Bukit Senja destinasi wisata alternatif di Semarang
Semarang (ANTARA) - Bukit Senja menjadi alternatif pilihan wisata murah di Semarang karena pengunjung cukup dengan membayar Rp2.000 bisa menikmati pemandangan senja dan bukit hijau menghampar.
Terletak di dekat Perumahan Bukit Diponegoro Semarang, awalnya lahan tersebut merupakan tanah terbengkalai milik PT Bumi Mega Jaya, PT Waskita, dan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Ditemui di lokasi, Selasa, Kusnan, warga Perumahan Bukit Diponegoro menjelaskan bahwa warga perumahan bersama Karang Taruna kemudian berinisiatif mengelola lahan itu menjadi destinasi wisata.
"Lahan ini awalnya dipakai TNI, lalu kami sebagai warga perumahan merasakan efek positif dan negatifnya. Selanjutnya, kami sebagai warga perumahan (Bukit Diponegoro) merasa harus menata tempat yang termasuk wilayah perumahan kami," katanya.
Bahkan, Kusnan pula mengaku yang memberikan ide nama Bukit Senja untuk tempat tersebut karena pemandangannya yang indah dinikmati pada sore hingga senja hari, selain karena menarik bagi anak muda.
Baca juga: Pemkot Semarang kembangkan potensi wisata di Kampung Melayu
Sejak dibuka 10 bulan lalu, kini semakin banyak orang datang ke tempat itu sehingga membantu warga sekitar meningkatkan perekonomian dengan berjualan. Kusnan bersama karang taruna mengelola parkir.
"Setelah dikelola lebih banyak positifnya bagi warga. Contohnya seperti lapak yang ada di sekitar lokasi, ini semua milik warga sekitar perumahan (Bukit Diponegoro) sehingga mereka bisa mendapat penghasilan dari tempat ini," ujarnya.
Di sekitar Bukit Senja terdapat tenda kelompok usaha bersama (KUB) yang dimanfaatkan ibu-ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk menjualkan hasil produk usaha mereka, serta ada juga tempat untuk bermain musik akustik.
Selain sebagai lokasi wisata, Bukit Senja juga mulai dilirik "event organizer" lokal di Kota Semarang untuk mengadakan acara, biasanya pergelaran musik, pelatihan. Ada juga yang datang untuk foto pre-wedding.
"Jumlah pengunjung tidak tentu. Sehari kadang bisa sampai 250 (orang), kalau ramai bisa 500 orang. Semua dana untuk pembangunan lokasi ini murni dari hasil penjualan tiket. Jadi kami kelola dananya, ada pembukuannya tiap bulan," pungkasnya.
Sementara itu, Aliya dan Maisya, pengunjung di Bukit Senja mengaku tahu tempat tersebut dari kawannya yang sudah beberapa kali berkunjung. Apalagi, tiketnya murah dan dekat dengan kampusnya, Universitas Diponegoro Semarang.
"Yang menarik kalau lihat 'sunset' gitu di sore hari, apalagi kalau ramai-ramai sama teman. Lokasinya dekat dari kampus, lalu murah juga jadi saya senang untuk berkunjung kembali ke sini," kata Aliya, diamini sang kawan.
Baca juga: Dishub Semarang batasi kendaraan di Kota Lama
Baca juga: Dubes Inggris sebut Kota Lama Semarang kaya potensi wisata ekraf
Baca juga: Pemkot Semarang buka jalur olahraga hutan wisata Tinjomoyo
Terletak di dekat Perumahan Bukit Diponegoro Semarang, awalnya lahan tersebut merupakan tanah terbengkalai milik PT Bumi Mega Jaya, PT Waskita, dan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Ditemui di lokasi, Selasa, Kusnan, warga Perumahan Bukit Diponegoro menjelaskan bahwa warga perumahan bersama Karang Taruna kemudian berinisiatif mengelola lahan itu menjadi destinasi wisata.
"Lahan ini awalnya dipakai TNI, lalu kami sebagai warga perumahan merasakan efek positif dan negatifnya. Selanjutnya, kami sebagai warga perumahan (Bukit Diponegoro) merasa harus menata tempat yang termasuk wilayah perumahan kami," katanya.
Bahkan, Kusnan pula mengaku yang memberikan ide nama Bukit Senja untuk tempat tersebut karena pemandangannya yang indah dinikmati pada sore hingga senja hari, selain karena menarik bagi anak muda.
Baca juga: Pemkot Semarang kembangkan potensi wisata di Kampung Melayu
Sejak dibuka 10 bulan lalu, kini semakin banyak orang datang ke tempat itu sehingga membantu warga sekitar meningkatkan perekonomian dengan berjualan. Kusnan bersama karang taruna mengelola parkir.
"Setelah dikelola lebih banyak positifnya bagi warga. Contohnya seperti lapak yang ada di sekitar lokasi, ini semua milik warga sekitar perumahan (Bukit Diponegoro) sehingga mereka bisa mendapat penghasilan dari tempat ini," ujarnya.
Di sekitar Bukit Senja terdapat tenda kelompok usaha bersama (KUB) yang dimanfaatkan ibu-ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk menjualkan hasil produk usaha mereka, serta ada juga tempat untuk bermain musik akustik.
Selain sebagai lokasi wisata, Bukit Senja juga mulai dilirik "event organizer" lokal di Kota Semarang untuk mengadakan acara, biasanya pergelaran musik, pelatihan. Ada juga yang datang untuk foto pre-wedding.
"Jumlah pengunjung tidak tentu. Sehari kadang bisa sampai 250 (orang), kalau ramai bisa 500 orang. Semua dana untuk pembangunan lokasi ini murni dari hasil penjualan tiket. Jadi kami kelola dananya, ada pembukuannya tiap bulan," pungkasnya.
Sementara itu, Aliya dan Maisya, pengunjung di Bukit Senja mengaku tahu tempat tersebut dari kawannya yang sudah beberapa kali berkunjung. Apalagi, tiketnya murah dan dekat dengan kampusnya, Universitas Diponegoro Semarang.
"Yang menarik kalau lihat 'sunset' gitu di sore hari, apalagi kalau ramai-ramai sama teman. Lokasinya dekat dari kampus, lalu murah juga jadi saya senang untuk berkunjung kembali ke sini," kata Aliya, diamini sang kawan.
Baca juga: Dishub Semarang batasi kendaraan di Kota Lama
Baca juga: Dubes Inggris sebut Kota Lama Semarang kaya potensi wisata ekraf
Baca juga: Pemkot Semarang buka jalur olahraga hutan wisata Tinjomoyo