"Saya menemukan ide kreatif membuat cedera mata ayam jago (jantan) dan betina pertama coba-coba, tetapi ternyata banyak digemari oleh pembeli," kata Winarno (40) seorang pengrajin cedera mata ayam jago/bentina disela-sela memamerkan hasil karyanya di Sunday Market kompleks Manahan Solo, Minggu.

Menurut Winarno, dirinya yang memiliki bakat menciptakan ide kreatif tersebut muncul sejak masih duduk disekolah bangku SMP pada sekitar 25 tahun yang lalu.

Winarno menceritakan awal dari munculnya ide kreatif membuat ayam-ayaman tersebut berawal dari melihat kemucing bahan baku bulu ayam.

"Saya pertama kali membuat dengan memanfaatkan kemucing yang sudan rusak bulunya pilihan, sedangkan bahan lainnya gabus putih atau 'styrofoam' untuk badannya, tali dan lem," kata Winarno.

Namun, kata dia, membuat sebuah cedera mata bentuk ayam tersebut membutuhkan ketelitian dan keahlian sebagai pengrajin yang berbakat atau perlu latihan.

"Cedera mata ayam buatan saya ternyata seperti aslinya dan terlihat indah, sehingga saya yang hanya membuat puluhan biji saja laku laris terjual oleh pengunjung di Sunday Market ini," kata Winarno yang mengaku warga Sumber Jambalan RT 04 RW 16 Banjarsari Solo.

Menurut dia, untuk membuat cendera mata tersebut setiap satu tenaga kerja mampu memproduksi hanya sekitar tiga biji per hari. Namun, dirinya hingga saat ini belum melakukan produksi secara massal.

"Saya pesanan sudah ada dan sebagian pengunjung yang membeli warga dari luar kota seperti Jakarta, Bandung, Semarang dan daerah lainnya," katanya.

Menurut dia, harga sebuah cedera mata ayam jago atau betina tersebut dijual seharga antara Rp30 ribu hingga 35 ribu. Ada 20 biji yang dibawa di Sunday Market Manahan ini, tetapi sudah habis terjual semua.

Barang cedera mata ayam tersebut, kata dia, memang belum banyak dibuat karena baru dua bulan ini, idenya bisa menjadi kenyataan dan banyak diminati masyarakat. "Saya siap produksi massal, jika banyak datang pesanan."
Selain itu, Winarno juga mengaku mengembangkan cedera mata patung-patung ukuran kecil dari bahan limbah karung goni.

Menurut dia, membuat patung bahan karung goni tersebut sudah ditekuni sejak lama lima tahun lalu, dan produksi sudah ribuan biji dan harganya dijual Rp35 ribu per biji.

"Kami membuat patung goni itu, orang pada cara kehidupan pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Patung ini. mempunyai nilai sejarah," katanya.

Menurut dia, hasil karyanya patung dari karung goni tersebut sudah banyak pelanggannya, sehingga rata-rata bisa laku terjual sekitar 20 biji per hari.

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024