Sejumlah pelari nasional meriahkan "Rupiah Borobudur Playon"
Borobudur (ANTARA) - Ajang lari marathon bertajuk "Rupiah Borobudur Playon" yang digelar Bank Indonesia dimeriahkan sejumlah pelari nasional, seperti Elizar Ghamasi, Nugroho, Basunjaya, dan Samson Karega Kamau.
Bersama 1.750 pelari lainnya, mereka mengikuti marathon yang terbagi dalam kategori 5K (5 kilometer), 7K, dan 10K yang berlangsung di sekitar kawasan Taman Wisata Candi Borobudur, Magelang, Sabtu.
Para peserta "Rupiah Borobudur Playon" tampak antusias menyusuri jalan-jalan pedesaan yang sejuk di sekitar Candi Borobudur, dan dikelilingi pemandangan indah perbukitan Menoreh.
Tak ketinggalan, presenter dan penggiat gaya hidup sehat Melanie Putria juga turut ambil dalam gelaran "Rupiah Borobudur Playon" yang menjadi bagian rangkaian gelaran "Angkringan Digital" tersebut.
Putri Indonesia 2002 itu mengajak para pengunjung, khususnya peserta "Rupiah Borobudur Playon" untuk melakukan perencanaan keuangan yang baik agar dapat mendukung kegemaran mengikuti kegiatan marathon lainnya.
Melani yang telah berpengalaman mengikuti berbagai ajang marathon, baik di Indonesia maupun negara lain menyampaikan bahwa kesehatan finansial adalah mutlak bagi pelati, di samping kesehatan jasmani.
"Ini sangat 'relate' dengan temen-temen pelari. Kebanyakan temen-temen pelari adalah pekerja, ada yang mereka ini karyawan swasta, ASN (aparatur sipil negara), ada juga entrepreneur," katanya.
Menurut dia, para pelari ini biasanya sengaja mengumpulkan uang untuk bisa mendaftar dan tidak ketinggalan dalam berbagai ajang lari marathon, baik di dalam dan luar negeri.
"Jadi, sudah dijadwalin nih. Dalam satu tahun 'race' mana aja yang keren di Indonesia. Mereka 'ngelist' tanggal akan ikutan balapnya, dan mereka sudah 'nyiapin' 'budget'-nya," jelasnya.
Ia mengatakan para pelari biasanya juga sudah menyiapkan untuk membeli sepatu dan perlengkapan lari baru yang akan dipakainya dalam gelaran lari marathon yang sudah dijadwalkan.
"Jadi, mereka memang sengaja ngumpulin uang untuk daftar 'race', baik di Indonesia maupun luar negeri. Plus harus beli sepatu baru. Karena sepatu itulah kunci supaya kita larinya tetap semangat," katanya.
Selain itu, kata dia, para pelari juga biasanya merotasi sepatunya dalam setiap gelaran lari yang diikuti sehingga tidak mungkin hanya memiliki satu sepatu untuk dipakai berbagai ajang.
"Artinya apa? Kesehatan finansial bagi temen-temen pelari adalah mutlak. Mereka menjaga kesehatan jasmani, sprititual, plus kesehatan finansial. Kalau enggak, kan enggak bisa bayar 'race', enggak bisa punya sepatu baru," pungkasnya.
Kegiatan tersebut ditutup dengan pemberian donasi kepada desa-desa di sekitar Borobudur untuk mendukung pembangunan akses air bersih, akses jalan, sarana ibadah dan sarana edukasi.
Donasi yang terkumpul sebesar Rp149.769.400 dengan metode pengumpulan donasi melalui QRIS. Selain edukasi Cinta Bangga Paham Rupiah, masyarakat diajak merasakan langsung praktik pakai QRIS yang digunakan sebagai kanal pembayaran pada bazar UMKM.
Bersama 1.750 pelari lainnya, mereka mengikuti marathon yang terbagi dalam kategori 5K (5 kilometer), 7K, dan 10K yang berlangsung di sekitar kawasan Taman Wisata Candi Borobudur, Magelang, Sabtu.
Para peserta "Rupiah Borobudur Playon" tampak antusias menyusuri jalan-jalan pedesaan yang sejuk di sekitar Candi Borobudur, dan dikelilingi pemandangan indah perbukitan Menoreh.
Tak ketinggalan, presenter dan penggiat gaya hidup sehat Melanie Putria juga turut ambil dalam gelaran "Rupiah Borobudur Playon" yang menjadi bagian rangkaian gelaran "Angkringan Digital" tersebut.
Putri Indonesia 2002 itu mengajak para pengunjung, khususnya peserta "Rupiah Borobudur Playon" untuk melakukan perencanaan keuangan yang baik agar dapat mendukung kegemaran mengikuti kegiatan marathon lainnya.
Melani yang telah berpengalaman mengikuti berbagai ajang marathon, baik di Indonesia maupun negara lain menyampaikan bahwa kesehatan finansial adalah mutlak bagi pelati, di samping kesehatan jasmani.
"Ini sangat 'relate' dengan temen-temen pelari. Kebanyakan temen-temen pelari adalah pekerja, ada yang mereka ini karyawan swasta, ASN (aparatur sipil negara), ada juga entrepreneur," katanya.
Menurut dia, para pelari ini biasanya sengaja mengumpulkan uang untuk bisa mendaftar dan tidak ketinggalan dalam berbagai ajang lari marathon, baik di dalam dan luar negeri.
"Jadi, sudah dijadwalin nih. Dalam satu tahun 'race' mana aja yang keren di Indonesia. Mereka 'ngelist' tanggal akan ikutan balapnya, dan mereka sudah 'nyiapin' 'budget'-nya," jelasnya.
Ia mengatakan para pelari biasanya juga sudah menyiapkan untuk membeli sepatu dan perlengkapan lari baru yang akan dipakainya dalam gelaran lari marathon yang sudah dijadwalkan.
"Jadi, mereka memang sengaja ngumpulin uang untuk daftar 'race', baik di Indonesia maupun luar negeri. Plus harus beli sepatu baru. Karena sepatu itulah kunci supaya kita larinya tetap semangat," katanya.
Selain itu, kata dia, para pelari juga biasanya merotasi sepatunya dalam setiap gelaran lari yang diikuti sehingga tidak mungkin hanya memiliki satu sepatu untuk dipakai berbagai ajang.
"Artinya apa? Kesehatan finansial bagi temen-temen pelari adalah mutlak. Mereka menjaga kesehatan jasmani, sprititual, plus kesehatan finansial. Kalau enggak, kan enggak bisa bayar 'race', enggak bisa punya sepatu baru," pungkasnya.
Kegiatan tersebut ditutup dengan pemberian donasi kepada desa-desa di sekitar Borobudur untuk mendukung pembangunan akses air bersih, akses jalan, sarana ibadah dan sarana edukasi.
Donasi yang terkumpul sebesar Rp149.769.400 dengan metode pengumpulan donasi melalui QRIS. Selain edukasi Cinta Bangga Paham Rupiah, masyarakat diajak merasakan langsung praktik pakai QRIS yang digunakan sebagai kanal pembayaran pada bazar UMKM.