Magelang (ANTARA) - Pemerintah Kota Magelang mengenalkan Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (L2T2) sebagai upaya mewujudkan pengelolaan sanintasi secara berkelanjutan di masyarakat setempat.
“Dengan L2T2 kita dapat mencegah pencemaran air tanah, mengurangi risiko penyakit, serta menjaga kualitas hidup masyarakat," ujar Wali Kota Magelang Damar Prasetyono dalam rilis Bagian Prokompim Pemkot Magelang di Magelang, Kamis.
Ia menjelaskan kehadiran layanan itu menjadi wujud komitmen bersama dalam membangun Kota Magelang yang sehat dan berkelanjutan.
Ia mengatakan L2T2 berupa layanan penyedotan lumpur tinja secara rutin dan terjadwal sehingga bukan hanya ketika septic tank penuh dilakukan penyedotan lumpur tinja.
Ia mengajak masyarakat mendukung program L2T2 dengan melakukan penyedotan septic tank secara rutin sesuai jadwal.
"Sanitasi yang baik bukan hanya lingkungan sekolah yang bersih, tetapi juga pengelolaan limbah domestik yang aman," katanya.
Dalam sosialisasi L2T2 di Pendopo Balai Diklat Kepemimpinan Magelang (BDIM) yang dihadiri, antara lain Wakil Wali Kota Magelang Sri Harso, Bunda Sanitasi Kota Magelang Nanik Yunianti Damar, kepala organisasi perangkat daerah terkait, dan tamu undangan itu, juga dilaksanakan pengumuman pemenang Lomba Sanitasi Sekolah Tingkat SMP se-Kota Magelang Tahun 2025.
Hasil lomba diikuti 22 SMP/MTs negeri dan swasta se-Kota Magelang itu, MTs Negeri Kota Magelang sebagai juara 1, SMPN 2 Magelang (juara 2), SMPN 8 Magelang (juara 3), SMP Tarakanita (juara harapan 1), SMPN 1 Magelang (juara harapan 2), dan SMPN 3 Magelang (juara harapan 3).
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Magelang MS Kurniawan mengatakan penilaian lomba dilakukan pada 19–22 Agustus 2025.
Ia menjelaskan tujuan lomba ini menumbuhkan kesadaran siswa terhadap pentingnya sanitasi, meningkatkan kepedulian, serta membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di sekolah.
Bunda Sanitasi Kota Magelang Nanik Yunianti Damar mengatakan sanitasi sekolah yang baik berpengaruh besar terhadap kesehatan dan kualitas pembelajaran.
“Sanitasi mampu mengendalikan faktor lingkungan penyebab penyakit. Sebaliknya, sanitasi yang buruk bisa menjadi sumber masalah kesehatan bagi warga sekolah,” katanya.

