Solo (ANTARA) - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim menyatakan gerak cepat pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas untuk mengantisipasi dampak negatif permanen yang bisa menyerang anak-anak.
"Dampaknya kalau tidak bergerak cepat (PTM) maka (pelajar) akan kehilangan/ 'loss of learning' yang bisa permanen, kedua adalah kesehatan mental dan psikis yang juga bisa permanen di anak-anak kita," katanya saat melakukan kunjungan kerja ke Solo, Jateng, Senin.
Ia mengatakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang terlalu lama juga bisa berdampak pada kurangnya interaksi anak-anak terhadap lingkungan sekitar.
"Merasa kesepian, mengalami berbagai macam konflik di dalam rumah, dia menjadi asosial, berbagai macam permasalahan yang dampaknya bisa permanen, apalagi bagi anak yang sedang berkembang," katanya.
Ia mengatakan risiko tersebut harus ditanggapi oleh seluruh pihak, sama pentingnya dengan risiko kesehatan.
"Tidak banyak orang melihat risiko generasi berikutnya seperti apa. Itu yang harus kami perjuangkan di Kemendikbudristek, hak-hak anak kita untuk melanjutkan sekolahnya yang sudah jelas tidak optimal melalui PJJ," katanya.
Baca juga: Nadiem apresiasi semangat siswa di Solo ikuti PTM
Oleh karena itu, ia sangat mendukung pemerintah daerah terutama yang sudah berstatus level 1-3 yang mendorong adanya PTM terbatas.
"Namun dengan protokol kesehatan yang dikelola dengan baik," katanya.
Sementara itu, mengenai risiko klaster, dikatakannya, sejauh ini laporan yang masuk ke kementerian sangat minim.
"Sekarang angka COVID-19 per kabupaten banyak mengalami penurunan. Banyak yang sebelumnya level empat sudah turun ke level tiga. Ini jadi standar kapan bisa melakukan mobilitas lagi," katanya.
Menurut dia, sektor pendidikan merupakan salah satu sektor esensial. Oleh karena itu, jika ruang publik lain seperti mal atau restoran sudah buka maka tidak ada alasan kenapa sekolah tidak segera dibuka.
"Karena ini generasi penerus bangsa, harus jadi prioritas. Harapannya semua was-was dengan prokes karena itulah yang memenangkan hak untuk terus PTM. Jadi apakah ini lanjut atau tidak, ada di tangan orang tua, guru, dan kepala sekolah, murid juga. Kalau ingin melanjutkan PTM terbatas dan ingin normal lagi ke depannya, jaga prokes dan orang tua harus jadi fungsi monitoring di setiap sekolah. Sangat penting peran orang tua dan komite sekolah," katanya.
Baca juga: Gubernur Jateng temukan sekolah di Klaten belum siap laksanakan PTM
Baca juga: Menko PMK: PTM bisa berjalan bersama dengan vaksinasi
Berita Terkait
Kemendikbudristek galakkan kembali lagu-lagu anak di masyarakat
Jumat, 29 Maret 2024 8:07 Wib
Komisi X DPR RI jadikan Solo sebagai model penggunaan bahasa daerah
Kamis, 21 Maret 2024 17:03 Wib
Anggota DPR RI usulkan pembentukan kementerian khusus terkait makan siang gratis
Rabu, 6 Maret 2024 15:04 Wib
Indonesia ikuti festival film internasional di beberapa negara
Selasa, 5 Maret 2024 9:48 Wib
Kemendikbudristek pentaskan Kita Cinta Lagu Anak peringati Hari Ibu
Jumat, 22 Desember 2023 8:52 Wib
Kemendikbudristek resmikan Dojo Center SMK NU Ma'arif Kudus
Rabu, 6 Desember 2023 8:23 Wib
Kemendikbudristek kirim 910 ribu mahasiswa Program Kampus Merdeka
Jumat, 24 November 2023 22:11 Wib
Kemenparekraf - Kemendikbudristek dukung IWJM majukan ekosistem musik
Selasa, 21 November 2023 21:15 Wib