Batang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batang, Jawa Tengah, berupaya mempertahankan predikat dan pengakuan Batik Rifaiyah sebagai Warisan Budaya Tak benda (WBTb) untuk dikenalkan kepada para pelajar.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Batang Bambang Suryantoro Sudibyo di Batang, Kamis, mengatakan banyak metode untuk mempertahankan keaslian Batik Rifaiyah dengan menjadikannya sebagai mata pelajaran muatan lokal di jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
"Sangat bisa nantinya seni Batik Rifaiyah dijadikan muatan lokal di sekolah-sekolah, apalagi sejak bertahun-tahun daerah ini juga dikenal dengan pembatiknya yang khas," katanya.
Selama ini pihaknya hanya memberlakukan Bahasa Jawa sebagai muatan lokal yang sudah diikuti siswa SD dan SMP.
"Oleh karena itu rencananya setelah didiskusikan dengan bidang terkait, dimungkinkan membatik akan dijadikan pelajaran muatan lokal di seluruh SD dan SMP," katanya.
Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) telah menetapkan Batik Rifaiyah sebagai WBTb pada 7 Oktober 2025, sehingga hal itu menjadi semangat perajin batik berupaya untuk melestarikan agar tidak punah.
"Oleh karena itu kami menanggapi positif, pengakuan Batik Rifaiyah sebagai Warisan Budaya Tak benda. Selain agar tetap lestari, predikat tersebut juga sebagai daya tarik untuk meregenerasi pembatik lewat, wacana dijadikan muatan lokal di jenjang SD hingga SMP," katanya.
Penggiat Batik Rifaiyah Miftakhutin mengatakan batik ini sebetulnya telah lama ada, namun baru bisa bangkit lagi dan jadi buah bibir di masyarakat Batang dan mancanegara.
"Kami segera berkoordinasi dengan berbagai pihak agar pengakuan ini mengembalikan kejayaan Batik Rifaiyah seperti tempo dulu," katanya.

