Manfaatkan PPKM, pengrajin batik di Cilacap cari ide kreatif
Purwokerto (ANTARA) - Pengrajin batik khas Maos "Rajasa Mas", Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, memanfaatkan momentum pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) untuk mencari ide-ide kreatif guna meningkatkan penjualan.
"Pandemi COVID-19 yang masih berlangsung hingga saat ini, ditambah dengan adanya kebijakan PPKM memang sangat berdampak sekali bagi kami, karena dalam hal penjualan mungkin hanya seminggu sekali ada pembeli, baik secara daring maupun langsung," kata pengelola Batik Rajasa Mas, Tonik Sudarmaji saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis.
Akan tetapi di sisi lain, kata dia, pihaknya tetap harus semangat dan kreatif untuk menciptakan ide-ide baru termasuk pembenahan workshop dan galeri.
Baca juga: Pengrajin batik Borobudur sepi permintaan di tengah pandemi
Oleh karena pengunjung yang datang ke galeri sangat sedikit, lanjut dia, pihaknya memanfaatkan kesempatan itu untuk melakukan perbaikan galeri agar bisa memberikan kenyamanan ketika kondisi kembali normal.
"Kami juga berpikir kreatif terkait dengan hal-hal yang kemarin belum tertangani, sekarang menjadi bisa menanganinya walaupun pelan, kemudian riset-riset warna baru, optimalisasi pewarnaan alam juga kami lakukan. Jadi tetap kami ambil hikmah dari PPKM, tidak boleh menyerah," katanya.
Ia mengakui dari sisi penjualan selama pandemi COVID-19 terjadi penurunan yang drastis karena penjualan secara langsung sangat minim, sehingga pihaknya berupaya melakukannya secara daring meskipun belum maksimal.
Menurut dia, kondisi tersebut diperberat dengan adanya kebijakan larangan menggelar hajatan selama PPKM, sehingga tidak ada pesanan pembuatan seragam batik untuk keperluan hajatan.
"Sebelum adanya PPKM, kadang masih ada yang pesan seragam batik untuk panitia acara hajatan," katanya menjelaskan.
Lebih lanjut, Tonik mengaku sempat kaget atas penurunan penjualan batik pada awal pandemi, namun pihaknya berupaya mencari celah dengan membuat masker kain.
Berawal dari situ, kata dia, pihaknya pada bulan November 2020 mendapat pesanan dari Kementerian Kesehatan berupa pembuatan masker kain sebanyak 250 ribu lembar.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga mendapatkan izin edar untuk memasarkan produk-produk kesehatan seperti masker, baju hazmat, dan sebagainya.
"Hingga sekarang pasar itu alhamdulillah masih jalan. Jadi, selain batik, kami juga punya pasar untuk APD (Alat Pelindung Diri)," katanya.
Kendati demikian, dia mengharapkan pandemi COVID-19 di Indonesia dapat segera berakhir, sehingga perekonomian dapat kembali pulih seperti sedia kala.
Baca juga: Pengrajin lukis perabot di Solo tetap bertahan
Baca juga: Masa pandemi, pengrajin limbah kaleng andalkan kreativitas tetap eksis
"Pandemi COVID-19 yang masih berlangsung hingga saat ini, ditambah dengan adanya kebijakan PPKM memang sangat berdampak sekali bagi kami, karena dalam hal penjualan mungkin hanya seminggu sekali ada pembeli, baik secara daring maupun langsung," kata pengelola Batik Rajasa Mas, Tonik Sudarmaji saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis.
Akan tetapi di sisi lain, kata dia, pihaknya tetap harus semangat dan kreatif untuk menciptakan ide-ide baru termasuk pembenahan workshop dan galeri.
Baca juga: Pengrajin batik Borobudur sepi permintaan di tengah pandemi
Oleh karena pengunjung yang datang ke galeri sangat sedikit, lanjut dia, pihaknya memanfaatkan kesempatan itu untuk melakukan perbaikan galeri agar bisa memberikan kenyamanan ketika kondisi kembali normal.
"Kami juga berpikir kreatif terkait dengan hal-hal yang kemarin belum tertangani, sekarang menjadi bisa menanganinya walaupun pelan, kemudian riset-riset warna baru, optimalisasi pewarnaan alam juga kami lakukan. Jadi tetap kami ambil hikmah dari PPKM, tidak boleh menyerah," katanya.
Ia mengakui dari sisi penjualan selama pandemi COVID-19 terjadi penurunan yang drastis karena penjualan secara langsung sangat minim, sehingga pihaknya berupaya melakukannya secara daring meskipun belum maksimal.
Menurut dia, kondisi tersebut diperberat dengan adanya kebijakan larangan menggelar hajatan selama PPKM, sehingga tidak ada pesanan pembuatan seragam batik untuk keperluan hajatan.
"Sebelum adanya PPKM, kadang masih ada yang pesan seragam batik untuk panitia acara hajatan," katanya menjelaskan.
Lebih lanjut, Tonik mengaku sempat kaget atas penurunan penjualan batik pada awal pandemi, namun pihaknya berupaya mencari celah dengan membuat masker kain.
Berawal dari situ, kata dia, pihaknya pada bulan November 2020 mendapat pesanan dari Kementerian Kesehatan berupa pembuatan masker kain sebanyak 250 ribu lembar.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga mendapatkan izin edar untuk memasarkan produk-produk kesehatan seperti masker, baju hazmat, dan sebagainya.
"Hingga sekarang pasar itu alhamdulillah masih jalan. Jadi, selain batik, kami juga punya pasar untuk APD (Alat Pelindung Diri)," katanya.
Kendati demikian, dia mengharapkan pandemi COVID-19 di Indonesia dapat segera berakhir, sehingga perekonomian dapat kembali pulih seperti sedia kala.
Baca juga: Pengrajin lukis perabot di Solo tetap bertahan
Baca juga: Masa pandemi, pengrajin limbah kaleng andalkan kreativitas tetap eksis