Sukoharjo (ANTARA) -
"Di sini bagus sekali pola penanganan stuntingnya. Ada satu treatment yang diberikan seperti herbal untuk bisa menambah nafsu makan sehingga ketika si bayi diberikan satu treatment dengan herbal itu nafsu makannya tinggi," kata Ganjar saat meninjau penanganan stunting di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa.
Ia mengatakan herbal yang dimaksud yakni buatan para kader posyandu. Suplemen tersebut berbahan algae spirulina yang bermanfaat untuk mencukupi multivitamin serta mineral alami untuk anak stunting.
"Metode tersebut sejauh ini mampu mengurangi jumlah kasus bayi stunting di daerah tersebut," katanya.
Ia mengemukakan ada data-data yang cukup bagus yang bisa ditampilkan, ternyata hampir 55 persen bisa tertangani dengan cepat. Contohnya di tempat ini pada Februari 2023 ada 97 kasus bayi stunting, sekarang turun menjadi 33 kasus.
Hingga saat ini, Ganjar terus berupaya menurunkan angka stunting dan kemiskinan ekstrem di Jawa Tengah melalui kebijakan dan program pilot project bersama pemerintah kabupaten dan kota.
Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berhasil menurunkan angka stunting di Jawa Tengah. Berdasarkan elektronik pencatatan dan pelaporan gizi balita berbasis masyarakat (e-PPBGM), angka stunting di Jawa Tengah tahun 2018 yakni 24,4 persen.
Selanjutnya pada tahun 2019 turun menjadi 18,3 persen dan tahun 2020 kembali turun menjadi 14,5 persen.
Beberapa program yang dilakukan untuk menekan angka kasus stunting di antaranya Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5Ng), Jo Kawin Bocah, One Student One Client hingga yang terbaru peluncuran beras fortifikasi sebagai penambah gizi untuk ibu hamil.
"Kami optimistis angka stunting di Jawa Tengah dapat terus turun melalui koordinasi dan inovasi yang diciptakan kader kesehatan di daerah," kata Ganjar.