"Kami dengar Menteri Perumahan akan melanjutkan program FLPP, pada dasarnya kami sangat menyambut baik rencana ini," ujar Ketua DPD REI Jateng M.R. Prijanto di Semarang, Minggu.
Menurut dia, Pemerintah berencana akan merevisi rencana pencabutan subsidi bagi rumah sederhana tapak. Diharapkan dengan adanya revisi tersebut, Pemerintah tetap bisa menyediakan rumah subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Sebelumnya, sempat diberitakan mulai 1 April 2015 subsidi untuk rumah sederhana tapak akan dicabut dan dialihkan untuk pembangunan rumah susun sederhana.
"Isu tersebut sempat mengemuka pada pemerintahan sebelumnya. Akan tetapi, pada pemerintahan baru ini sepertinya program FLPP akan tetap dilanjutkan," katanya.
Pihaknya mengakui bahwa masih relatif cukup banyak masyarakat yang lebih suka tinggal di rumah tapak jika dibandingkan dengan rumah susun. Untuk saat ini, kebutuhan rumah susun terbatas di kota-kota besar, sedangkan untuk masyarakat perdesaan masih lebih memilih rumah tapak.
Kondisi tersebut bisa dimaklumi mengingat ketersediaan tanah kosong di daerah-daerah masih relatif cukup luas, sedangkan di kota-kota besar mulai tidak tersedia tanah kosong yang relatif cukup luas.
"Inilah yang membuat masyarakat perkotaan lebih suka tinggal di rumah susun daripada di rumah tapak terlalu jauh karena berada di pinggiran kota," katanya.
Mengenai harga, untuk rumah susun yang berada di tengah kota harganya sekitar Rp200 juta, sedangkan rumah tapak di daerah hanya Rp105 juta. Perbedaan harga yang cukup jauh ini akan mempersulit pengembang untuk menjual rumah yang mereka bangun, terutama untuk rumah susun.
"Kalau di daerah-daerah tetap dibangun rumah susun dengan harga setinggi itu, masyarakat akan kesulitan membelinya," katanya.
Sementara itu, Prijanto mengatakan, dengan kelanjutan program tersebut, angka backlog rumah sederhana di Jateng yang masih relatif cukup tinggi diharapkan bisa diminimalisasi.
Secara keseluruhan hingga November ini, REI Jateng baru membangun sekitar 5.600 unit rumah. Angka tersebut masih jauh dari target yang seharusnya 10.000 unit rumah pada tahun ini.
"Meski demikian, dalam dua bulan terakhir ini, kami upayakan pembangunan bisa sama dengan tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 7.500 unit rumah," katanya.
Menurut dia, Pemerintah berencana akan merevisi rencana pencabutan subsidi bagi rumah sederhana tapak. Diharapkan dengan adanya revisi tersebut, Pemerintah tetap bisa menyediakan rumah subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Sebelumnya, sempat diberitakan mulai 1 April 2015 subsidi untuk rumah sederhana tapak akan dicabut dan dialihkan untuk pembangunan rumah susun sederhana.
"Isu tersebut sempat mengemuka pada pemerintahan sebelumnya. Akan tetapi, pada pemerintahan baru ini sepertinya program FLPP akan tetap dilanjutkan," katanya.
Pihaknya mengakui bahwa masih relatif cukup banyak masyarakat yang lebih suka tinggal di rumah tapak jika dibandingkan dengan rumah susun. Untuk saat ini, kebutuhan rumah susun terbatas di kota-kota besar, sedangkan untuk masyarakat perdesaan masih lebih memilih rumah tapak.
Kondisi tersebut bisa dimaklumi mengingat ketersediaan tanah kosong di daerah-daerah masih relatif cukup luas, sedangkan di kota-kota besar mulai tidak tersedia tanah kosong yang relatif cukup luas.
"Inilah yang membuat masyarakat perkotaan lebih suka tinggal di rumah susun daripada di rumah tapak terlalu jauh karena berada di pinggiran kota," katanya.
Mengenai harga, untuk rumah susun yang berada di tengah kota harganya sekitar Rp200 juta, sedangkan rumah tapak di daerah hanya Rp105 juta. Perbedaan harga yang cukup jauh ini akan mempersulit pengembang untuk menjual rumah yang mereka bangun, terutama untuk rumah susun.
"Kalau di daerah-daerah tetap dibangun rumah susun dengan harga setinggi itu, masyarakat akan kesulitan membelinya," katanya.
Sementara itu, Prijanto mengatakan, dengan kelanjutan program tersebut, angka backlog rumah sederhana di Jateng yang masih relatif cukup tinggi diharapkan bisa diminimalisasi.
Secara keseluruhan hingga November ini, REI Jateng baru membangun sekitar 5.600 unit rumah. Angka tersebut masih jauh dari target yang seharusnya 10.000 unit rumah pada tahun ini.
"Meski demikian, dalam dua bulan terakhir ini, kami upayakan pembangunan bisa sama dengan tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 7.500 unit rumah," katanya.