Kudus (ANTARA) - Seorang warga asal Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, yang baru saja pulang dari Korea Selatan harus dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Daerah Loekmono Hadi Kudus.
Itu sebagai bentuk kewaspadaan terhadap sejumlah penyakit menular, salah satunya terjangkit virus corona yang sedang mewabah.
"Pasien tersebut belum bisa disebut suspect pengidap virus corona. Sedangkan perawatan dengan standar (penanganan) suspect corona memang iya karena yang bersangkutan menyebutkan baru saja pulang dari Korea," kata Direktur RSUD Loekmono Hadi Kudus Abdul Azis Achyar di Kudus, Rabu.
Standar penanganan pasien yang baru pulang dari luar negeri dengan keluhan sakit seperti itu, kata dia, harus dievaluasi.
Sementara RSUD Loekmono Hadi Kudus sendiri sudah melakukan persiapan dengan standar tinggi.
Meskipun pasien dirawat di ruang isolasi, kata dia, RSUD Loekmono Hadi Kudus belum berani mengatakan suspect pengidap virus corona karena penanganan dengan standar tinggi tersebut hanya sebagai bentuk kehati-hatian.
Pasiennya sendiri, kata dia, memang mengakui baru pulang dari Korea pada tanggal 28 Februari 2020 dengan kondisi batuk dan panas sehingga harus ditangani dengan standar tinggi guna antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Baca juga: Demam dari Singapura dan Hong Kong, dua pasien diisolasi di RSUD Banyumas
Menurut dia, semua penyakit menular memang mendapatkan perlakuan yang sama sebagai bentuk kewaspadaan.
Setelah yang bersangkutan periksa kesehatan di RSUD Loekmono Hadi Kudus hari ini (4/3), pihak rumah sakit langsung melakukan pengambilan sampel swab untuk dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus agar dilanjutkan ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Sementara dari hasil rontgen, pasien tersebut mengalami gangguan ke arah radang paru atau pneumonia sehingga harus dirawat di ruang isolasi.
Akan tetapi, dia menegaskan, bahwa yang bersangkutan belum terdeteksi sebagai pengidap virus corona dan hasil uji di laboratorium nantinya yang akan menjawab penyakit yang diderita pasien.
"Orang dengan virus corona tidak harus mengalami pneumonia karena pada kondisi yang baik tercatat hanya 50-an persen menjadi pneumonia. Selebihnya hanya flu biasa tanpa gejala," ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, kematiannya juga rendah jika dibanding flu burung.
Baca juga: COVID-19 merebak, BP2MI sebut belum ada moratorium pengiriman pekerja migran
Baca juga: Tujuh orang terduga Covid-19 diisolasi di RSPI Sulianti Saroso
Berita Terkait
Pj Gubernur Jateng kedepankan pencegahan dan pengembangan teknologi dalam penanganan bencana
Rabu, 24 April 2024 17:34 Wib
Mbak Ita tegaskan perlunya penanganan dari hulu untuk atasi permasalahan sampah
Senin, 22 April 2024 20:54 Wib
Pekalongan alokasikan dana Rp1,9 miliar tangani stunting
Rabu, 3 April 2024 7:57 Wib
Mapala Satria UMP berikan respons penanganan pascabencana banjir di Demak
Sabtu, 30 Maret 2024 16:13 Wib
UNESCO : Semarang bisa jadi percontohan penanganan stunting
Jumat, 22 Maret 2024 22:29 Wib
Aktivitas warga Kota Semarang kembali normal pascabanjir
Kamis, 21 Maret 2024 8:54 Wib
Ini upaya Pemkot Semarang percepat penanganan banjir
Minggu, 17 Maret 2024 16:59 Wib
Wakil Wali Kota Surakarta: Penanganan stunting dimulai dari keluarga
Senin, 4 Maret 2024 14:13 Wib