Seorang nelayan hilang tenggelam di Pantai Jetis Cilacap
Cilacap (ANTARA) - Kantor Pencarian dan Pertolongan (KPP/Basarnas) Cilacap menggelar operasi search and rescue (SAR) untuk mencari seorang nelayan yang dilaporkan hilang akibat tenggelam di Pantai Jetis, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
"Berdasarkan informasi yang kami terima, peristiwa nahas itu terjadi pagi tadi, pukul 04.40 WIB," kata Kepala Basarnas Cilacap Adah Sudarsah di Cilacap, Jumat.
Menurut dia, peristiwa itu terjadi saat perahu dengan nama "Cikal Bakal" yang membawa dua orang nelayan, yakni Sarmin dan Slamet, warga Dusun Dewa, Desa Banjareja, Kecamatan Nusawungu, Cilacap, hendak berangkat melaut.
Akan tetapi ketika mendekati pintu masuk tanggul pemecah ombak (break water), kata dia, tiba-tiba datang gelombang tinggi dan langsung menghempas perahu ke arah bebatuan tanggul pemecah ombak tersebut.
"Akibat kejadian tersebut, perahu terbaik dan dua nelayan yang dibawanya terjatuh. Korban atas nama Sarmin berhasil diselamatkan oleh nelayan yang berada di sekitar lokasi kejadian, sedangkan Slamet tenggelam di perairan tersebut," jelasnya.
Ia mengatakan masyarakat setempat telah berupaya mencari keberadaan Slamet namun hingga pukul 07.30 WIB belum ditemukan.
Oleh karena itu, kata dia, masyarakat setempat menghubungi Basarnas Cilacap untuk dilakukan pencarian terhadap korban.
"Atas dasar informasi tersebut, kami segera memberangkatkan satu tim rescue beserta peralatan pertolongan di air menuju lokasi kejadian untuk mencari dan menolong korban tenggelam di Pantai Jetis," kata Adah.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Kelompok Teknisi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan tinggi gelombang 4-6 meter yang masuk kategori sangat tinggi berpotensi terjadi di perairan selatan Jawa Barat, perairan selatan Jawa Tengah, perairan selatan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Samudra Hindia selatan Jawa Barat hingga Daerah Istimewa Yogyakarta.
Menurut dia, gelombang sangat tinggi itu dipicu oleh pola angin di wilayah selatan Indonesia yang dominan bergerak dari arah tenggara hingga timur laut dengan kecepatan 6-25 knot.
"Kondisi tersebut diprakirakan masih akan berlangsung hingga Minggu (23/7). Oleh karena itu, kami mengimbau seluruh pengguna jasa kelautan untuk memerhatikan risiko tinggi gelombang terhadap keselamatan pelayaran," katanya.
Baca juga: Santri tenggelam di sungai, BPBD imbau pendakian libatkan anak diawasi secara ketat
"Berdasarkan informasi yang kami terima, peristiwa nahas itu terjadi pagi tadi, pukul 04.40 WIB," kata Kepala Basarnas Cilacap Adah Sudarsah di Cilacap, Jumat.
Menurut dia, peristiwa itu terjadi saat perahu dengan nama "Cikal Bakal" yang membawa dua orang nelayan, yakni Sarmin dan Slamet, warga Dusun Dewa, Desa Banjareja, Kecamatan Nusawungu, Cilacap, hendak berangkat melaut.
Akan tetapi ketika mendekati pintu masuk tanggul pemecah ombak (break water), kata dia, tiba-tiba datang gelombang tinggi dan langsung menghempas perahu ke arah bebatuan tanggul pemecah ombak tersebut.
"Akibat kejadian tersebut, perahu terbaik dan dua nelayan yang dibawanya terjatuh. Korban atas nama Sarmin berhasil diselamatkan oleh nelayan yang berada di sekitar lokasi kejadian, sedangkan Slamet tenggelam di perairan tersebut," jelasnya.
Ia mengatakan masyarakat setempat telah berupaya mencari keberadaan Slamet namun hingga pukul 07.30 WIB belum ditemukan.
Oleh karena itu, kata dia, masyarakat setempat menghubungi Basarnas Cilacap untuk dilakukan pencarian terhadap korban.
"Atas dasar informasi tersebut, kami segera memberangkatkan satu tim rescue beserta peralatan pertolongan di air menuju lokasi kejadian untuk mencari dan menolong korban tenggelam di Pantai Jetis," kata Adah.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Kelompok Teknisi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan tinggi gelombang 4-6 meter yang masuk kategori sangat tinggi berpotensi terjadi di perairan selatan Jawa Barat, perairan selatan Jawa Tengah, perairan selatan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Samudra Hindia selatan Jawa Barat hingga Daerah Istimewa Yogyakarta.
Menurut dia, gelombang sangat tinggi itu dipicu oleh pola angin di wilayah selatan Indonesia yang dominan bergerak dari arah tenggara hingga timur laut dengan kecepatan 6-25 knot.
"Kondisi tersebut diprakirakan masih akan berlangsung hingga Minggu (23/7). Oleh karena itu, kami mengimbau seluruh pengguna jasa kelautan untuk memerhatikan risiko tinggi gelombang terhadap keselamatan pelayaran," katanya.
Baca juga: Santri tenggelam di sungai, BPBD imbau pendakian libatkan anak diawasi secara ketat