Purwokerto (ANTARA) - Jurusan Informatika Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto kembali menggelar Seminar Nasional Informatika dan Komputer (Seniko) 2025 pada Sabtu (23/8), dengan tema "AI dan Keamanan Siber untuk Masa Depan Berkelanjutan: Tantangan dan Kesempatan".
Seminar tahunan ini berlangsung secara hibrida, yakni tatap muka di Gedung F Fakultas Teknik Unsoed dan daring melalui platform digital. Konsep tersebut membuka akses lebih luas bagi akademisi, mahasiswa, peneliti, dan praktisi industri teknologi informasi dari berbagai daerah di Indonesia.
Ketua panitia Muhammad Ihsan Fawzi, S.Kom., M.Kom. mengatakan perkembangan akal imitasi (AI) kini semakin merambah berbagai aspek kehidupan, mulai dari pendidikan, industri, hingga layanan publik. Namun, kemajuan tersebut juga menghadirkan tantangan serius dalam aspek keamanan siber.
“Keamanan menjadi kunci agar pemanfaatan teknologi tidak hanya memberikan kemudahan, tetapi juga menjamin keberlanjutan perlindungan data di masa depan,” katanya.
Seniko 2025 menghadirkan dua pembicara utama, yakni Prof. Dr. Eng. Wisnu Jatmiko, S.T., M.Kom., Guru Besar Universitas Indonesia sekaligus pakar AI, serta Ir. Onno Widodo Purbo, M.Eng., Ph.D., Rektor ITTS dan pakar keamanan siber.
Seminar kali ini menerima lebih dari 50 artikel ilmiah dari sekitar 150 penulis melalui proses double blind review. Artikel tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk luar Pulau Jawa. Selain itu, kegiatan ini diikuti lebih dari 100 peserta dari 20 institusi pendidikan tinggi di tanah air.
Baca juga: Mahasiswa Unsoed tingkatkan semangat belajar anak buruh migran
“Angka ini menunjukkan antusiasme luar biasa untuk bersama-sama membahas peluang dan tantangan AI serta keamanan siber di era digital ini,” tambah Ihsan.
Dalam sambutannya, Wakil Rektor Bidang Akademik Unsoed Prof. Dr. Ir. Noor Farid, M.Si. menegaskan bahwa Seniko menjadi forum strategis bagi akademisi, peneliti, praktisi, mahasiswa, dan mitra.
“Seminar ini merupakan ajang berbagi pengetahuan, melahirkan kolaborasi nyata, dan wadah munculnya ide-ide segar serta solusi inovatif bagi bangsa dan kemanusiaan,” ujarnya.
Dalam paparannya, Prof. Wisnu Jatmiko menyoroti perkembangan dan perspektif AI di dunia maupun Indonesia. Menurutnya, definisi AI terus berubah mengikuti perkembangan teknologi. Sejak 1956, AI didefinisikan sebagai kemampuan berpikir seperti manusia, berkembang menjadi think and perceive pada 1974, hingga konsep mesin dengan “pikiran” pada 1985.
“Penggunaan AI perlu diatur dengan baik agar dapat dimanfaatkan secara optimal,” katanya.
Sementara itu, Onno Widodo Purbo menekankan pentingnya tiga pilar kedaulatan teknologi, yaitu penguatan SDM digital, pembangunan ekosistem teknologi lokal, serta produksi dan skalabilitas teknologi dalam negeri. Ia juga menekankan tata kelola data yang kuat, etika AI, serta perlindungan privasi masyarakat.
“Etika AI adalah fondasi untuk memastikan keadilan, keamanan, dan perlindungan hak-hak individu dalam pemanfaatan teknologi cerdas,” tegasnya.
Melalui forum ini, Unsoed berharap lahir kolaborasi nyata untuk menjawab tantangan sekaligus memanfaatkan peluang AI dan keamanan siber demi mendukung masa depan digital yang berkelanjutan.
Baca juga: Pakar: Pembentukan Kementerian Haji tingkatkan pengelolaan ibadah haji
Baca juga: Pakar: OTT Wamenaker langkah nyata penegakan hukum di era Prabowo
Baca juga: Unsoed dukung swasembada pangan nasional melalui SID cetak sawah di Sumsel

