Magelang (ANTARA) - Pemerintah Kota Magelang meluncurkan Kampung Keluarga Berkualitas Ramah Perempuan dan Peduli Anak (KBRPPA) Tahun 2025 sebagai implementasi Program Anak Merdeka yang menjadi program unggulan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Magelang Tahun 2025-2030.
"Anak Merdeka merupakan program unggulan untuk mencegah dan menangani perkawinan anak, kekerasan pada anak, pekerja anak, dan stunting," kata Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DPMP4KB) Kota Magelang Nasrodin dalam rilis Bagian Prokompim Pemkot Magelang di Magelang, Rabu.
Kegiatan berlangsung di Pendopo Pengabdian, Kompleks Rumah Dinas Wali Kota Magelang tersebut, antara lain dihadiri Wali Kota Damar Prasetyono, Sekda Kota Magelang Hamzah Kholifi, perwakilan DP3AP2KB Provinsi Jawa Tengah, kepala organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, camat, lurah, dan tamu undangan.
Ia menjelaskan Kampung KBRPPA mendorong optimalisasi Kampung Keluarga Berkualitas dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang keberlanjutan Kampung Keluarga Berkualitas.
Bentuk kegiatan dilakukan di kampung ini, antara lain pendampingan dan konseling kepada keluarga dan anak, pemberian makanan tambahan untuk anak stunting dan ibu hamil, komunikasi, informasi, dan edukasi terkait dengan program Bangga Kencana, pelatihan kader Sahabat Perempuan dan Anak (Sapa) di 17 kelurahan serta Forum Anak dan Remaja.
Wali Kota Magelang Damar Prasetyono mengatakan Kampung KBRPPA bagian dari ikhtiar membangun Kota Magelang yang lebih baik bagi generasi penerus, menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan mendukung tumbuh kembang seluruh anggota keluarga, khususnya perempuan dan anak.
Ia menyebut program ini sebagai model intervensi berbasis komunitas yang akan dimulai di Kelurahan Rejowinangun Selatan, Cacaban, dan Kramat Selatan.
"Diharapkan ke depan dapat diperluas ke wilayah-wilayah lainnya," ujarnya.
Pada kesempatan itu, ia juga mengatakan, sektor pendidikan menjadi sektor penting yang diprioritaskan selama kepemimpinannya di daerah setempat karena pendidikan sebagai kunci memutus rantai kemiskinan.
Selain itu, katanya, persoalan stunting menjadi hal krusial yang terus diupayakan Pemkot Magelang agar dapat ditekan seminim mungkin.
"Ini bagian tanggung jawab, (target) kalau bisa nol, tidak ada stunting di Kota Magelang. Maka upaya-upaya ke sana yang kita jalankan, bagaimana proses pernikahannya, kehamilan, kelahiran, balitanya. Ini rangkaiannya yang kita fokuskan," katanya.
Dia menyatakan optimistis angka stunting di wilayah itu dapat ditekan meski dirasa sebagai masalah kompleks.
Dia mengatakan seluruh elemen masyarakat harus turut andil dalam mewujudkan cita-cita tersebut.
"Kampung ini hanya akan hidup bila kita rawat bersama. Mari kita jaga semangatnya, bukan hanya hari ini, tetapi setiap hari, dalam tindakan nyata dan keteladanan kita," kata Damar.
Acara tersebut, juga diisi dengan sosialisasi materi psikologi dari Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia Wilayah Jawa Tengah.