Komunitas Barongsai Satya Budi Dharma Semarang berdayakan anak putus sekolah
Semarang (ANTARA) - Komunitas Barongsai Satya Budi Dharma Semarang, Jawa Tengah memberdayakan anak-anak putus sekolah dengan mengajaknya bergabung dan berlatih bermain kesenian itu ketimbang terjerumus pergaulan yang negatif.
"Kita rekrutnya anak-anak kecil, lalu anak-anak yang putus sekolah kita tarik daripada pakai obat," kata Ferdian Chandra, salah satu pendiri Komunitas Barongsai Satya Budi Dharma di Semarang, Sabtu.
Bersama Arbi Ardriano, Ferdian mendirikan komunitas kesenian itu sejak 1999 yang berawal dari industri rumahan pembuatan barongsai hingga berlanjut membuat klub untuk menampilkan atraksi barongsai dan liong.
Sejak awal, Ferdian memang menekankan keterbukaan komunitas untuk menerima siapa pun yang ingin bergabung, terutama dari kalangan anak-anak yang tidak bisa melanjutkan pendidikan.
Saat ini, sudah ada 35 orang dari berbagai latar belakang suku, agama, dan budaya yang tergabung dalam komunitas tersebut yang aktif beratraksi, sembari tetap melayani pesanan barongsai.
Barongsai yang diproduksi Ferdian juga mengikuti perkembangan zaman, misalnya warna-warna yang dihadirkan lebih bervariasi dan motifnya pun lebih beragam daripada sebelumnya.
"Kalau kita sebenarnya condong ke ungu cuma ya berhubung sekarang sudah menjadi cabang olahraga, kita cari warna yang cantik-cantik untuk pertandingan tapi tetap dominan ungu," lanjutnya.
Untuk harga, Ferdian mematok harga Rp5 juta-Rp6 juta untuk satu barongsai, sedangkan liong (naga) dijualnya Rp6 juta-Rp8 juta, bergantung dengan kualitas bahan dan kesulitan model yang dibuat.
Ia optimistis barongsai akan tetap bertahan, apalagi saat ini sudah bukan tradisi milik kelompok tertentu yang ditunjukkan dengan beragam kegiatan yang menampilkan atraksi barongsai, bukan hanya acara tradisional Tionghoa.
"Soalnya barongsai sekarang sudah bukan tradisional, sudah menanjak ke ranah olahraga. Sekarang KONI pun sudah mengakui bahwa barongsai dan naga (liong) termasuk ke salah satu cabang olahraga," katanya.
Sementara itu, Brian Sugiarto, salah satu anggota baru komunitas tersebut bersyukur bisa mengekspresikan hobi, sekaligus melestarikan kesenian barongsai dan liong agar semakin berkembang.
"Saya gabung mulai tahun 2022, awalnya saya pemain barongsai tapi sempat berhenti lalu diajak teman lagi untuk gabung jadi sekarang di komunitas ini. Komunitas ini temannya baik-baik," katanya.
"Kita rekrutnya anak-anak kecil, lalu anak-anak yang putus sekolah kita tarik daripada pakai obat," kata Ferdian Chandra, salah satu pendiri Komunitas Barongsai Satya Budi Dharma di Semarang, Sabtu.
Bersama Arbi Ardriano, Ferdian mendirikan komunitas kesenian itu sejak 1999 yang berawal dari industri rumahan pembuatan barongsai hingga berlanjut membuat klub untuk menampilkan atraksi barongsai dan liong.
Sejak awal, Ferdian memang menekankan keterbukaan komunitas untuk menerima siapa pun yang ingin bergabung, terutama dari kalangan anak-anak yang tidak bisa melanjutkan pendidikan.
Saat ini, sudah ada 35 orang dari berbagai latar belakang suku, agama, dan budaya yang tergabung dalam komunitas tersebut yang aktif beratraksi, sembari tetap melayani pesanan barongsai.
Barongsai yang diproduksi Ferdian juga mengikuti perkembangan zaman, misalnya warna-warna yang dihadirkan lebih bervariasi dan motifnya pun lebih beragam daripada sebelumnya.
"Kalau kita sebenarnya condong ke ungu cuma ya berhubung sekarang sudah menjadi cabang olahraga, kita cari warna yang cantik-cantik untuk pertandingan tapi tetap dominan ungu," lanjutnya.
Untuk harga, Ferdian mematok harga Rp5 juta-Rp6 juta untuk satu barongsai, sedangkan liong (naga) dijualnya Rp6 juta-Rp8 juta, bergantung dengan kualitas bahan dan kesulitan model yang dibuat.
Ia optimistis barongsai akan tetap bertahan, apalagi saat ini sudah bukan tradisi milik kelompok tertentu yang ditunjukkan dengan beragam kegiatan yang menampilkan atraksi barongsai, bukan hanya acara tradisional Tionghoa.
"Soalnya barongsai sekarang sudah bukan tradisional, sudah menanjak ke ranah olahraga. Sekarang KONI pun sudah mengakui bahwa barongsai dan naga (liong) termasuk ke salah satu cabang olahraga," katanya.
Sementara itu, Brian Sugiarto, salah satu anggota baru komunitas tersebut bersyukur bisa mengekspresikan hobi, sekaligus melestarikan kesenian barongsai dan liong agar semakin berkembang.
"Saya gabung mulai tahun 2022, awalnya saya pemain barongsai tapi sempat berhenti lalu diajak teman lagi untuk gabung jadi sekarang di komunitas ini. Komunitas ini temannya baik-baik," katanya.