Ketiga pemain yang dimaksud adalah Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Bukayo Saka, yang menjadi sasaran serangan rasial daring selepas Inggris dikalahkan Italia di final Euro 2020 pada Minggu (11/7).
"Anda boleh marah kepada seseorang yang gagal karena kita semua manusia, tetapi ketika sudah membawa-bawa aspek ras, tindakan semacam itu tidak bisa diterima dalam sepak bola maupun kondisi umum lainnya," kata pelari Jamaika itu sebagaimana dikutip Reuters, Rabu dini hari WIB.
Baca juga: FA kecam aksi rasial terhadap pemain Inggris usai kalah di final Euro
Serangan tidak hanya terjadi di dunia maya, mural Rashford di Manchester juga menjadi sasaran tindakan vandalisme dengan pesan berbau rasisme.
Bolt, yang sempat pindah profesi sebagai pesepak bola di Australia, menyebut serangan rasis itu sebagai sesuatu yang mengerikan.
"Pertama-tama semuanya itu mengerikan untuk diketahui... bagi saya sangat berat menyaksikan hal semacam ini. Sebagai orang kulit hitam, saya bisa bilang ini hal berat bagi mereka dan Anda tidak bisa menyalahkan mereka, sebab bukan mereka yang menentukan algojo penendang penalti," katanya.
Baca juga: Southgate jijik terhadap perilaku rasis kepada pemainnya
"Ini sepak bola, ada menang, ada kalah dan memang berat ketika kalah. Saya pernah merasakannya bersama tim saya, tetapi saya tidak akan mencaci siapapun ataupun merendahkan mereka berdasar ras atau apapun. Kita semua akan marah ketika gagal menendang penalti, tetapi ketika menyangkut ras, anda harus paham itu akan menjadi masalah.
"Kekerasan rasial sangat tidak adil dan saya tidak percaya ini menjadi arah yang akan dituju sepak bola, saya mencintai sepak bola sepanjang karier olahraga, mengikuti kiprah para pemain ini ... jadi berat melihat ini semua terjadi," ujar mantan atlet asal Jamaika itu mengatakan.
Baca juga: Sudah gagal juara, Inggris diselidiki UEFA terkait final Euro 2020
Baca juga: Gareth Southgate, Wembley, dan adu penalti