Terjadi longsor di Ngaliyan Semarang, timpa poskamling warga
Semarang (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang langsung melakukan penanganan darurat atas terjadinya bencana tanah longsor yang menimpa pos keamanan lingkungan (poskamling) dan bangunan warga di wilayah Ngaliyan.
Kepala BPBD Kota Semarang Endro P Martanto, di Semarang, Kamis malam, menjelaskan peristiwa tanah longsor tersebut awal terjadi pada pukul 06.30 WIB dengan ketinggian tanah ambrol sekitar 3 meter.
Pada pukul 09.00 WIB, kata dia, longsor kembali terjadi dengan ketinggian sama, yakni 3 meter, dan pada pukul 14.00 WIB berulang lagi dengan seluruh tanah dengan ketinggian 8 meter dan panjang 20 meter.
Ia menjelaskan bahwa dugaan penyebab tanah longsor tersebut karena hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut, dan menimpa fasilitas umum, yakni poskamling dan sebagian kecil rumah warga.
"Jadi, penanganan darurat sudah dilakukan BPBD dengan pemasangan terpal. Kemudian, kami koordinasikan dengan DPU (Dinas Pekerjaan Umum) yang nanti akan segera mengirimkan alat berat, back hoe," katanya.
Nantinya, kata Endro, DPU akan mengirimkan alat berat untuk membantu membersihkan sisa-sisa material longsor yang menutup saluran dan jalan, tepatnya di Jalan Karonsih Timur Raya 4 RT07/RW 05, Ngaliyan.
"Kerusakan sementara terdata adalah kerusakan materiil, yakni poskamling dan bangunan warga sedikit. Sedangkan korban jiwa nihil," katanya.
Bencana tanah longsor sebelumnya dilaporkan terjadi di beberapa wilayah, seperti di RT 003/RW 001 Kelurahan Tandang, RT 004/RW 004 Kelurahan Bulusan, Perumahan Mountain View RT 006/RW 002 Mangunharjo, Tembalang.
Sebelumnya, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu juga mengingatkan kepada dinas-dinas terkait untuk menjaga tata kelola ruang dan memastikan saluran-saluran air berfungsi dengan baik seiring intensitas hujan yang tinggi.
"Kalau salurannya itu enggak bener, kan air ke mana-mana. Khususnya, di daerah rawan longsor atau di tebing, pada saat hujan air masuk, kemudian hujan lagi mengurai tanah akhirnya jadi longsor," kata Ita, sapaan akrabnya.
Diakuinya, selama ini memang sudah ada pemetaan daerah rawan bencana di Kota Semarang, misalnya kawasan bawah menghadapi ancaman banjir, sedangkan daerah atas yang memiliki kontur perbukitan rawan longsor.
"Memang kalau di Semarang bagian bawah risiko banjir, sementara di daerah atas, seperti Candisari kemudian Gajahmungkur itu ada potensi tanah longsor, tapi kami sudah siapkan skema penanganan," pungkasnya.
Kepala BPBD Kota Semarang Endro P Martanto, di Semarang, Kamis malam, menjelaskan peristiwa tanah longsor tersebut awal terjadi pada pukul 06.30 WIB dengan ketinggian tanah ambrol sekitar 3 meter.
Pada pukul 09.00 WIB, kata dia, longsor kembali terjadi dengan ketinggian sama, yakni 3 meter, dan pada pukul 14.00 WIB berulang lagi dengan seluruh tanah dengan ketinggian 8 meter dan panjang 20 meter.
Ia menjelaskan bahwa dugaan penyebab tanah longsor tersebut karena hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut, dan menimpa fasilitas umum, yakni poskamling dan sebagian kecil rumah warga.
"Jadi, penanganan darurat sudah dilakukan BPBD dengan pemasangan terpal. Kemudian, kami koordinasikan dengan DPU (Dinas Pekerjaan Umum) yang nanti akan segera mengirimkan alat berat, back hoe," katanya.
Nantinya, kata Endro, DPU akan mengirimkan alat berat untuk membantu membersihkan sisa-sisa material longsor yang menutup saluran dan jalan, tepatnya di Jalan Karonsih Timur Raya 4 RT07/RW 05, Ngaliyan.
"Kerusakan sementara terdata adalah kerusakan materiil, yakni poskamling dan bangunan warga sedikit. Sedangkan korban jiwa nihil," katanya.
Bencana tanah longsor sebelumnya dilaporkan terjadi di beberapa wilayah, seperti di RT 003/RW 001 Kelurahan Tandang, RT 004/RW 004 Kelurahan Bulusan, Perumahan Mountain View RT 006/RW 002 Mangunharjo, Tembalang.
Sebelumnya, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu juga mengingatkan kepada dinas-dinas terkait untuk menjaga tata kelola ruang dan memastikan saluran-saluran air berfungsi dengan baik seiring intensitas hujan yang tinggi.
"Kalau salurannya itu enggak bener, kan air ke mana-mana. Khususnya, di daerah rawan longsor atau di tebing, pada saat hujan air masuk, kemudian hujan lagi mengurai tanah akhirnya jadi longsor," kata Ita, sapaan akrabnya.
Diakuinya, selama ini memang sudah ada pemetaan daerah rawan bencana di Kota Semarang, misalnya kawasan bawah menghadapi ancaman banjir, sedangkan daerah atas yang memiliki kontur perbukitan rawan longsor.
"Memang kalau di Semarang bagian bawah risiko banjir, sementara di daerah atas, seperti Candisari kemudian Gajahmungkur itu ada potensi tanah longsor, tapi kami sudah siapkan skema penanganan," pungkasnya.