Solo (ANTARA) - The Rockefeller Foundation mengunjungi dapur sehat milik SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, Jawa Tengah, Jumat.
Pada kunjungan, rombongan yang terdiri dari perwakilan The Rockefeller Foundation, Kota Cerdas Pangan Rikolto Asia Tenggara, dan Yayasan Gita Pertiwi berkesempatan melihat secara langsung proses memasak makanan sehat di dapur sekolah tersebut.
Mereka juga melihat gudang penyimpanan bahan makanan yang bersebelahan dengan dapur serta ruangan penyajian masakan yang siap didistribusikan kepada para siswa.
Asisten Khusus Presiden Bidang Komunikasi dan Analisis Kebijakan Dirgayuza Setiawan yang ikut dalam rombongan mengatakan The Rockefeller Foundation merupakan yayasan yang berbasis di New York Amerika Serikat.
“Yayasan ini fokus pada nutrisi anak-anak. Mereka terdiri dari 130 negara di seluruh dunia yang menjalankan program MBG,” katanya.
Ia mengatakan kedatangan rombongan ke Indonesia untuk mempelajari apa saja yang dikerjakan pada program makan bergizi gratis (MBG) yang diinisiasi oleh Presiden Prabowo Subianto ini.
“Bagaimana implementasinya untuk kemudian dijadikan contoh dunia bagaimana mengimplementasikan MBG, karena memang implementasi MBG di Indonesia yang tercepat karena kita sudah lebih dari 30 juta anak yang sudah menerima MBG setiap hari dari target 82,9 juta,” katanya.
Sementara itu, dikatakannya, PBB melalui World Food Program atau Badan Pangan Dunia mencanangkan per tahun 2030 semua negara di dunia harus menjalankan MBG.
“Dan Indonesia jadi contoh menjalankan MBG yang baik. Mudah-mudahan kita bisa kontribusikan berbagai lesson learn di Indonesia supaya negara lain yang baru mulai bisa mengikuti,” katanya.
Sementara itu, dikunjunginya SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta yang menjalankan program makan bergizi secara mandiri sejak sepuluh tahun lalu, dikatakannya, karena The Rockefeller Foundation ingin melihat aktivitas di dapur sekolah tersebut.
“Mereka ingin lihat sekolah yang sudah memberikan makan bergizi setiap hari ke anak-anaknya. Faktanya tidak semua sekolah seperti ini. Bahkan sekolah yang memiliki kantin di sekolah, memiliki fasilitas masak di sekolah hanya sedikit sekali. Data kami kurang dari 5 persen sekolah yang memiliki kantin sekolah,” katanya.
Oleh karena itu, program MBG harus membangun dapur di luar sekolah karena mayoritas sekolah di Indonesia mengalami kekurangan lahan untuk membangun dapur dan untuk tempat makan.
Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta Sri Sayekti mengatakan kantin sekolah tersebut berdiri sejak tahun 2015. Beberapa alasan dibangunnya kantin sekolah di antaranya untuk membangun budaya bersih dan sehat bagi anak-anak dan mengurangi kebiasaan anak-anak mengkonsumsi makanan siap saji.
“Agar mereka makan makanan yang bervariasi. Selain itu, kami juga butuh alat untuk mengukur karakter anak-anak, bicara karakter sifatnya abstrak. Jadi kami butuh mengukur karakter integritas, jujur, disiplin, termasuk juga literasi finansial, makanan sehat,” katanya.
Untuk memastikan pemenuhan gizi pada makanan yang dikonsumsi oleh anak-anak, dikatakannya, kantin sekolah dikembangkan dengan monitoring dan evaluasi.
“Secara rutin kami melakukan monitoring dan evaluasi, baik secara internal maupun eksternal. Secara internal kami lakukan untuk memastikan SOP berjalan dengan baik, sedangkan dari luar dilakukan oleh puskesmas pembina,” katanya.
Pada monitoring dan evaluasi, pihaknya juga melibatkan lembaga lain, seperti Ricolto, Gita Pertiwi, dan sejumlah rumah sakit untuk memastikan kantin menyajikan makanan yang sehat dan aman untuk anak-anak.

