"Selain membutuhkan daya listrik yang memadai, untuk pengoperasian mesin pengering kayu tersebut juga butuh sumber air," ujarnya di Jepara, Minggu.
Air tersebut, kata dia, untuk proses pendinginan ketel uap pada mesin pengering kayu.
Untuk menyediakan daya listrik yang mencapai 20.000 watt serta sumber air, kata dia, dibutuhkan biaya yang mencapai puluhan juta rupiah sehingga harus diajukan lewat APBD.
"Diperkirakan tahun 2015 sudah teranggarkan sehingga nantinya bisa segera dioperasikan," ujarnya.
Pada tahap uji coba mesin pengering bantuan dari pemerintah pusat tersebut, menggunakan generator set (genset) karena daya listrik yang tersedia masih kurang memadai.
Nantinya, katanya, Jepara tidak hanya memiliki mesin pengering kayu dengan kapasitas mesin mencapai 100 meter kubik itu, melainkan tersedia pula peralatan permebelan bantuan dari pemerintah pusat.
Jika peralatan permebelan tersebut juga ditempatkan di kompleks mesin pengeringan kayu yang memanfaatkan gudang sistem resi gudang di Desa Rengging, Kecamatan Pecangaan, Jepara itu, katanya, diharapkan bisa dimanfaatkan secara maksimal.
Biaya untuk pengeringan kayu sebelum diproses menjadi produk mebel maupun kerajinan lainnya, katanya, diupayakan tidak terlalu mahal karena tidak dihitung komersial.
Ia mengatakan jumlah mesin pengering kayu yang tersedia di Jepara saat ini belum sebanding dengan permintaan, sehingga adanya bantuan mesin pengering kayu tersebut diharapkan membantu pelaku usaha mebel dan ukir.
Keberadaan mesin pengering kayu tersebut bisa dimanfaatkan oleh pengusaha mebel dan kerajinan kayu skala kecil yang selama ini sering kesulitan melakukan proses pengeringan kayu sebelum diproses menjadi produk mebel maupun kerajinan lainnya.
Apalagi, katanya, kualitas mebel kayu yang baik salah satunya ditentukan oleh tingkat kadar air yang terkandung di dalam kayu yang digunakan.