Pemdes Sidorekso Kudus olah sampah plastik jadi BBM
Kudus (ANTARA) - Pemerintah Desa Sidorekso, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, melakukan uji coba mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM) menggunakan alat pirolisis sebagai upaya mengatasi sampah yang dibuang masyarakat mencapai empat mobil bak terbuka per harinya.
"Sebelumnya di Desa Sidorekso tersedia tempat pembuangan sampah sendiri, hanya saja dalam tempo dua bulan sudah penuh, sehingga harus dibuang ke tempat penampungan sampah yang memiliki volume lebih besar," kata Kepala Desa Sidorekso Mochamad Arifin di Kudus, Rabu.
Untuk membersihkan tempat pembuangan sampah (TPS), kata dia, butuh biaya hingga Rp7 juta karena membutuhkan alat berat untuk pengambilannya.
Baca juga: TWC dukung sinergi pengelolaan sampah di kawasan Borobudur
Ia mencatat dalam sehari sampah yang terkumpul bisa mencapai empat kendaraan bak terbuka, sedangkan sampah plastiknya bisa mencapai 50 kilogram. Hal inilah yang kemudian membuatnya berinisiasi agar masalah sampah bisa teratasi dengan mendatangkan alat pengolah sampah menjadi BBM bernama pirolisis.
"Alat tersebut mampu menampung satu kuintal sampah plastik dengan biaya yang lebih murah karena 1 liter BBM diperkirakan hanya menghabiskan biaya Rp2.000," ujarnya.
Untuk mengoperasikan pirolisis tersebut, kata dia, Pemerintah Desa Sidorekso mendatangkan ahlinya dari Kabupaten Banjarnegara dan pengoperasiannya juga baru beberapa hari, sehingga masih tahap uji coba.
Jika uji cobanya berhasil, maka bahan bakar dari pirolisis yang setara solar diproses menjadi setara minyak tanah dan yang setara bensin akan diproses menjadi setara tiner yang semuanya bisa dijual ke masyarakat maupun pelaku usaha.
Jika ada keuntungan dari pengolahan sampah tersebut, direncanakan pengelolaannya melalui badan usaha milik desa (BUMDes) sehingga bisa memberikan nilai lebih untuk kemandirian desa.
Sementara itu, Rahman, tim ahli dari Banjarnegara mengungkapkan satu tabung pirolisis mampu menampung satu kuintal sampah plastik. Setelah diproses selama belasan jam, satu kuintal sampah plastik bisa menghasilkan 80-an liter bahan bakar.
Dari 80 liter bahan bakar tersebut, biasanya terdiri atas 50 liter setara solar dan 30 liter setara bensin.
Sebelum digunakan, maka bahan bakar yang dihasilkan dari pirolisis itu harus dijernihkan. Selain karena pekat, juga masih terdapat sejumlah kotoran. Sedangkan penjernihannya menggunakan bentonit atau semacam mineral dari tanah.
Dalam uji cobanya, cairan yang keluar dari pipa pirolisis setelah disulut dengan api langsung terbakar. Tidak berhenti di situ, cairan tersebut juga digunakan untuk menyalakan kompor dan gergaji mesin dan kompor bisa digunakan untuk memasak air hingga mendidih dan gergaji mesin berbahan bakar cairan dari olahan pirolisis juga bisa dioperasikan.
Baca juga: Penyandang disabilitas asal Solo ciptakan tempat sampah pintar
"Sebelumnya di Desa Sidorekso tersedia tempat pembuangan sampah sendiri, hanya saja dalam tempo dua bulan sudah penuh, sehingga harus dibuang ke tempat penampungan sampah yang memiliki volume lebih besar," kata Kepala Desa Sidorekso Mochamad Arifin di Kudus, Rabu.
Untuk membersihkan tempat pembuangan sampah (TPS), kata dia, butuh biaya hingga Rp7 juta karena membutuhkan alat berat untuk pengambilannya.
Baca juga: TWC dukung sinergi pengelolaan sampah di kawasan Borobudur
Ia mencatat dalam sehari sampah yang terkumpul bisa mencapai empat kendaraan bak terbuka, sedangkan sampah plastiknya bisa mencapai 50 kilogram. Hal inilah yang kemudian membuatnya berinisiasi agar masalah sampah bisa teratasi dengan mendatangkan alat pengolah sampah menjadi BBM bernama pirolisis.
"Alat tersebut mampu menampung satu kuintal sampah plastik dengan biaya yang lebih murah karena 1 liter BBM diperkirakan hanya menghabiskan biaya Rp2.000," ujarnya.
Untuk mengoperasikan pirolisis tersebut, kata dia, Pemerintah Desa Sidorekso mendatangkan ahlinya dari Kabupaten Banjarnegara dan pengoperasiannya juga baru beberapa hari, sehingga masih tahap uji coba.
Jika uji cobanya berhasil, maka bahan bakar dari pirolisis yang setara solar diproses menjadi setara minyak tanah dan yang setara bensin akan diproses menjadi setara tiner yang semuanya bisa dijual ke masyarakat maupun pelaku usaha.
Jika ada keuntungan dari pengolahan sampah tersebut, direncanakan pengelolaannya melalui badan usaha milik desa (BUMDes) sehingga bisa memberikan nilai lebih untuk kemandirian desa.
Sementara itu, Rahman, tim ahli dari Banjarnegara mengungkapkan satu tabung pirolisis mampu menampung satu kuintal sampah plastik. Setelah diproses selama belasan jam, satu kuintal sampah plastik bisa menghasilkan 80-an liter bahan bakar.
Dari 80 liter bahan bakar tersebut, biasanya terdiri atas 50 liter setara solar dan 30 liter setara bensin.
Sebelum digunakan, maka bahan bakar yang dihasilkan dari pirolisis itu harus dijernihkan. Selain karena pekat, juga masih terdapat sejumlah kotoran. Sedangkan penjernihannya menggunakan bentonit atau semacam mineral dari tanah.
Dalam uji cobanya, cairan yang keluar dari pipa pirolisis setelah disulut dengan api langsung terbakar. Tidak berhenti di situ, cairan tersebut juga digunakan untuk menyalakan kompor dan gergaji mesin dan kompor bisa digunakan untuk memasak air hingga mendidih dan gergaji mesin berbahan bakar cairan dari olahan pirolisis juga bisa dioperasikan.
Baca juga: Penyandang disabilitas asal Solo ciptakan tempat sampah pintar