba-tiba juga mengabari tentang agenda pameran karya oleh sejumlah pelukis dari Jepang di galerinya pada akhir Mei mendatang.
Sepanjang tahun, Candi Borobudur terkesan selalu beterpakan hujan lukisan. Aktivitas seniman setempat terkait dengan lukisan yang tiada henti itu, seakan tak peduli apakah sedang musim "booming" atau sepi pembeli.
Para penggemar lukisan atau wisatawan, baik yang urung membeli ataupun mereka yang berkenan dan akhirnya memutuskan membawa pulang suatu karya, boleh jadi akan selalu ingat ungkapan mustajab Umar Chusaeni, bahwa setiap lukisan selalu berjodoh dengan pengoleksinya.
Malam itu, dia hadir menyaksikan pentas pembacaan puisi-puisi karya penyair Kota Solo, Sosiawan Leak, yang diselenggarakan Forum Kilometer Nol di Pendopo Rumah Buku Dunia Tera, sekitar 500 meter timur Candi Borobudur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Lukisan Ismedi berjudul "Gerhana Bersinar" yang laku itu, dibuat saat bersama-sama sejumlah pelukis lain, bertepatan dengan gerhana matahari yang bisa disaksikan dalam wujud parsial dari stupa Borobudur, 9 Maret lalu.
Sejumlah pelukis kawasan candi setempat, waktu itu membuat karya monumental masing-masing untuk merespons peristiwa alam gerhana matahari tersebut, di panggung terbuka Aksobya, dekat candi yang juga warisan budaya dunia itu.
Ismedi yang pelukis spesialis kepala Sang Buddha dengan inspirasi dari candi Buddha terbesar di dunia tersebut, terkesan enggan menyebut angka penjualan karyanya. Di setiap karyanya, ia menorehkan namanya sebagai "Easting Medi" yang maksudnya Ismedi bertempat tinggal di Dusun Tingal Wetan, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur.
Namun, Umar Chusaeni, pemilik Limanjawi Art House Borobudur yang menjadi salah satu tempat Ismedi memajang karyanya, sambil menjelaskan panjang lebar tentang peminatan wisatawan atas lukisan tentang Borobudur dan kawasannya, menyebut angka penjualan karya Ismedi yang mencapai belasan juta rupiah sebagai kategori harga menengah ke atas.
"Umumnya turis yang membeli lukisan di Borobudur ini, kategori harga menengah ke atas, tapi jarang yang sampai di atas ratusan juta rupiah," kata Umar yang juga Koordinator Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) 15.
Candi Borobudur dengan kawasannya yang terus saja melahirkan berbagai galeri seni rupa, sejak beberapa tahun terakhir dikenal sebagai tempat pameran. Bukan hanya para pelukis yang tinggal di sekitar Candi Borobudur dan Magelang yang berproses karya dan berpameran, akan tetapi juga para perupa dari berbagai kota besar, terutama Yogyakarta.
Oleh karenanya, kawasan Candi Borobudur bagaikan tak mengenal musim kemarau atau sepi untuk menjadi tempat pameran lukisan. Seakan musim hujan pameran lukisan tak berkesudahan bagi berbagai galeri di sekitar salah objek wisata unggulan Indonesia itu.
Para seniman yang tergabung dalam Forum Kilometer Nol Borobudur sendiri yang bermarkas di Rumah Buku Dunia Tera, dalam agenda pementasan beragam seni dan diskusi budaya secara rutin setiap bulan, sering menyelipkan agenda pameran lukisan, karya para seniman setempat dan luar kota, yang dimotori pegiat forum itu dan juga seorang perupa, Arif Sulaiman.
"Mereka umumnya yang berpameran di Borobudur dan sekitarnya, tak melulu menimpakan harapan karyanya harus laku, tetapi lebih mengedepankan tujuan pameran untuk mendapatkan apresiasi publik," kata Arif.
Sembari menikmati pembacaan puisi karya Sosiawan Leak pada Minggu (24/4) malam itu, Umar berbisik kepada Antara tentang menipisnya koleksi lukisan di galerinya karena telah diminati dan laku di tangan para wisman.
Namun, tak sampai dua minggu kemudian, ia mengabari tentang rencana pameran karya berjudul "Destination Lotus" di galerinya oleh tiga perempuan pelukis, yakni Kartika Affandi, Dyan Anggraini, dan Yasumi Ishii.
"Ada sekitar 27 karya yang dipamerkan selama sebulan nanti (15 Mei-15 Juni 2016)," ucapnya.
Sejumlah galeri seni rupa lainnya di kawasan Candi Borobudur yang seakan tak pernah surut menjadi tempat pameran lukisan para perupa setempat dan dari berbagai kota, seperti Galeri Pondok Tingal, Pawon Art Space, Galeri Tuk Songo, dan Banyu Bening The House of Painting.
Para pengelola berbagai tempat penginapan dan hotel yang bertebaran di sekitar candi yang dibangun sekitar abad ke-8 pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra itupun, menyemarakkan suasana kepariwisataan setempat dengan memperkuat jalinan relasi dengan para perupa, untuk sesekali menggelar pameran lukisan.
Mereka yang menjadi pelukis di kawasan setempat, bukan hanya berlatar belakang akademis jurusan seni rupa atau lukis, akan tetapi juga yang mengembangkan naluri melukis secara autodidak.
Hal demikian bisa ditautkan kepada sosok Pangadi, seorang kepala dusun di Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang. Cukup banyak koleksi lukisan karyanya yang tersimpan di pusat olah kesenian tradisional "Sanggar Wonoseni" Dusun Wonolelo, Kecamatan Bandongan, yang letakknya tak jauh dari Kota Magelang.
Salah satu tokoh seniman petani Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang itu, juga rajin berkiprah bersama para pelukis lainnya di kawasan Candi Borobudur.
Begitu juga Puji Hartono, reporter salah satu grup stasiun televisi swasta nasional yang bertugas di Magelang. Puji yang akrab disapa Vije itu, sejak beberapa waktu terakhir mengolah naluri melukisnya secara autodidak dengan bergabung dalam KSBI 15.
Belum lagi, popularitas kolektor, Oei Hong Djien yang tinggal di Kota Magelang dengan kemegahan Museum OHD-nya, tempat menyimpan koleksi lukisan karya para maestro pelukis Indonesia dan nama besar maestro pelukis Widayat (almarhum) dengan Museum Haji Widayat di Kota Mungkid, Ibu Kota Kabupaten Magelang.
Kedua nama besar tokoh tersebut, seakan memberikan kekuatan tersendiri atas terpaan hujan lukisan di kawasan Candi Borobudur.
Para pengelola galeri seni rupa di daerah itu yang sebagian besar sekaligus sebagai pelukis, memiliki jalinan kuat pula dengan sesama pelukis di berbagai kota sehingga bisa saja sewaktu-waktu mereka menjadi pelopor penyelenggaraan pameran lukisan di kawasan Borobudur.
Mereka juga rajin ikut pameran bersama kawan-kawan masing-masing di berbagai tempat di luar daerah setempat. Kelihatannya pengaruh jalinan yang dijaga dengan baik oleh pelukis setempat, sebagai hal yang membuat pameran lukisan seolah-olah menjadi tak pernah surut di kawasan Candi Borobudur.
"Kami dikontak kawan-kawan terutama seangkatan waktu kuliah di ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarya dulu. Mereka ingin memamerkan karya-karya dengan mengajak kami di sini (Borobudur, red.). Kami berusaha menyiapkan dengan baik pula," kata Cipto Purnomo, pengelola Pawon Art Space, saat menjadi ketua panitia pameran lukisan bertajuk "Reborn" di Galeri Pondok Tingal, beberapa waktu lalu.
Pembukaan pameran bersama oleh 24 pelukis dari sejumlah kota pada Minggu (23/4) malam itu, oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magelang Edi Susanto.
Mereka lainnya yang mendapat daulat membuka pameran lukisan di berbagai galeri di kawasan Candi Borobudur selama ini, antara lain pejabat pemerintah, kurator, pengajar ISI Yogyakarta, pelukis kondang, kolektor, pengelola hotel, dan budayawan.
Kehadiran wisatawan mancanegara dan nusantara ke Candi Borobudur sepanjang tahun, terlebih saat musim ramai kunjungan, menjadi salah satu daya dukung penting atas intensitas aktivitas seni lukis di tempat itu.
Candi Borobudur dengan kawasannya bagaikan area subur untuk tumbuh dan berkembang galeri seni. Kawasan setempat bukan semata-mata tempat yang menarik untuk para pelukis menggelar pameran. Bisa saja sewaktu-waktu wisatawan mendapat suguhan tambahan atraksi melalui aktivitas melukis secara "on the spot" para seniman.
Umar Chusaeni bersama sejumlah anggota KSBI 15, saat Lebaran tahun lalu, membuat karya lukis dan melakukan performa seni di depan Galeri Seni dan Unik Borobudur Indonesia (Gusbi) di bawah Bukit Dagi, kompleks Taman Wisata Candi Borobudur.
Aktivitas mereka tentu saja membuat makin semarak kepariwisataan Candi Borobudur saat musim libur panjang Hari Raya Lebaran. Pengunjung Candi Borobudur mengerumuni mereka untuk menyaksikan para seniman membuat karya lukis secara "on the spot".
Hal demikian belum lama ini juga dilakukan Suitbertus Sarwoko, pelukis kawasan Borobudur yang juga pengelola Banyu Bening The House of Painting, persis di depan Pintu VII Taman Wisata Candi Borobudur.
Ia mengajak sahabatnya yang juga seorang pelukis, Widoyo, pada Minggu (24/4) pagi, melukis di bawah pohon kenari Candi Borobudur. Karya lukisan mereka berupa taman yang tampak dalam suasana cerah dengan latar belakang kemegahan candi agung tersebut.
"Kehendak spontan. Saya ajak Pak Widoyo untuk melukis 'on the spot' pagi ini di sini (Pelataran Candi Borobudur, red.)," katanya,
Woko yang salah satu di antara enam pelukis tergabung dalam kelompok Pelukis Muda Borobudur pada era 1990-an itu, tiba-tiba juga mengabari tentang agenda pameran karya oleh sejumlah pelukis dari Jepang di galerinya pada akhir Mei mendatang.
Sepanjang tahun, Candi Borobudur terkesan selalu beterpakan hujan lukisan. Aktivitas seniman setempat terkait dengan lukisan yang tiada henti itu, seakan tak peduli apakah sedang musim "booming" atau sepi pembeli.
Para penggemar lukisan atau wisatawan, baik yang urung membeli ataupun mereka yang berkenan dan akhirnya memutuskan membawa pulang suatu karya, boleh jadi akan selalu ingat ungkapan mustajab Umar Chusaeni, bahwa setiap lukisan selalu berjodoh dengan pengoleksinya.